Terusan Suez Tersumbat, Mesir Minta Ganti Rugi USD1 Miliar

Jum'at, 02 April 2021 - 03:25 WIB
loading...
Terusan Suez Tersumbat, Mesir Minta Ganti Rugi USD1 Miliar
Pemerintah Mesir berusaha untuk mendapatkan kompensasi USD1 miliar akibat penyumbatan Terusan Suez yang disebabkan kandasnya kapal kargo raksasa Ever Given. Foto/Middle East Eye
A A A
KAIRO - Badan pengelola Terusan Suez mengatakan Mesir harus menerima lebih dari USD1 miliar sebagai kompensasi dari perusahaan pemilik kapal yang menyumbat jalur air itu.

Kapal kontainer raksasa Ever Given akhirnya berhasil dibebaskan dari Terusan Suez, membuka blokade arteri vital yang telah ditutup untuk pengiriman internasional selama enam hari.



Kapal Ever Given sepanjang 400 meter menjadi berita utama internasional pada 23 Maret setelah macet secara diagonal di bagian selatan Terusan Suez akibat angin kencang, menghentikan lalu lintas di rute pengiriman terpendek antara Eropa dan Asia.



Jalur air itu adalah jalur kehidupan ekonomi penting bagi Mesir, yang mengalirkan sumber daya untuk membuka blokir kapal.

Kepala Otoritas Terusan Suez (SCA), Osama Rabie mengatakan, dia memperkirakan kompensasi yang kemungkinan akan diterima Mesir dari perusahaan yang memiliki Ever Given akan mencapai lebih dari USD1 miliar.

Kepala SCA mengatakan bahwa kompensasi akan dibahas setelah penyelidikan kecelakaan selesai.

"Ini adalah hak negara, Insya Allah, kami akan mencapai satu miliar dan sedikit lebih (sebagai kompensasi)," kata Rabie dalam wawancara dengan saluran Sada Al Balad seperti dikutip dari Middle East Eye, Jumat (2/4/2021).

Rabei menunjukkan bahwa kerusakan termasuk penghentian lalu lintas navigasi di Terusan Suez, yang menghasilkan pendapatan harian bagi Mesir yang diperkirakan mencapai USD14 juta.



Dia menambahkan, SCA akan menghitung biaya pekerjaan peralatan, kerusakan, dan pekerja kanal selama enam hari agar kapal bisa mengapung.

“Ini hak negara, kita tidak akan menyia-nyiakan sepeser pun,” ucapnya. "Kami membiarkan perahunya utuh," imbuhnya.

Rabie mengatakan bahwa penyelidikan atas insiden tersebut dimulai pada Rabu oleh komite yang terdiri dari sekitar enam orang, kebanyakan dari mereka dari SCA, selain konsultan dari luar negeri yang akan peduli dengan perkiraan jumlah kompensasi.

Rabei mengatakan bahwa kapal tersebut tidak akan meninggalkan Mesir sebelum penyelidikan berakhir.

"Jika perusahaan pemilik kapal menandatangani kesepakatan untuk membayar ganti rugi, masalah itu akan berakhir dalam dua atau tiga hari," tambahnya.



Jika perusahaan menolak, dia mengatakan masalah itu akan berubah menjadi kasus perdata di depan pengadilan.

"(Kapal) memiliki kargo senilai tiga setengah miliar dolar. Kami menyelamatkan mereka dari banyak hal," ujarnya sambil mengkonfirmasikan bahwa perusahaan tersebut menunjukkan kerjasamanya dengan SCA selama krisis dan mengirim perusahaan Belanda Smit untuk membantu mengapungkan kembali kapal.

Sementara itu, sumber industri perkapalan mengatakan kepada Reuters bahwa Mesir harus bergerak cepat untuk meningkatkan infrastruktur teknisnya untuk menghindari gangguan pengiriman di masa depan.

Sumber tersebut mengatakan bahwa peralatan spesialis dan prosedur terkait telah lama berjuang untuk mengimbangi ukuran kapal komersial yang terus meningkat.

"Ukuran rata-rata sebagian besar kapal telah meningkat secara eksponensial selama 15 tahun terakhir. Kemampuan untuk menyelamatkan kapal-kapal yang lebih besar ini belum," kata Peter Townsend, seorang veteran industri asuransi kelautan.



"Masalahnya adalah mengeluarkan peti kemas pada dasarnya sebuah gedung setinggi 20 lantai di laut," sambungnya.

Michael Kingston, spesialis perkapalan internasional dan penasihat Organisasi Maritim Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa SCA tidak dapat mengeluarkan peti kemas dari kapal karena kekurangan peralatan.

"Cara yang jelas untuk meringankan kapal adalah dengan mengeluarkan peti kemas. Mereka tidak punya cara untuk melakukannya. Tidak ada peralatan yang tersedia," katanya kepada Reuters.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2035 seconds (0.1#10.140)