Trump Ancam Iran, Dua Pembom B-52 AS Berkeliaran di Teluk
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menerbangkan dua pesawat pembom strategis B-52 di atas Teluk pada Rabu untuk kedua kalinya dalam bulan ini. Sepasang pesawat berbahaya itu berkeliaran setelah sebelumnya Presiden Donald Trump mengancam Iran sebagai respons atas rentetan serangan roket di kompleks Kedutaan AS di Irak pekan lalu.
Seorang perwira senior militer AS mengatakan penerbangan dua pembom B-52 Angkatan Udara itu sebagai tanggapan atas sinyal bahwa Iran mungkin merencanakan serangan terhadap target AS dan sekutunya di Irak atau di tempat lain di kawasan itu dalam beberapa hari mendatang, bahkan ketika Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk menjabat. (Baca: Erdogan Diminta Bantu Bebaskan Tentara Israel yang Ditahan di Gaza )
Petugas itu tidak berwenang untuk secara terbuka membahas penilaian internal berdasarkan intelijen sensitif dan berbicara kepada The Associated Press dengan syarat anonim.
Misi pembom B-52—yang diterbangkan pulang pergi dari pangkalan Angkatan Udara di North Dakota—mencerminkan kekhawatiran yang meningkat di Washington pada minggu-minggu terakhir pemerintahan Presiden Donald Trump. Kekhawatiran yang dimaksud adalah bahwa Iran akan memerintahkan pembalasan militer lebih lanjut atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh pesawat nirawak AS di Baghdad pada 3 Januari lalu.
Respons awal Iran—lima hari setelah serangan pesawat tak berawak AS yang mematikan— adalah serangan rudal balistik di pangkalan militer di Irak yang menyebabkan cedera gegar otak pada sekitar 100 tentara Amerika.
Insiden yang menambah ketegangan adalah rentetan serangan roket pekan lalu di kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh kelompok bersenjata Syiah yang didukung Iran. Tidak ada yang terbunuh, tetapi Trump men-tweet ancaman terhadap negara para Mullah tersebut.
“Beberapa nasihat kesehatan yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan baik-baik," tulis Trump pada 23 Desember. (Baca juga: Heboh Video Menghina Lagu Indonesia Raya, Ini Respons Malaysia )
Dalam mengumumkan penerbangan sepasang pembom B-52 pada hari Rabu, kepala Komando Pusat AS mengatakan itu adalah langkah defensif.
“Amerika Serikat terus mengerahkan kemampuan siap tempur ke dalam area tanggung jawab Komando Pusat AS untuk mencegah potensi musuh, dan menjelaskan bahwa kami siap dan mampu menanggapi setiap agresi yang ditujukan pada Amerika atau kepentingan kami,” kata Jenderal Frank McKenzie, komandan Komando Pusat Amerika, yang dilansir Kamis (31/12/2020).
"Kami tidak mencari konflik, tetapi tidak ada yang boleh meremehkan kemampuan kami untuk mempertahankan pasukan kami atau bertindak tegas dalam menanggapi serangan apa pun."
Lihat Juga: Meski Tak Mampu Bendung Rudal Iran, Hamas, dan Hizbullah, 10 Negara Tetap Pakai Iron Dome
Seorang perwira senior militer AS mengatakan penerbangan dua pembom B-52 Angkatan Udara itu sebagai tanggapan atas sinyal bahwa Iran mungkin merencanakan serangan terhadap target AS dan sekutunya di Irak atau di tempat lain di kawasan itu dalam beberapa hari mendatang, bahkan ketika Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk menjabat. (Baca: Erdogan Diminta Bantu Bebaskan Tentara Israel yang Ditahan di Gaza )
Petugas itu tidak berwenang untuk secara terbuka membahas penilaian internal berdasarkan intelijen sensitif dan berbicara kepada The Associated Press dengan syarat anonim.
Misi pembom B-52—yang diterbangkan pulang pergi dari pangkalan Angkatan Udara di North Dakota—mencerminkan kekhawatiran yang meningkat di Washington pada minggu-minggu terakhir pemerintahan Presiden Donald Trump. Kekhawatiran yang dimaksud adalah bahwa Iran akan memerintahkan pembalasan militer lebih lanjut atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh pesawat nirawak AS di Baghdad pada 3 Januari lalu.
Respons awal Iran—lima hari setelah serangan pesawat tak berawak AS yang mematikan— adalah serangan rudal balistik di pangkalan militer di Irak yang menyebabkan cedera gegar otak pada sekitar 100 tentara Amerika.
Insiden yang menambah ketegangan adalah rentetan serangan roket pekan lalu di kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh kelompok bersenjata Syiah yang didukung Iran. Tidak ada yang terbunuh, tetapi Trump men-tweet ancaman terhadap negara para Mullah tersebut.
“Beberapa nasihat kesehatan yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan baik-baik," tulis Trump pada 23 Desember. (Baca juga: Heboh Video Menghina Lagu Indonesia Raya, Ini Respons Malaysia )
Dalam mengumumkan penerbangan sepasang pembom B-52 pada hari Rabu, kepala Komando Pusat AS mengatakan itu adalah langkah defensif.
“Amerika Serikat terus mengerahkan kemampuan siap tempur ke dalam area tanggung jawab Komando Pusat AS untuk mencegah potensi musuh, dan menjelaskan bahwa kami siap dan mampu menanggapi setiap agresi yang ditujukan pada Amerika atau kepentingan kami,” kata Jenderal Frank McKenzie, komandan Komando Pusat Amerika, yang dilansir Kamis (31/12/2020).
"Kami tidak mencari konflik, tetapi tidak ada yang boleh meremehkan kemampuan kami untuk mempertahankan pasukan kami atau bertindak tegas dalam menanggapi serangan apa pun."
Lihat Juga: Meski Tak Mampu Bendung Rudal Iran, Hamas, dan Hizbullah, 10 Negara Tetap Pakai Iron Dome
(min)