Jurnalis Gugat Pemerintahan Trump karena Tutup VoA dan Merumahkan 1.300 Karyawannya
loading...

Jurnalis gugat pemerintahan Presiden Donald Trump karena tiba-tiba tutup VoA dan merumahkan lebih dari 1.300 karyawannya. Foto/VoA
A
A
A
WASHINGTON - Jurnalis Voice of America (VoA) dan serikat pekerja mereka menggugat pemerintahan Presiden Donald Trump setelah media yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS) itu tiba-tiba ditutup.
Badan Media Global AS, penjabat direkturnya Victor Morales, dan Penasihat Khusus Kari Lake merumahkan lebih dari 1.300 karyawan VoA dan memotong dana untuk beberapa layanan berita pada Sabtu pekan lalu.
Tindakan tersebut melanggar Amandemen Pertama Konstitusi dan undang-undang yang digunakan Kongres untuk mengesahkan dan mendanai VoA, menurut pengaduan yang diajukan di pengadilan federal New York pada hari Jumat.
Pemotongan tersebut merupakan bagian dari dorongan besar-besaran oleh Presiden Donald Trump dan miliarder Elon Musk untuk mengecilkan pemerintah federal, yang menurut mereka membuang-buang uang pembayar pajak AS untuk tujuan yang tidak sejalan dengan kepentingan Amerika.
Gugatan tersebut meminta perintah pengadilan untuk membatalkan keputusan penutupan Badan Media Global AS, yang mendanai VoA dan outlet media lain seperti Radio Free Europe, Radio Liberty, dan Radio Free Asia.
Penutupan cepat itu akan membuat rezim otoriter di seluruh dunia semakin berani, menurut gugatan tersebut.
"Di banyak bagian dunia, sumber berita objektif yang krusial telah hilang, dan hanya media berita yang disponsori negara yang disensor yang tersisa untuk mengisi kekosongan tersebut," tulis para penggugat.
Menurut laporan Reuters, Sabtu (22/3/2025), Badan Media Global AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sejak didirikan untuk memerangi propaganda Nazi pada puncak Perang Dunia II, VoA tumbuh menjadi penyiar media internasional, yang beroperasi dalam lebih dari 40 bahasa secara daring, di radio dan televisi, menyebarkan narasi berita AS ke negara-negara yang tidak memiliki kebebasan pers.
VoA, Radio Free Europe, dan Radio Free Asia memiliki lebih dari 425 juta pendengar setiap minggu sebelum ditutup, menurut pengaduan tersebut.
Badan Media Global AS, penjabat direkturnya Victor Morales, dan Penasihat Khusus Kari Lake merumahkan lebih dari 1.300 karyawan VoA dan memotong dana untuk beberapa layanan berita pada Sabtu pekan lalu.
Tindakan tersebut melanggar Amandemen Pertama Konstitusi dan undang-undang yang digunakan Kongres untuk mengesahkan dan mendanai VoA, menurut pengaduan yang diajukan di pengadilan federal New York pada hari Jumat.
Pemotongan tersebut merupakan bagian dari dorongan besar-besaran oleh Presiden Donald Trump dan miliarder Elon Musk untuk mengecilkan pemerintah federal, yang menurut mereka membuang-buang uang pembayar pajak AS untuk tujuan yang tidak sejalan dengan kepentingan Amerika.
Gugatan tersebut meminta perintah pengadilan untuk membatalkan keputusan penutupan Badan Media Global AS, yang mendanai VoA dan outlet media lain seperti Radio Free Europe, Radio Liberty, dan Radio Free Asia.
Penutupan cepat itu akan membuat rezim otoriter di seluruh dunia semakin berani, menurut gugatan tersebut.
"Di banyak bagian dunia, sumber berita objektif yang krusial telah hilang, dan hanya media berita yang disponsori negara yang disensor yang tersisa untuk mengisi kekosongan tersebut," tulis para penggugat.
Menurut laporan Reuters, Sabtu (22/3/2025), Badan Media Global AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sejak didirikan untuk memerangi propaganda Nazi pada puncak Perang Dunia II, VoA tumbuh menjadi penyiar media internasional, yang beroperasi dalam lebih dari 40 bahasa secara daring, di radio dan televisi, menyebarkan narasi berita AS ke negara-negara yang tidak memiliki kebebasan pers.
VoA, Radio Free Europe, dan Radio Free Asia memiliki lebih dari 425 juta pendengar setiap minggu sebelum ditutup, menurut pengaduan tersebut.
(mas)
Lihat Juga :