Jaga Iran Tetap Terkendali, AS Terus Kirim Pembom ke Teluk Persia

Rabu, 27 Januari 2021 - 23:59 WIB
loading...
Jaga Iran Tetap Terkendali, AS Terus Kirim Pembom ke Teluk Persia
Pesawat pembom B-52 AS. Foto/AF.mil
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) terus mengirim pesawat pembom melalui Teluk Persia untuk menjaga Iran tetap terkendali. Ini dilakukan ketika pemerintahan Presiden Joe Biden yang baru mencari tahu bagaimana ia ingin mendekati Teheran.

Pada hari Selasa, pesawat pembom berat jarak jauh B-52H Stratofortress Angkatan Udara AS yang ditugaskan di Wing Bomb ke-2 terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana ke Timur Tengah. Pesawat terbang melalui Teluk Persia sebelum kembali ke AS dengan menempuh perjalanan pulang pergi 36 jam.

"Tujuannya adalah menunjukkan kemampuan militer AS untuk mengerahkan kekuatan udara di mana pun di dunia guna mencegah potensi agresi dan menunjukkan komitmen AS terhadap keamanan kawasan," kata Komando Pusat AS dalam pernyataan resmi seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (27/1/2021).



Penerbangan pembom B-52 terbaru ini menandai penerbangan pencegahan keenam melalui Teluk Persia sejak November dan yang pertama sejak Presiden Joe Biden menjabat.

"Kami tahu bahwa kebijakan AS berkembang sehubungan dengan Iran sekarang dan pemerintahan baru akan membuat beberapa keputusan di sini untuk sementara waktu," kata seorang pejabat AS kepada Defense One.

"Saya tahu jika kita dapat terus mencegah agresi Iran itu akan memberi pembuat kebijakan lebih banyak ruang pengambilan keputusan saat mereka menetapkan kebijakan," imbuhnya.

"Kekhawatiran lain termasuk, apakah mereka akan mencoba melakukan sesuatu untuk membalas dendam pada pemerintahan Trump saat mereka meninggalkan kantor?" kata pejabat itu.

"Kami juga berpikir ke depan dan berkata, 'Oke, apakah mereka akan mencoba menguji atau menekan militer AS di hari-hari awal pemerintahan baru?'" sambungnya.



Pemerintahan Biden, yang telah berdiri dan berjalan hanya dalam seminggu, telah berjanji untuk bekerja dengan melibatkan Iran dan mengatasi aspirasi nuklirnya, program rudal balistik, serta kegiatan memfitnah dan mengganggu kestabilan di kawasan itu.

Selama pemerintahan Trump, hubungan antara Washington dan Teheran ditentukan oleh peningkatan ketegangan yang signifikan. Awal tahun lalu, kedua negara berada di ambang perang setelah AS membunuh seorang jenderal Iran, mendorong Teheran untuk membalas dengan meluncurkan serangan rudal terhadap pasukan AS.

Situasi mereda dengan cepat tetapi ketegangan tetap ada.

Penerbangan pembom sebelumnya melalui wilayah itu terjadi saat AS waspada terhadap kemungkinan agresi Iran. Ada kekhawatiran bahwa Iran yang masih berduka atas kematian jenderalnya yang terbunuh mungkin akan mengambil kesempatan saat AS terganggu dengan transisi kekuasaan yang kacau di dalam negeri.

Seorang pejabat senior militer AS mengatakan kepada NBC News pada awal Desember bahwa risiko salah perhitungan "lebih tinggi dari biasanya saat ini."



"Itu tidak berarti bahwa mereka akan melakukan sesuatu," pejabat senior militer itu menjelaskan.

"Tapi, Anda tahu, kami ingin memastikan bahwa jika mereka memikirkan tindakan agresif, mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukannya," ia menambahkan.

Selain pembom B-52 Angkatan Udara AS, USS Georgia, kapal selam berpeluru kendali Angkatan Laut AS yang sarat dengan rudal jelajah serang darat Tomahawk, secara terang-terangan dikerahkan ke Teluk Persia dengan dua kapal penjelajah pada bulan Desember.

Militer AS percaya bahwa aktivitasnya di dalam dan sekitar Teluk telah menghalangi Iran.

"Penilaian kami sekarang adalah Iran mungkin tidak akan melakukan apa pun untuk memprovokasi Amerika Serikat sekarang," kata seorang pejabat kepada Defense One.



"Mereka tampaknya menunggu waktu, menunggu untuk melihat apa kebijakan pemerintahan baru terhadap mereka," tukasnya.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)