Pusat Gabungan Turki dan Rusia di Karabakh Segera Beroperasi
loading...
A
A
A
ANKARA - Diskusi tentang rincian teknis tentang pendirian Pusat Gabungan Turki - Rusia telah selesai dan kesepakatan telah ditandatangani.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Turki menyatakan pekerjaan telah dilakukan untuk membuat pusat gabungan itu segera beroperasi.
Pada 11 November, nota kesepahaman telah ditandatangani melalui konferensi video oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Turki Hulusi Akar dan Menhan Rusia Sergey Shoigu.
“Melalui pusat gabungan di Nagorno-Karabakh, delegasi militer Turki dan Rusia berencana memantau dan mengontrol pelaksanaan gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia,” ungkap pernyataan Kemhan Turki. (Baca Juga: Takut Balasan Iran, Israel Peringatkan Diplomatnya di Penjuru Dunia)
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh yang juga dikenal sebagai Karabakh Atas. (Lihat Infografis: Terpeleset, Presiden Terpilih Joe Biden Alami Patah Tulang Kaki)
Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan. (Lihat Video: Gubernur DKI Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman serta desa dari pendudukan Armenia.
Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.
Gencatan senjata itu dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan dan kekalahan Armenia.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Turki menyatakan pekerjaan telah dilakukan untuk membuat pusat gabungan itu segera beroperasi.
Pada 11 November, nota kesepahaman telah ditandatangani melalui konferensi video oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Turki Hulusi Akar dan Menhan Rusia Sergey Shoigu.
“Melalui pusat gabungan di Nagorno-Karabakh, delegasi militer Turki dan Rusia berencana memantau dan mengontrol pelaksanaan gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia,” ungkap pernyataan Kemhan Turki. (Baca Juga: Takut Balasan Iran, Israel Peringatkan Diplomatnya di Penjuru Dunia)
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh yang juga dikenal sebagai Karabakh Atas. (Lihat Infografis: Terpeleset, Presiden Terpilih Joe Biden Alami Patah Tulang Kaki)
Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan. (Lihat Video: Gubernur DKI Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman serta desa dari pendudukan Armenia.
Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.
Gencatan senjata itu dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan dan kekalahan Armenia.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)