Waspada Mutasi Baru Corona
loading...
A
A
A
Salah satu ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Rusdjan Utomo mengatakan mutasi virus merupakan hal yang normal terjadi. Mutasi tersebut tergantung bagian virus Covid-19 yang memiliki peran untuk menjangkiti bagian protein manusia ACE-2. Reseptor ini mencari inang baru berdasarkan keberadaan ACE-2 dan manusia memiliki kecocokan sehingga penularan virus Covid-19 antarmanusia ini dapat terjadi. (Baca juga: Tips Mudah Mengelola Hipertensi)
Manusia masuk kategori makhluk mamalia. Kekerabatannya pun dekat dengan kera, kucing, anjing, harimau, cerpelai, hamster, dan tikus. Jika dilihat dari rangkaian ACE-2 pada binatang tersebut, sebenarnya tidak identik dengan manusia.
“Hamster misalnya, mudah terinfeksi seperti manusia karena susunan genetiknya secara alami memang sudah punya rangkaian yang mirip seperti di manusia sehingga studi hamster itu menarik dan bisa tahu kapan transmisi itu sangat menular,” ujarnya kemarin.
Demikian juga cerpelai atau mink, mirip seperti hamster. Ketika ada orang yang terinfeksi Covid-19 dan bekerja di peternakan cerpelai, maka bisa menginfeksi hewan peliharaan tersebut. “Jika hewan ini terinfeksi, bisa menginfeksi lagi atau spillover. Berbeda dengan harimau, kucing, anjing, tidak bisa spillover, bisa menginfeksi tapi tidak jumlahnya banyak. Kalau kera, mirip dengan manusia,” jelas lulusan Harvard Medical School, AS, tersebut.
Sejauh ini Ahmad menilai belum ada mutasi yang serius dari Covid-19. Meski ada variasi yang unik dari virus tersebut, hal itu jangan sampai mengganggu pengembangan vaksin yang sudah dijalankan. (Baca juga: Indonesia Harus Tetap Optimistis Atasi resesi Ekonomi)
“Karena harus tunggu dulu data-data yang ada pengembangan vaksin sekarang karena uji klinis itu tidak mengukur apakah mampu memproteksi dari penularan. Hal yang mereka ukur adalah proteksi dari gejala. Apakah mampu mencegah penularan? Kita enggak tahu,” ujarnya.
Dengan dasar itu dia menyarankan agar masyarakat paham tentang tujuan pengembangan vaksin. Ia pun mendorong agar masyarakat juga tetap berhati-hati terhadap potensi penyebaran Covid-19, meski nantinya sudah divaksin. Protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
WHO Butuh Pendalaman
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan laporan mutasi virus corona dari cerpelai tersebut cukup mengkhawatirkan. Meski demikian, hal itu masih perlu pendalaman tentang dampak perawatan penderita virus corona dan pengembangan vaksinnya.
“Kita perlu menunggu dan melihat apa dampaknya, tetapi saya tidak berpikir kita harus sampai pada kesimpulan apa pun tentang apakah mutasi khusus ini akan berdampak pada kemanjuran vaksin," kata kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, dilansir BBC. (Baca juga: Erdogan tawarkan Solusi Dua Negara Terpisah untuk Siprus)
Manusia masuk kategori makhluk mamalia. Kekerabatannya pun dekat dengan kera, kucing, anjing, harimau, cerpelai, hamster, dan tikus. Jika dilihat dari rangkaian ACE-2 pada binatang tersebut, sebenarnya tidak identik dengan manusia.
“Hamster misalnya, mudah terinfeksi seperti manusia karena susunan genetiknya secara alami memang sudah punya rangkaian yang mirip seperti di manusia sehingga studi hamster itu menarik dan bisa tahu kapan transmisi itu sangat menular,” ujarnya kemarin.
Demikian juga cerpelai atau mink, mirip seperti hamster. Ketika ada orang yang terinfeksi Covid-19 dan bekerja di peternakan cerpelai, maka bisa menginfeksi hewan peliharaan tersebut. “Jika hewan ini terinfeksi, bisa menginfeksi lagi atau spillover. Berbeda dengan harimau, kucing, anjing, tidak bisa spillover, bisa menginfeksi tapi tidak jumlahnya banyak. Kalau kera, mirip dengan manusia,” jelas lulusan Harvard Medical School, AS, tersebut.
Sejauh ini Ahmad menilai belum ada mutasi yang serius dari Covid-19. Meski ada variasi yang unik dari virus tersebut, hal itu jangan sampai mengganggu pengembangan vaksin yang sudah dijalankan. (Baca juga: Indonesia Harus Tetap Optimistis Atasi resesi Ekonomi)
“Karena harus tunggu dulu data-data yang ada pengembangan vaksin sekarang karena uji klinis itu tidak mengukur apakah mampu memproteksi dari penularan. Hal yang mereka ukur adalah proteksi dari gejala. Apakah mampu mencegah penularan? Kita enggak tahu,” ujarnya.
Dengan dasar itu dia menyarankan agar masyarakat paham tentang tujuan pengembangan vaksin. Ia pun mendorong agar masyarakat juga tetap berhati-hati terhadap potensi penyebaran Covid-19, meski nantinya sudah divaksin. Protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
WHO Butuh Pendalaman
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan laporan mutasi virus corona dari cerpelai tersebut cukup mengkhawatirkan. Meski demikian, hal itu masih perlu pendalaman tentang dampak perawatan penderita virus corona dan pengembangan vaksinnya.
“Kita perlu menunggu dan melihat apa dampaknya, tetapi saya tidak berpikir kita harus sampai pada kesimpulan apa pun tentang apakah mutasi khusus ini akan berdampak pada kemanjuran vaksin," kata kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, dilansir BBC. (Baca juga: Erdogan tawarkan Solusi Dua Negara Terpisah untuk Siprus)