Saudi-Qatar Buka Blokade Jadi Sinyal Unifikasi Negara Teluk

Rabu, 06 Januari 2021 - 06:52 WIB
loading...
A A A
Riyadh juga tidak suka dengan Qatar yang memiliki hubungan baik dengan Iran. Padahal, Iran musuh abadi bagi Saudi. Qatar dinilai memberikan banyak ruang bagi Iran di negaranya. Qatar juga tidak bersikap tegas ke Iran mengenai pengembangan senjata nuklir. Baik Saudi dan sekutunya selalu menuding Qatar memberikan dana besar kepada kelompok yang berafiliasi dengan Iran, seperti Hezbollah dan Hamas.

Permusuhan dengan Qatar juga dikarenakan kedekatan Doha dengan Turki. Diketahui, Turki memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan utama dan pemersatu di Timur Tengah. Ankara pun mendekati Doha, dan kedua belah pihak saling percaya. Bahkan, Turki pun mengirimkan pasukan ke Doha ketika Saudi menutup perbatasan dengan Qatar.

Sebenarnya awal ketegangan Qatar dan Saudi dikarenakan Doha mendukung gerakan Arab Spring pernah melanda Timur Tengah dan Afrika Utara pada 2011. Saudi dan Qatar merupakan sekutu utama AS memang menghindari konflik langsung. Namun, perang proxy yang dilakukan kedua belah pihak membuat Timur Tengah juga ikut membara.

(Baca juga: Jelang Lengser, Trump dan Raja Salman Bahas Krisis Qatar vs 4 Negara Arab )

Dalam pandangan Samuel Ramani, pakar Timur Tengah asal Universitas Oxford, resolusi berakhirnya blokade Qatar oleh Saudi tidak akan menciptakan front bersatu melawan Iran. Dia memprediksi ada empat kebijakan haluan yang mendominasi Negara Teluk.

“Oman akan tetap mendekati Iran, Qatar dan Kuwait akan mempertahankan sikap bertahan, Uni Emirat Arab mengelola konfrontasi, sedangkan Arab Saudi dan Bahrain akan tetap berkonfrontasi dengan Iran,” katanya dilansir dari akun Twitter-nya.

Sedangkan dalam pandangan Khalid al-Dekhayel, pakar politik Saudi, deekskalasi krisis Qatar dan Saudi mungkin memiliki fondasi yang dangkal. "Ketidaksepakatan utama antara Riyadh dan Doha masih belum terselesaikan," ungkapnya dilansir Al Jazeera.
Hal senada diungkapkan seorang diplomat senior negara Teluk yang mengungkapkan bahwa kesepakatan itu sebagai hal baik karena menunjukkan arah perkembangan positif. Namun, kesepakatan itu tidak akan mengakhiri ketegangan di Teluk.

"Beberapa isu memang diselesaikan, tetapi akar penyebab ketegangan yakni hubungan buruk para pemimpin dan perbedaan kebijakan tentang Iran, Turki dan Ikhwanul Muslimin belum diselesaikan," kata diplomat itu kepada Axios.

Blokade selama tiga setengah tahun sangat merugikan perekonomian Qatar. Rakyat Qatar pasti tidak akah mudah memaafkan tingkah Saudi dan sekutunya. Mereka juga marah dengan sikap pemimpin Qatar yang tidak mau berkompromi dengan Saudi. Yang jelas menjadi korban adalah rakyat Qatar.

Upaya Kuwait memang patut dihargai. Sejak awal, Kuwait selalu menjadi menjadi penengah yang baik dan sabar. Kuwait menyadari konflik itu hanya akan merugikan persatuan negara-negara Arab. Langkah Kuwait itu didukung penuh pemerintahan Donald Trump yang ingin mempersatukan negara-negara aliansinya.
Banyak pihak menduga rekonsiliasi Qatar dan Saudi merupakan upaya membentuk front bersatu melawan Iran. Itu merupakan misi yang diinginkan oleh AS dan Saudi. Apalagi, kantor berita SPA mengutup penguasa de facto Saudi, Putra Mahkota MBS mengatakan bahwa pertemuan pemimpin Teluk akan mempersatukan negara-negara Teluk.
“Bersatu untuk melawan dan menghadapi tantangan yang dihadapi kawasan Timur Tengah,” ungkap MBS.
MBS juga mengungkapkan, konferensi negara Teluk akan semakin inklusif menunju reunifikasi dan solidaritas. “Konferensi harus memperat dan mempersatuan untuk kebaikan dan kesejahteraan,” demikian ungkap keterangan resmi MBS.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Putin Surati Pemimpin...
Putin Surati Pemimpin Baru Suriah, Apa Isinya?
Arab Saudi, Qatar, India...
Arab Saudi, Qatar, India dan Pakistan Negara Pengimpor Senjata Terbesar di Dunia
Siapa Massad Boulos?...
Siapa Massad Boulos? Arsitek Kebijakan Donald Trump di Timur Tengah
Saudi Bantah Pasok Minyak...
Saudi Bantah Pasok Minyak untuk Jet Tempur AS yang Membombardir Houthi
Arab Saudi Tindak Keras...
Arab Saudi Tindak Keras Perilaku Amoral, Tangkap Puluhan Orang Terkait Prostitusi
Saat Mencoba Bangkit...
Saat Mencoba Bangkit di Timur Tengah, tapi Pasukan AS dan Irak Berhasil Bunuh Pemimpin Operasi Global ISIS
Negara-negara Arab Dikecam...
Negara-negara Arab Dikecam karena Tak Berani Melawan Israel dalam Pembersihan Etnis Palestina di Tepi Barat
5 Alasan Turki bisa...
5 Alasan Turki bisa Jadi Pemimpin NATO jika AS Keluar
Pangeran Mohammed bin...
Pangeran Mohammed bin Salman dan Zelensky Bahas Upaya Perdamaian di Ukraina
Rekomendasi
Waspada Gelombang Laut...
Waspada Gelombang Laut Mencapai 4 Meter di Sejumlah Perairan hingga 25 Maret 2025
Miliano Jonathans Pemain...
Miliano Jonathans Pemain Keturunan Berdarah Depok Terbang ke Indonesia, Proses Naturalisasi?
INH Ajak Masyarakat...
INH Ajak Masyarakat Indonesia Bangun Kembali Palestina
Berita Terkini
Tentara Sudan Kuasai...
Tentara Sudan Kuasai Istana Kepresidenan, Pemberontak Masih Tebar Ancaman
33 menit yang lalu
Hizbullah Hujani Israel...
Hizbullah Hujani Israel Roket, Zionis Meradang dan Siap Perang
1 jam yang lalu
Siapa Frank Tavares?...
Siapa Frank Tavares? Pria yang Pernah Jadi Biarawati selama 22 Tahun demi Cinta Sejatinya
2 jam yang lalu
Jet Tempur Nirawak Turki...
Jet Tempur Nirawak Turki KIZILELMA Sukses Bermanuver
3 jam yang lalu
Kisah Bayi Rachel Rollinson...
Kisah Bayi Rachel Rollinson Dibuang karena Dianggap Bawa Sial, 60 Tahun Kemudian Bertemu Ibu Kandungnya
4 jam yang lalu
ISGS Bantai 44 Orang...
ISGS Bantai 44 Orang di Dalam Masjid Niger, 13 Kritis
4 jam yang lalu
Infografis
Takut Rusia, Negara-negara...
Takut Rusia, Negara-negara NATO Mundur dari Perjanjian Ranjau
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved