Saharjo, Penyelamat Hutan Indonesia yang Tak Gentar dengan Ancaman Pembunuhan
loading...
A
A
A
“Misalnya, baru-baru ini terjadi kebakaran besar di Kalimantan Barat. Kami sampaikan kepada aparat setempat bahwa api sudah mendekati suatu tempat, harap segera bertindak karena api berada di lahan gambut," ujarnya. (Baca juga: NASA: Kebakaran Hutan Indonesia Terburuk dalam Sejarah )
Terkadang Profesor Saharjo turun ke lapangan untuk menyelidiki kasus dengan mengebor lahan gambut jika ada permintaan dari polisi, pemerintah dan universitas.
“Setiap langkah yang saya ambil tidak jauh berbeda dengan penelitian biasa. Mulai dari penentuan lokasi, kasus, sampel, metode dan analisa....sehingga menjadi satu rantai yang sulit untuk diperdebatkan," jelasnya.
Atas karyanya, Profesor Saharjo menyabet penghargaan John Maddox— sebuah penghargaan bagi peneliti yang menunjukkan keberanian besar membela sains dan penalaran ilmiah meski dimusuhi—di London November lalu.
Dia termasuk di antara 200 nominasi.
Dia juga menerima Global Landscape Fire Award dari University of Freiburg, Jerman, September lalu atas komitmennya dalam perlindungan hutan.
Mengingat Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau yang biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, Saharjo sangat waspada.
“Pemerintah sudah sepakat untuk mengendalikan kebakaran secepatnya. Jadi operasi seperti modifikasi cuaca dan video call meeting dengan semua pemerintah daerah telah dilakukan," katanya.
“Tapi ini seperti punya 10 anak dan tidak semua bisa baik-baik saja....dan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang mengejar kasus-kasus yang tidak hanya melibatkan investor dalam negeri tetapi juga dari negara-negara tetangga,” imbuh dia.
Saat menangani kasus pengadilan, ada banyak tantangan yang harus dia tangani. Misalnya, tersangka akan selalu berusaha membela diri dengan mencari alasan.
Terkadang Profesor Saharjo turun ke lapangan untuk menyelidiki kasus dengan mengebor lahan gambut jika ada permintaan dari polisi, pemerintah dan universitas.
“Setiap langkah yang saya ambil tidak jauh berbeda dengan penelitian biasa. Mulai dari penentuan lokasi, kasus, sampel, metode dan analisa....sehingga menjadi satu rantai yang sulit untuk diperdebatkan," jelasnya.
Atas karyanya, Profesor Saharjo menyabet penghargaan John Maddox— sebuah penghargaan bagi peneliti yang menunjukkan keberanian besar membela sains dan penalaran ilmiah meski dimusuhi—di London November lalu.
Dia termasuk di antara 200 nominasi.
Dia juga menerima Global Landscape Fire Award dari University of Freiburg, Jerman, September lalu atas komitmennya dalam perlindungan hutan.
Mengingat Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau yang biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, Saharjo sangat waspada.
“Pemerintah sudah sepakat untuk mengendalikan kebakaran secepatnya. Jadi operasi seperti modifikasi cuaca dan video call meeting dengan semua pemerintah daerah telah dilakukan," katanya.
“Tapi ini seperti punya 10 anak dan tidak semua bisa baik-baik saja....dan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang mengejar kasus-kasus yang tidak hanya melibatkan investor dalam negeri tetapi juga dari negara-negara tetangga,” imbuh dia.
Saat menangani kasus pengadilan, ada banyak tantangan yang harus dia tangani. Misalnya, tersangka akan selalu berusaha membela diri dengan mencari alasan.