Perlombaan Vaksin Corona Global Memanas dan Sarat Kontroversi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Perlombaan global untuk mendapatkan vaksin virus corona baru memanas pada Kamis, ketika Amerika Serikat (AS) dan China melanjutkan perseteruan. Pada saat yang sama, Prancis mengecam perusahaan raksasa obat Sanofi karena menyatakan Amerika pada akhirnya akan mendapatkan vaksin corona .
Para ilmuwan bekerja dengan kecepatan sangat tinggi untuk mengembangkan vaksin untuk virus corona baru, SARS-Cov-2, penyebab penyakit Covid-19 . Virus itu telah menyebabkan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia meninggal dan menghantam ekonomi dunia.
Dari AS, Eropa hingga Asia, pemerintah nasional dan lokal melonggarkan perintah penguncian (lockdown) untuk membuat orang kembali bekerja. Namun, mereka juga khawatir langkah itu akan memicu gelombang kedua infeksi Covid-19.
Meningkatnya kebebasan bergerak berarti memicu peningkatan risiko tertular virus, sehingga laboratorium nasional dan perusahaan swasta bekerja keras untuk menemukan formula yang tepat untuk vaksin. (Baca: Demi Uji Vaksin, 14.000 Orang Akan Diinfeksi Virus Corona )
Badan obat-obatan Uni Eropa menawarkan beberapa harapan ketika mengatakan vaksin bisa siap tersedia dalam satu tahun berdasarkan data dari uji klinis yang sudah berlangsung.
Tetapi Marco Cavaleri, kepala strategi vaksin EMA, mengakui bahwa waktu adalah "skenario kasus terbaik" dan memperingatkan bahwa kemungkinan ada penundaan.
Perlombaan untuk mendapatkan vaksin telah memperlihatkan hubungan yang tidak jelas antara AS dan China . China jadi sorotan dunia, karena virus itu pertama kali terdeteksi Desember 2019 di pusat kota Wuhan.
Dua otoritas AS pada Rabu memperingatkan bahwa peretas China berusaha mencuri penelitian vaksin Covid-19. Namun, Beijing menolak tuduhan itu sebagai langkah Washington mengotori reputasi China. (Baca: FBI Yakin Hacker China Coba Curi Penelitian Vaksin Covid-19 AS )
Presiden AS Donald Trump, yang telah mengumbar retorika melawan China, mengatakan dia bahkan tidak ingin terlibat apa pun dengan Presiden China Xi Jinping, sebuah langkah yang berpotensi membahayakan kesepakatan perdagangan antara dua ekonomi utama dunia.
"Saya sangat kecewa pada China. Saya akan mengatakannya sekarang," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, yang dilansir AFP, Jumat (15/5/2020).
Para ilmuwan bekerja dengan kecepatan sangat tinggi untuk mengembangkan vaksin untuk virus corona baru, SARS-Cov-2, penyebab penyakit Covid-19 . Virus itu telah menyebabkan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia meninggal dan menghantam ekonomi dunia.
Dari AS, Eropa hingga Asia, pemerintah nasional dan lokal melonggarkan perintah penguncian (lockdown) untuk membuat orang kembali bekerja. Namun, mereka juga khawatir langkah itu akan memicu gelombang kedua infeksi Covid-19.
Meningkatnya kebebasan bergerak berarti memicu peningkatan risiko tertular virus, sehingga laboratorium nasional dan perusahaan swasta bekerja keras untuk menemukan formula yang tepat untuk vaksin. (Baca: Demi Uji Vaksin, 14.000 Orang Akan Diinfeksi Virus Corona )
Badan obat-obatan Uni Eropa menawarkan beberapa harapan ketika mengatakan vaksin bisa siap tersedia dalam satu tahun berdasarkan data dari uji klinis yang sudah berlangsung.
Tetapi Marco Cavaleri, kepala strategi vaksin EMA, mengakui bahwa waktu adalah "skenario kasus terbaik" dan memperingatkan bahwa kemungkinan ada penundaan.
Perlombaan untuk mendapatkan vaksin telah memperlihatkan hubungan yang tidak jelas antara AS dan China . China jadi sorotan dunia, karena virus itu pertama kali terdeteksi Desember 2019 di pusat kota Wuhan.
Dua otoritas AS pada Rabu memperingatkan bahwa peretas China berusaha mencuri penelitian vaksin Covid-19. Namun, Beijing menolak tuduhan itu sebagai langkah Washington mengotori reputasi China. (Baca: FBI Yakin Hacker China Coba Curi Penelitian Vaksin Covid-19 AS )
Presiden AS Donald Trump, yang telah mengumbar retorika melawan China, mengatakan dia bahkan tidak ingin terlibat apa pun dengan Presiden China Xi Jinping, sebuah langkah yang berpotensi membahayakan kesepakatan perdagangan antara dua ekonomi utama dunia.
"Saya sangat kecewa pada China. Saya akan mengatakannya sekarang," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, yang dilansir AFP, Jumat (15/5/2020).