China Ekspor Model Penanganan Virus Corona ke Banyak Negara
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Bulan lalu, enam profesional medis China atau Tiongkok turun dari jet Air Serbia di Belgrade dan disambut karpet merah oleh Presiden Aleksandar Vucic serta sejumlah menteri kabinet. Setelah salam pendek, Vucic mencium bendera Serbia, lalu bendera China.
Di Serbia dan beberapa negara—yang diklaim Beijing sebagai negara sahabat—, China memberikan panduan langsung untuk membantu memerangi virus corona baru, COVID-19 yang telah mewabah di seluruh dunia.
Penjangkauan ini adalah bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Beijing untuk menegaskan kepemimpinan global dalam memerangi COVID-19 setelah menghadapi kritik dari Washington dan di tempat lain bahwa Beijing gagal dalam respons awal terhadap wabah yang diyakini berasal dari kota Wuhan tersebut.
Upaya-upaya oleh Beijing ini dilakukan ketika pemerintah Barat—yang sudah waspada dengan meningkatnya pengaruh China di seluruh dunia, termasuk melalui inisiatif infrastruktur Belt and Road-nya—sedang berjuang dengan meningkatnya jumlah korban COVID-19 di negara mereka sendiri.
Upaya-upaya Beijing itu bagian dari upaya jangka panjang China untuk melakukan postur kebajikan di luar negeri guna mengimbangi kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi dan militernya yang meningkat, sambil menghadirkan alternatif—seperti Asian Infrastructure Investment Bank yang didirikannya pada 2016—atas dominasi institusi Barat.
"Tidak ada keraguan bahwa China akan menggunakan wabah COVID-19 untuk lebih jauh apa yang dilihat China bertindak dalam kepentingan nasionalnya sendiri," kata Gordon Houlden, seorang mantan diplomat Kanada dan direktur University of Alberta’s China Institute, seperti dikutip Reuters, Senin (13/4/2020).
"Itu akan termasuk mendorong model tata pemerintahan sendiri, dalam hal ini metodologi epidemiologi," katanya lagi.
Metodologi itu didasarkan pada pendekatan agresif dan komprehensif yang diambil China untuk memerangi virus, termasuk penguncian atau lockdown Wuhan, dan pengetahuan yang dibangunnya sebagai negara pertama yang menderita wabah COVID-19.
Kementerian Luar Negeri China belum bersedia menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait misi ekspor manajemen wabah COVID-19 di berbagai negara. Tetapi juru bicara kementerian tersebut, Zhao Lijian, pada konferensi pers Kamis lalu, mengatakan tujuan pengiriman tim medis adalah untuk berbagi pengalaman China melawan virus, bukan untuk mengekspor model tata kelola ke luar negeri.
Selain ke Serbia, Beijing telah mengirim tim medis ke Kamboja, Iran, Irak, Laos, Pakistan, Venezuela, dan Italia—satu-satunya negara G-7 yang bergabung dengan Belt and Road Initiative dan yang dihancurkan oleh wabah COVID-19. Pekan lalu, sebuah tim medis beranggotakan 12 orang China tiba di Filipina untuk membantu memerangi virus itu.
Di Serbia dan beberapa negara—yang diklaim Beijing sebagai negara sahabat—, China memberikan panduan langsung untuk membantu memerangi virus corona baru, COVID-19 yang telah mewabah di seluruh dunia.
Penjangkauan ini adalah bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Beijing untuk menegaskan kepemimpinan global dalam memerangi COVID-19 setelah menghadapi kritik dari Washington dan di tempat lain bahwa Beijing gagal dalam respons awal terhadap wabah yang diyakini berasal dari kota Wuhan tersebut.
Upaya-upaya oleh Beijing ini dilakukan ketika pemerintah Barat—yang sudah waspada dengan meningkatnya pengaruh China di seluruh dunia, termasuk melalui inisiatif infrastruktur Belt and Road-nya—sedang berjuang dengan meningkatnya jumlah korban COVID-19 di negara mereka sendiri.
Upaya-upaya Beijing itu bagian dari upaya jangka panjang China untuk melakukan postur kebajikan di luar negeri guna mengimbangi kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi dan militernya yang meningkat, sambil menghadirkan alternatif—seperti Asian Infrastructure Investment Bank yang didirikannya pada 2016—atas dominasi institusi Barat.
"Tidak ada keraguan bahwa China akan menggunakan wabah COVID-19 untuk lebih jauh apa yang dilihat China bertindak dalam kepentingan nasionalnya sendiri," kata Gordon Houlden, seorang mantan diplomat Kanada dan direktur University of Alberta’s China Institute, seperti dikutip Reuters, Senin (13/4/2020).
"Itu akan termasuk mendorong model tata pemerintahan sendiri, dalam hal ini metodologi epidemiologi," katanya lagi.
Metodologi itu didasarkan pada pendekatan agresif dan komprehensif yang diambil China untuk memerangi virus, termasuk penguncian atau lockdown Wuhan, dan pengetahuan yang dibangunnya sebagai negara pertama yang menderita wabah COVID-19.
Kementerian Luar Negeri China belum bersedia menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait misi ekspor manajemen wabah COVID-19 di berbagai negara. Tetapi juru bicara kementerian tersebut, Zhao Lijian, pada konferensi pers Kamis lalu, mengatakan tujuan pengiriman tim medis adalah untuk berbagi pengalaman China melawan virus, bukan untuk mengekspor model tata kelola ke luar negeri.
Selain ke Serbia, Beijing telah mengirim tim medis ke Kamboja, Iran, Irak, Laos, Pakistan, Venezuela, dan Italia—satu-satunya negara G-7 yang bergabung dengan Belt and Road Initiative dan yang dihancurkan oleh wabah COVID-19. Pekan lalu, sebuah tim medis beranggotakan 12 orang China tiba di Filipina untuk membantu memerangi virus itu.