Tak Hanya di Bumi, Segitiga Bermuda Juga Ada di Ruang Angkasa

Sabtu, 13 Februari 2021 - 11:21 WIB
loading...
A A A
Kegagalan untuk mengambil tindakan ini kemungkinan besar akan menyebabkan kegagalan sistem.



"Menempatkan peralatan ke 'mode aman' berarti operasi yang lebih rentan terhadap radiasi dibatasi," ujar Tarduno.

Kerusakan yang disebabkan oleh SAA juga terbukti sangat merugikan, terbukti ketika wilayah itu mengirim satelit Jepang Hitomi jatuh ke Bumi. Hitomi, atau ASTRO-H, ditugaskan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) untuk mempelajari proses yang sangat energik di alam semesta.

Lebih dari sebulan setelah peluncurannya pada Februari 2016, operatornya kehilangan kontak dan satelitnya pecah menjadi beberapa bagian.

Para ahli kemudian menemukan bahwa masalahnya disebabkan oleh unit referensi inersia pesawat ruang angkasa yang melaporkan rotasi 21,7 derajat per jam ketika pesawat itu benar-benar stabil. Ketika sistem kendali berusaha untuk melawan putaran yang tidak ada, serangkaian peristiwa menyebabkannya putus.

Seandainya operator dapat menemukan kesalahan secara real-time, mereka dapat memperbaikinya, tetapi itu terjadi ketika satelit melakukan perjalanan melalui SAA, sehingga komunikasi terputus.



Kisah malang itu menghabiskan biaya JAXA sekitar USD273 juta dan tiga tahun studi. Dan itu bisa menimbulkan lebih banyak masalah di masa depan.

Perkiraan baru-baru ini dari ilmuwan NASA Dr Weijia Kuang dan Profesor Andrew Tangborn dari Universitas Maryland, Baltimore County, menunjukkan bahwa selain bermigrasi ke barat, anomali tersebut semakin besar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)