China Ekspor Model Penanganan Virus Corona ke Banyak Negara

Senin, 13 April 2020 - 13:55 WIB
loading...
China Ekspor Model Penanganan...
Seorang pria yang mengenakan masker melewati papan reklame yang menggambarkan Presiden China Xi Jinping ketika penyebaran COVID-19 berlanjut di Beograd, Serbia, 1 April 2020. Foto/ REUTERS / Djordje Kojadinovic
A A A
SINGAPURA - Bulan lalu, enam profesional medis China atau Tiongkok turun dari jet Air Serbia di Belgrade dan disambut karpet merah oleh Presiden Aleksandar Vucic serta sejumlah menteri kabinet. Setelah salam pendek, Vucic mencium bendera Serbia, lalu bendera China.

Di Serbia dan beberapa negara—yang diklaim Beijing sebagai negara sahabat—, China memberikan panduan langsung untuk membantu memerangi virus corona baru, COVID-19 yang telah mewabah di seluruh dunia.

Penjangkauan ini adalah bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Beijing untuk menegaskan kepemimpinan global dalam memerangi COVID-19 setelah menghadapi kritik dari Washington dan di tempat lain bahwa Beijing gagal dalam respons awal terhadap wabah yang diyakini berasal dari kota Wuhan tersebut.

Upaya-upaya oleh Beijing ini dilakukan ketika pemerintah Barat—yang sudah waspada dengan meningkatnya pengaruh China di seluruh dunia, termasuk melalui inisiatif infrastruktur Belt and Road-nya—sedang berjuang dengan meningkatnya jumlah korban COVID-19 di negara mereka sendiri.

Upaya-upaya Beijing itu bagian dari upaya jangka panjang China untuk melakukan postur kebajikan di luar negeri guna mengimbangi kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi dan militernya yang meningkat, sambil menghadirkan alternatif—seperti Asian Infrastructure Investment Bank yang didirikannya pada 2016—atas dominasi institusi Barat.

"Tidak ada keraguan bahwa China akan menggunakan wabah COVID-19 untuk lebih jauh apa yang dilihat China bertindak dalam kepentingan nasionalnya sendiri," kata Gordon Houlden, seorang mantan diplomat Kanada dan direktur University of Alberta’s China Institute, seperti dikutip Reuters, Senin (13/4/2020).

"Itu akan termasuk mendorong model tata pemerintahan sendiri, dalam hal ini metodologi epidemiologi," katanya lagi.

Metodologi itu didasarkan pada pendekatan agresif dan komprehensif yang diambil China untuk memerangi virus, termasuk penguncian atau lockdown Wuhan, dan pengetahuan yang dibangunnya sebagai negara pertama yang menderita wabah COVID-19.

Kementerian Luar Negeri China belum bersedia menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait misi ekspor manajemen wabah COVID-19 di berbagai negara. Tetapi juru bicara kementerian tersebut, Zhao Lijian, pada konferensi pers Kamis lalu, mengatakan tujuan pengiriman tim medis adalah untuk berbagi pengalaman China melawan virus, bukan untuk mengekspor model tata kelola ke luar negeri.

Selain ke Serbia, Beijing telah mengirim tim medis ke Kamboja, Iran, Irak, Laos, Pakistan, Venezuela, dan Italia—satu-satunya negara G-7 yang bergabung dengan Belt and Road Initiative dan yang dihancurkan oleh wabah COVID-19. Pekan lalu, sebuah tim medis beranggotakan 12 orang China tiba di Filipina untuk membantu memerangi virus itu.

Badan Kerjasama Pembangunan Internasional China mengatakan penjangkauan yang dilakukan Beijing ini berada di atas sumbangan atau penjualan pasokan ke sekitar 90 negara, termasuk saingan-saiangan China seperti Amerika Serikat, serta sejumlah negara dan organisasi internasional untuk berbagi pengetahuannya.

"Kami berharap bahwa negara-negara lain tidak akan mengulangi tragedi China," kata Peng Zhiqiang, seorang spesialis dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Provinsi Guangdong yang juga ketua tim China di Serbia, melalui telepon dari Beograd.

Peng dan Liang Wenbin, anggota tim China yang dikirim ke Kamboja bulan lalu mengatakan tim medis China menasihati beberapa negara tuan rumah untuk membangun rumah sakit darurat—termasuk seperti yang dibangun China dari nol dalam delapan hari di Wuhan—dan meluncurkan langkah-langkah manajemen virus untuk membantu mengurangi infeksi baru.

Praktik-praktik tersebut termasuk karantina atau isolasi terhadap orang yang memiliki gejala ringan untuk menghentikan penyebaran awal virus, metode mengobati komplikasi dan memeriksa suhu tubuh orang-orang yang masuk ke tempat-tempat umum.

Atas saran tim China, Serbia mulai mengarantina orang-orang yang memiliki gejala ringan dan mengerahkan pasukan untuk membangun rumah sakit lapangan untuk pasien dengan gejala ringan.

Pejabat Serbia mengatakan mereka menyambut baik masukan itu, yang mereka sebut telah membantu memperlambat penyebaran virus.

