Belarusia Menyesal Menyerahkan Senjata Nuklir atas Permintaan AS
loading...
A
A
A
MINSK - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan dirinya menyesalkan penyerahan senjata nuklir warisan Soviet pada awal 1990-an atas permintaan Amerika Serikat (AS). Dia mengaku pernah memeluk senjata itu pada momen perpisahan.
Lukashenko, yang dikenal sebagai sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, membuat pernyataan tersebut pada hari Kamis di Majelis Rakyat Seluruh Belarusia, sebuah pertemuan besar yang terdiri dari para pejabat tinggi dan tokoh masyarakat di Minsk.
“Saya harus menandatangani dokumen tersebut. Namun jika saya harus mengambil keputusan saat itu, kami tidak akan pernah menarik senjata nuklir strategis dari wilayah Belarusia. Ia [Belarusia] memiliki persenjataan paling kuat. Kami tidak membutuhkan persenjataan modern lainnya. Namun hal ini diputuskan sebelum saya atas permintaan Amerika Serikat (AS),” katanya pada pertemuan tersebut.
Meski begitu, pemimpin Belarusia tersebut mengaku berhasil mengabadikan momen mesra dengan hulu ledak nuklir sebelum senjata itu disingkirkan dari negaranya.
"Nuklirnya dikerahkan, saya melihatnya. Seperti yang saya katakan, saya memiliki hulu ledak nuklir yang strategis,” kata Lukashenko, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (26/4/2024).
Lukashenko juga memuji penempatan rudal nuklir Rusia baru-baru ini di Belarusia.
Menurutnya, meskipun nuklir Rusia bersifat taktis, bukan strategis, namun mereka sangat sesuai dengan doktrin Belarusia yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan militer yang tidak dapat diterima untuk menghalau musuh potensial.
“[Nuklir] harus tetap berada di tanah Belarusia,” tegasnya.
Pengerahan senjata nuklir ke Belarus diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin awal tahun lalu sebagai respons nyata terhadap keputusan Inggris untuk memberikan amunisi depleted uranium kepada Ukraina.
Minsk telah berulang kali meminta pengerahan pasukan tersebut di masa lalu, dengan alasan kebijakan Barat yang agresif terhadap Belarusia dan persepsi ancaman yang ditimbulkan oleh senjata nuklir AS di Eropa.
Lukashenko, yang dikenal sebagai sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, membuat pernyataan tersebut pada hari Kamis di Majelis Rakyat Seluruh Belarusia, sebuah pertemuan besar yang terdiri dari para pejabat tinggi dan tokoh masyarakat di Minsk.
“Saya harus menandatangani dokumen tersebut. Namun jika saya harus mengambil keputusan saat itu, kami tidak akan pernah menarik senjata nuklir strategis dari wilayah Belarusia. Ia [Belarusia] memiliki persenjataan paling kuat. Kami tidak membutuhkan persenjataan modern lainnya. Namun hal ini diputuskan sebelum saya atas permintaan Amerika Serikat (AS),” katanya pada pertemuan tersebut.
Meski begitu, pemimpin Belarusia tersebut mengaku berhasil mengabadikan momen mesra dengan hulu ledak nuklir sebelum senjata itu disingkirkan dari negaranya.
"Nuklirnya dikerahkan, saya melihatnya. Seperti yang saya katakan, saya memiliki hulu ledak nuklir yang strategis,” kata Lukashenko, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (26/4/2024).
Lukashenko juga memuji penempatan rudal nuklir Rusia baru-baru ini di Belarusia.
Menurutnya, meskipun nuklir Rusia bersifat taktis, bukan strategis, namun mereka sangat sesuai dengan doktrin Belarusia yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan militer yang tidak dapat diterima untuk menghalau musuh potensial.
“[Nuklir] harus tetap berada di tanah Belarusia,” tegasnya.
Pengerahan senjata nuklir ke Belarus diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin awal tahun lalu sebagai respons nyata terhadap keputusan Inggris untuk memberikan amunisi depleted uranium kepada Ukraina.
Minsk telah berulang kali meminta pengerahan pasukan tersebut di masa lalu, dengan alasan kebijakan Barat yang agresif terhadap Belarusia dan persepsi ancaman yang ditimbulkan oleh senjata nuklir AS di Eropa.
(mas)