Dampak Covid-19, Kerugian Ekonomi Bisa Capai Rp131,06 Kuadriliun
loading...
A
A
A
Berapa kerugian akibat Covid-19 di Asia? ADB memperingatkan kerugian bisa mencapai USD1,7 triliun atau 6,2% dari PDB hingga USD2,5 triliun atau 9,3% dari PDB. China menjadi negara di Asia yang paling parah terdampak krisis ini. “China menjadi negara yang paling parah dihantam Covid-19 dengan kerugian mencapai USD1 triliun hingga USD1,6 triliun,” demikian keterangan ADB.
James Villafuerte, ekonom senior ADB, menyebutkan 95 juta orang bisa menganggur akibat krisis ini. “Sektor manufaktur dan pariwisata menjadi paling parah terkena dampak. Para pekerja di sektor lain juga bisa terkena dampak dirumahkan,” kata Villafuerte.
Sementara itu Sawada juga mengungkapkan, krisis ekonomi juga dipicu penurunan investasi dan konsumsi yang mengakibatkan pendapatan negara di seluruh dunia mengalami penurunan drastis, terutama di AS dan Eropa. “Itu merupakan risiko kesehatan dan tidak dikendalikan oleh permasalahan ekonomi yang fundamental,” katanya.
Dia mengungkapkan, kebijakan ekonomi yang solid dan kebijakan penanganan Covid-19 menjadi kunci utamanya. “Saya bisa mencontohkan bagaimana Korea Selatan dan Vietnam sukses menangani Covid-19,” tuturnya. (Baca juga: Spanyol Mulai Karantina Semua Pelancong dari Luar Negeri)
Untuk mengatasi krisis tersebut, ABD telah menyediakan paket bantuan senilai USD20 miliar yang telah diumumkan pada 13 April lalu. ADB yang didirikan pada 1966 itu juga telah memberikan serangkaian panduan operasional dan bantuan untuk penanganan krisis.
Sebelumnya pada awal April lalu, Direktur Operasional Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan krisis ekonomi akibat Covid-19 lebih parah daripada krisis keuangan global pada satu dekade lalu. Dia mengungkapkan, negara-negara berkembang menjadi yang paling rentan dalam krisis virus korona.
"Krisis saat ini jauh lebih buruk daripada krisis keuangan global dan ini adalah krisis yang mengharuskan semua pihak untuk bersatu," kata Georgieva. Dia menjelaskan, lebih dari 90 negara sejauh ini telah mendekati IMF untuk pendanaan darurat. “Sistem kesehatan mereka sudah rapuh dan sekarang mereka sangat terpukul secara ekonomi. IMF memberikan prioritas tinggi kepada negara-negara itu,” imbuh Georgieva.
IMF menyatakan pandemi virus Covid-19 yang terjadi saat ini telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan. "Kita berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana pandemi kesehatan global telah berubah menjadi krisis ekonomi," kata pernyataan resmi IMF.
Gita Gopinath, peneliti ekonomi IMF, mengungkapkan Great Lockdown akibat pandemi korona telah mengakibatkan krisis ekonomi terburuk sejak Great Depression pada awal 1900-an. "World Economic Outlook secara global pada 2020 bisa turun hingga minus 3%," katanya.
Kapan akan pulih? Proses pemulihan dari krisis ekonomi tersebut akan terjadi pada 2021 meskipun proyeksi ekonomi tetap berada titik terendah. "Untuk pertama kalinya sejak Great Depression, ekonomi negara maju dan berkembang akan mengalami resesi," kata Gopinath.
James Villafuerte, ekonom senior ADB, menyebutkan 95 juta orang bisa menganggur akibat krisis ini. “Sektor manufaktur dan pariwisata menjadi paling parah terkena dampak. Para pekerja di sektor lain juga bisa terkena dampak dirumahkan,” kata Villafuerte.
Sementara itu Sawada juga mengungkapkan, krisis ekonomi juga dipicu penurunan investasi dan konsumsi yang mengakibatkan pendapatan negara di seluruh dunia mengalami penurunan drastis, terutama di AS dan Eropa. “Itu merupakan risiko kesehatan dan tidak dikendalikan oleh permasalahan ekonomi yang fundamental,” katanya.
Dia mengungkapkan, kebijakan ekonomi yang solid dan kebijakan penanganan Covid-19 menjadi kunci utamanya. “Saya bisa mencontohkan bagaimana Korea Selatan dan Vietnam sukses menangani Covid-19,” tuturnya. (Baca juga: Spanyol Mulai Karantina Semua Pelancong dari Luar Negeri)
Untuk mengatasi krisis tersebut, ABD telah menyediakan paket bantuan senilai USD20 miliar yang telah diumumkan pada 13 April lalu. ADB yang didirikan pada 1966 itu juga telah memberikan serangkaian panduan operasional dan bantuan untuk penanganan krisis.
Sebelumnya pada awal April lalu, Direktur Operasional Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan krisis ekonomi akibat Covid-19 lebih parah daripada krisis keuangan global pada satu dekade lalu. Dia mengungkapkan, negara-negara berkembang menjadi yang paling rentan dalam krisis virus korona.
"Krisis saat ini jauh lebih buruk daripada krisis keuangan global dan ini adalah krisis yang mengharuskan semua pihak untuk bersatu," kata Georgieva. Dia menjelaskan, lebih dari 90 negara sejauh ini telah mendekati IMF untuk pendanaan darurat. “Sistem kesehatan mereka sudah rapuh dan sekarang mereka sangat terpukul secara ekonomi. IMF memberikan prioritas tinggi kepada negara-negara itu,” imbuh Georgieva.
IMF menyatakan pandemi virus Covid-19 yang terjadi saat ini telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan. "Kita berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana pandemi kesehatan global telah berubah menjadi krisis ekonomi," kata pernyataan resmi IMF.
Gita Gopinath, peneliti ekonomi IMF, mengungkapkan Great Lockdown akibat pandemi korona telah mengakibatkan krisis ekonomi terburuk sejak Great Depression pada awal 1900-an. "World Economic Outlook secara global pada 2020 bisa turun hingga minus 3%," katanya.
Kapan akan pulih? Proses pemulihan dari krisis ekonomi tersebut akan terjadi pada 2021 meskipun proyeksi ekonomi tetap berada titik terendah. "Untuk pertama kalinya sejak Great Depression, ekonomi negara maju dan berkembang akan mengalami resesi," kata Gopinath.