"Kami mengubah pendekatan kami, dan dengan dukungan para ahli China, kami melakukan pengujian yang lebih luas," kata sumber yang dekat dengan kepresidenan Serbia, yang tidak berwenang berbicara dengan media dan menolak disebutkan namanya.

"Para dokter Tiongkok menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh Serbia, dan kami telah menganut model China, yaitu untuk menjangkau dan merawat sebanyak mungkin semua orang yang terinfeksi," ujarnya.

Di Kamboja, yang telah menjadi pendukung setia Beijing di Asia Tenggara, penerbitan visa untuk pengunjung internasional sangat dibatasi atas saran tim China. Negara ini bersiap-siap untuk menghadapi masuknya para pengungsi yang kembali untuk perayaan tahun baru Khmer bulan ini.

Liang, anggota tim China, mengatakan Kamboja juga mempertimbangkan saran tim Beijing untuk mereparasi hotel dan sekolah yang berpotensi dijadikan sebagai tempat karantina.

"Pembatasan terbaru untuk membatasi mobilitas personel dan untuk melarang orang asing datang ke negara itu adalah langkah-langkah pengendalian yang digunakan China," katanya.

Pemerintah Kamboja belum merespons permintaan berkomentar.

Meskipun upaya penjangkauan medisnya, China telah menghadapi kritik tajam di Washington dan di tempat lain karena menahan informasi awal tentang virus dan meremehkan risikonya.

"Saya skeptis bahwa banyak negara-negara akan segera melupakan kesalahan langkah awal Tiongkok yang berkontribusi terhadap penyebaran virus global," kata Ryan Hass, direktur senior Asia di Dewan Keamanan Nasional pemerintahan Obama yang sekarang di Brookings Institution.

Namun, tanggapan terhadap penjangkauan dari China di negara-negara seperti Serbia, sejauh ini positif.

Di Beograd, tim Tiongkok mengunjungi sebuah tugu peringatan bagi mereka yang terbunuh pada tahun 1999 ketika bom-bom Amerika menghantam kedutaan besar China di sana. Washington kala itu minta maaf dengan mengklaim sebagai "kecelakaan".

Setelah kedatangan tim, sebuah plakat dipasang di jalan Beograd pusat dengan foto pemimpin China dan surat-surat besar dalam bahasa China dan Serbia berbunyi; "Terima kasih, kakak Xi".
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Mahasiswi PhD Asal Turki...
Mahasiswi PhD Asal Turki Ini Diculik saat Hendak Berbuka Puasa, Terancam Dideportasi dari AS karena Dituding Mendukung Hamas
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
9 Orang Akan Dideportasi...
9 Orang Akan Dideportasi AS karena Bela Palestina
Gelar Buka Puasa Gedung...
Gelar Buka Puasa Gedung Putih, Trump Janjikan Perdamaian saat Gaza Dibom dengan Senjata AS
Pangkalan Samudra Hindia...
Pangkalan Samudra Hindia bisa Digunakan AS untuk Menyerang Iran
Inilah 4 Negara NATO...
Inilah 4 Negara NATO yang Pro Israel, Siapa Saja Itu?
Viral Pikachu Ikut Demo...
Viral Pikachu Ikut Demo di Turki, Lari Dikejar Polisi
Arab Saudi Rayakan Idul...
Arab Saudi Rayakan Idul Fitri Minggu 30 Maret, Gerhana Tak Pengaruhi Penampakan Hilal
Rekomendasi
Jelang Idulfitri, Megawati...
Jelang Idulfitri, Megawati Nyekar ke Makam Taufiq Kiemas dan Fatmawati Soekarno
379 Penyandang Disabilitas...
379 Penyandang Disabilitas Mendapatkan Kemudahan Mudik Lebaran
Mendukung Peningkatan...
Mendukung Peningkatan Kualitas SDM melalui Program Pelatihan Kerja
Berita Terkini
Siapa Sheikh Faisal?...
Siapa Sheikh Faisal? Miliarder Qatar Pemilik Museum FBQ yang Menyimpan Barang Berharga Saddam Hussein hingga Putri Diana
30 menit yang lalu
Mengapa India Pilih...
Mengapa India Pilih Beli 156 Helikopter Tempur Buatan Dalam Negeri Senilai Rp120 Triliun Ketimbang Produksi Asing?
1 jam yang lalu
Uni Eropa Bersiap untuk...
Uni Eropa Bersiap untuk Perang Besar, Berikut 4 Indikatornya
2 jam yang lalu
Siapa Emmanuel Lidden?...
Siapa Emmanuel Lidden? Penggila Sains Australia yang Dihukum 10 Tahun karena Ingin Membuat Senjata Nuklir
5 jam yang lalu
6 Negara yang Merayakan...
6 Negara yang Merayakan Idulfitri pada Senin 31 Maret 2025
8 jam yang lalu
Hamas Bantah Pernyataan...
Hamas Bantah Pernyataan Khaled Meshaal tentang Penyerahan Kekuasaan di Gaza
8 jam yang lalu
Infografis
43 Negara yang akan...
43 Negara yang akan Dilarang Masuk ke Amerika Serikat
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved