Perlombaan Vaksin Corona Global Memanas dan Sarat Kontroversi
loading...
A
A
A
"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Kita bisa melakukan banyak hal. Kita bisa memutuskan seluruh hubungan (dengan China)," lanjut Trump. (Baca: Pertama di Eropa, Vaksin COVID-19 Disuntikkan ke Manusia )
Di Capitol Hill, seorang pejabat kesehatan AS yang dicopot mengatakan kepada Kongres bahwa pemerintah Trump tidak memiliki strategi untuk menemukan dan mendistribusikan vaksin kepada jutaan orang Amerika. Dia memperingatkan "musim dingin yang paling gelap" berada di depan.
"Kami tidak memiliki satu titik kepemimpinan saat ini untuk respons ini, dan kami tidak memiliki rencana induk," kata Rick Bright, yang dicopot bulan lalu sebagai kepala badan AS yang ditugasi mengembangkan vaksin virus corona.
Amerika Serikat telah melaporkan hampir 86.000 kematian yang terkait dengan Covid-19 , sebuah angka kematian tertinggi di dunia.
Para pemimpin dunia termasuk di antara 140 penandatangan surat yang diterbitkan Kamis mengatakan vaksin apa pun tidak boleh dipatenkan dan bahwa sains harus dibagi di antara negara-negara di dunia. (Baca: China Nyatakan Vaksin COVID-19 Siap pada September )
"Pemerintah dan mitra internasional harus bersatu dalam jaminan global yang memastikan bahwa, ketika vaksin yang aman dan efektif dikembangkan, vaksin diproduksi dengan cepat dalam skala dan tersedia bagi semua orang, di semua negara, gratis," bunyi pernyataan para pemimpin dunia tersebut.
Tetapi pertikaian pecah di Prancis setelah produsen obat Sanofi mengatakan akan memerintahkan pengiriman pertama dari setiap vaksin yang ditemukan ke Amerika Serikat.
Komentar itu memicu kecaman cepat dari pemerintah Prancis, di mana Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan vaksin apa pun harus diperlakukan sebagai "barang publik global, yang tidak diserahkan kepada kekuatan pasar".
Kepala eksekutif Sanofi Paul Hudson mengatakan AS memiliki model pembagian risiko yang memungkinkan pembuatan dimulai sebelum vaksin akhirnya disetujui, sedangkan Eropa tidak.
"Pemerintah AS memiliki hak atas pemesanan di muka terbesar karena telah diinvestasikan untuk mengambil risiko," kata Hudson kepada Bloomberg News. (Baca: WHO: Seperti HIV, Virus Corona Mungkin Tak Akan Pernah Hilang )
Di Capitol Hill, seorang pejabat kesehatan AS yang dicopot mengatakan kepada Kongres bahwa pemerintah Trump tidak memiliki strategi untuk menemukan dan mendistribusikan vaksin kepada jutaan orang Amerika. Dia memperingatkan "musim dingin yang paling gelap" berada di depan.
"Kami tidak memiliki satu titik kepemimpinan saat ini untuk respons ini, dan kami tidak memiliki rencana induk," kata Rick Bright, yang dicopot bulan lalu sebagai kepala badan AS yang ditugasi mengembangkan vaksin virus corona.
Amerika Serikat telah melaporkan hampir 86.000 kematian yang terkait dengan Covid-19 , sebuah angka kematian tertinggi di dunia.
Para pemimpin dunia termasuk di antara 140 penandatangan surat yang diterbitkan Kamis mengatakan vaksin apa pun tidak boleh dipatenkan dan bahwa sains harus dibagi di antara negara-negara di dunia. (Baca: China Nyatakan Vaksin COVID-19 Siap pada September )
"Pemerintah dan mitra internasional harus bersatu dalam jaminan global yang memastikan bahwa, ketika vaksin yang aman dan efektif dikembangkan, vaksin diproduksi dengan cepat dalam skala dan tersedia bagi semua orang, di semua negara, gratis," bunyi pernyataan para pemimpin dunia tersebut.
Tetapi pertikaian pecah di Prancis setelah produsen obat Sanofi mengatakan akan memerintahkan pengiriman pertama dari setiap vaksin yang ditemukan ke Amerika Serikat.
Komentar itu memicu kecaman cepat dari pemerintah Prancis, di mana Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan vaksin apa pun harus diperlakukan sebagai "barang publik global, yang tidak diserahkan kepada kekuatan pasar".
Kepala eksekutif Sanofi Paul Hudson mengatakan AS memiliki model pembagian risiko yang memungkinkan pembuatan dimulai sebelum vaksin akhirnya disetujui, sedangkan Eropa tidak.
"Pemerintah AS memiliki hak atas pemesanan di muka terbesar karena telah diinvestasikan untuk mengambil risiko," kata Hudson kepada Bloomberg News. (Baca: WHO: Seperti HIV, Virus Corona Mungkin Tak Akan Pernah Hilang )