Sebut Sanksi AS 'Ilegal', Rusia-Turki Sepakat Bangun Kerja Sama Militer

Rabu, 30 Desember 2020 - 00:52 WIB
loading...
Sebut Sanksi AS Ilegal, Rusia-Turki Sepakat Bangun Kerja Sama Militer
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu dan Menlu Rusia Sergei Lavrov. Foto/AzerNews
A A A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kerja sama militer Moskow dan Ankara tidak akan terhalang oleh sanksi Amerika Serikat (AS). AS telah menjatuhkan sanksi kepada Turki awal bulan ini karena memperoleh sistem pertahanan rudal Rusia.

"Kami telah mengkonfirmasi niat bersama kami untuk mengembangkan hubungan militer dengan Turki meskipun (ada) tekanan tidak sah Washington," kata Lavrov kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Moskow seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (30/12/2020).

Sedangkan pada gilirannya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, Turki akan memproduksi vaksin COVID-19 Rusia Sputnik V di dalam negeri.



"Turki meminta lebih banyak informasi dari Rusia tentang vaksin Sputnik V dan Menteri Kesehatan Fahrettin Koca memberi tahu kabinet kepresidenan pada hari Senin bahwa semuanya berada di jalur yang benar," ujar Cavusoglu.

Washington awal bulan ini menghukum Turki karena membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia, menjatuhkan sanksi langka terhadap sekutu NATO.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada saat itu meyakinkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bahwa sanksi Amerika dimaksudkan untuk mencegah Rusia menerima pendapatan besar dari penjualan tersebut.(Baca juga: Pompeo: Sanksi pada Turki Bertujuan Cegah Pengaruh Rusia )

Rusia tahun lalu mengirimkan sistem S-400 ke Ankara mengabaikan peringatan bahwa itu tidak kompatibel dengan keanggotaan Turki dalam aliansi NATO.(Baca juga: Rusia: Sanksi pada Turki Bukti AS Tidak Bisa Berkompetisi Secara Adil )

Meskipun Rusia dan Turki adalah saingan dalam beberapa konflik termasuk Libya dan Suriah, Putin dan mitranya dari Turki Recep Tayyip Erdogan menjaga hubungan baik.

Kedua negara bersama-sama memantau gencatan senjata yang dimediasi Rusia atas wilayah Nagorno Karabakh yang disengketakan setelah perang enam minggu antara Armenia dan Azerbaijan yang menewaskan lebih dari 6.000 jiwa.(Baca juga: Pusat Gabungan Turki dan Rusia di Karabakh Segera Beroperasi )

Tetapi ketegangan antara keduanya telah meningkat di Nagorno Karabakh saat pertempuran sedang berlangsung, dengan Rusia menuduh Turki mengerahkan pejuang Suriah untuk memerangi pasukan Armenia di wilayah yang diperebutkan.

Awal bulan ini polisi Turki secara singkat menangkap dua jurnalis Rusia di Istanbul karena diduga merekam unit produksi drone tanpa izin seperti dikutip dari The Defense Post.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)