Insiden Sofagare, Turki Bantah Kucilkan Presiden Komisi Eropa

Kamis, 08 April 2021 - 21:43 WIB
loading...
Insiden Sofagare, Turki Bantah Kucilkan Presiden Komisi Eropa
Cavusoglu mengatakan, pihaknya tidak pernah memperlakukan von der Leyen dengan tidak sopan dan semuanya sudah sesuai dengan pengaturan yang disepakati. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu angkat bicara mengenai insiden "sofagate". Cavusoglu mengatakan, pihaknya tidak pernah memperlakukan Presiden Komisi Eropa , Ursula von der Leyen dengan tidak sopan dan semuanya sudah sesuai dengan pengaturan yang disepakati.

Insiden "sofagate" terjadi ketika pertemua Presiden Turki Tayyip Erdogan, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan von der Leyen.

Dalam sebuah video dari pertemuan hari Selasa di Ankara menunjukkan von der Leyen terlihat bingung ketika Erdogan dan Michel mengambil dua kursi di depan benderaUni Eropa(UE)dan Turki.

Akhirnya, dia duduk di sofa agak jauh dari rekan-rekannya, di seberang Covusoglu, seseorang di bawahnya dalam urutan kekuasaan protokol diplomatik.

Von der Leyen, sebagai presiden Komisi Eropa, adalah kepala eksekutif UE. Sedangkan Michel, presiden Dewan Eropa, mewakili pemerintah negara anggota. Brussels mengharapkan keduanya diperlakukan dengan protokol yang diperuntukkan bagi seorang kepala pemerintahan.

Cavusoglu menyebut tudingan UE tersebut tidak adil dan tidak berdasar. Alasannya, Cavusoglu mengatakan, pengaturan tempat duduk sudah sesuai dengan saran yang diberikan oleh UE dan sudah disepakati kedua pihak.

"Protokol yang diterapkan dalam pertemuan di Turki adalah protokol internasional dan telah dilakukan dalam kerangka keramahtamahan Turki yang dikenal di seluruh dunia," ucap Cavusoglu.

"Tuntutan pihak UEterpenuhi. Artinya, penataan tempat duduk dibuat sesuai dengan saran mereka. Unit protokol kami bersatu sebelumnya dan tuntutan mereka terwujud," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (8/4/2021).

Insiden ini sendiri terjadi pada saat yang sulit, ketika UE dan Turki berupaya membangun kembali hubungan meskipun ada kekhawatiran atas catatan hak-hak asasi Ankara, termasuk diskriminasi terhadap perempuan.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1174 seconds (0.1#10.140)