Trump Berlakukan Tarif Baru, Nasib Industri Baja China di Ujung Tanduk

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:34 WIB
loading...
Trump Berlakukan Tarif...
Presiden AS Donald Trump berlakukan tarif impor baru, nasib industri baja China di ujung tanduk. Foto/Luo Jisheng via China Daily
A A A
JAKARTA - Tarif 25 persen yang dikenakan pada impor baja dan alumunium oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) diyakini akan semakin memperburuk prospek sektor baja China yang sedang berjuang untuk bangkit.

Saham sejumlah perusahaan baja besar di China turun hingga 3 persen, tak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tersebut.

Kebijakan tarif Trump diperkirakan akan merugikan ekspor dari China, yang sejauh ini merupakan area menjanjikan di tengah konsumsi domestik yang lebih rendah dan krisis real estate.

"Jika tarif diterapkan secara ketat, baik ekspor langsung maupun perdagangan transit akan merasakan dampaknya," kata para analis di konsultan Fubao, seperti dikutip dari Financial Post, Selasa (18/2/2025).



Industri baja China kesulitan merangkak naik dalam beberapa tahun terakhir. Industri ini mengalami kerugian sebesar USD5 miliar dalam sembilan bulan pertama di tahun 2024, di saat total produksi turun sebesar 1,7 persen menjadi sekitar 1 miliar ton—terendah dalam lima tahun.

Menurut keterangan sejumlah orang dalam (insider) industri, sebanyak 75 pabrik baja di China menghentikan produksi mereka di tengah permintaan yang lebih rendah. Sekitar 50 persen dari pabrik yang beroperasi mengalami kerugian, ungkap survei yang dilakukan MySteel, sebuah layanan intelijen pasar.

Penurunan Permintaan


Permintaan domestik untuk baja pada tahun 2024 tetap lemah, sehingga memaksa China untuk fokus pada ekspor guna menstabilkan pasar dan membatasi kerugian. Akhirnya, terjadi penurunan produksi dan konsumsi sehingga harga pun turun tajam.

“Industri baja China telah memasuki fase ‘optimalisasi stok’, dengan skenario ‘tiga tertinggi dan tiga terendah’ yang terus-menerus—produksi tinggi, biaya tinggi, ekspor tinggi di samping permintaan rendah, harga rendah, dan profitabilitas rendah,” ujar Jiang Wei, Wakil Presiden dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Besi dan Baja China (CISA).

China memproduksi, mengonsumsi, dan mengekspor baja dalam skala besar selama tahun 2000-2020. Namun, siklus super itu memudar setelah pandemi Covid-19 menghantam ekonomi negara itu dengan keras. Sekarang permintaan menyusut. “Penurunannya cukup parah pada paruh pertama tahun (lalu). Permintaan masih buruk,” tutur seorang pedagang baja bernama Xiao dari Wuhan.



Marcus Garvey, kepala strategi komoditas di Macquarie Group, mengatakan China telah mencapai puncak baja yang berarti tidak akan ada pertumbuhan realistis, dan negara tersebut harus bergantung pada ekspor dengan latar belakang permintaan domestik yang lesu.

Namun, tarif akan memengaruhi ekspor, sehingga memperburuk kesulitan sektor baja China saat ini. Para ahli telah memperingatkan penurunan permintaan baja China sebesar 1,5 persen di tahun 2025.

Pengiriman baja China "condong ke sisi negatif" mulai tahun 2025, kata Citigroup, yang salah satunya diakibatkan oleh tindakan antidumping.

Chim Lee, analis senior di Economist Intelligence Unit, mengatakan negara-negara pengimpor, terutama di Asia Tenggara dan Timur Tengah, “berada di bawah tekanan besar" karena persaingan yang tidak adil.

"Kami melihat skenario 'whac-a-mole': ketika satu negara mulai membatasi impor baja dari China, produsen baja China kemungkinan akan mengalihkannya ke negara lain hingga pasar itu juga memberlakukan pembatasan perdagangan baru," ucapnya.

Pemasok Baja Terbesar


Eksportir baja China telah meramalkan masalah bagi sektor baja China jika Trump menang pemilu. "Jika dia menang dalam pemilihan presiden, mungkin akan ada bea masuk yang lebih tinggi untuk baja," kata seorang pedagang China.

Para pedagang China telah menderita selama masa jabatan pertama Trump. "Banyak eksportir China, terutama di pasar produk konsumen, telah kehilangan sebagian pasar AS mereka selama beberapa tahun terakhir setelah tarif diberlakukan," sebut Michael Lu, presiden produsen kotak hadiah Brothersbox yang berbasis di China.

Langkah-langkah perlindungan perdagangan terhadap baja China menambah masalah. Beberapa negara telah memerintahkan penyelidikan antidumping terhadap impor baja China.

"Sebagai pemasok produk baja terbesar ke pasar internasional, eksportir China akan mengurangi harga ekspor atau mengurangi volume ekspor karena kasus perdagangan. Kedua pilihan tersebut akan memberi tekanan pada pabrik baja," ungkap seorang eksportir China.

China telah berhasil menemukan alternatif ketika Trump memberlakukan tarif serupa selama masa jabatan pertamanya. China dapat mengurangi dampak tarif dengan menggunakan depresiasi nilai tukar, pengalihan perdagangan, dan pengurangan margin keuntungan eksportir.

Namun, ekonomi China kini berada dalam posisi yang lebih lemah, menurut sejumlah analis di Barclays, perusahaan jasa keuangan yang berpusat di London.

“Semua saluran di atas telah berkurang secara signifikan, yang menunjukkan dampak yang jauh lebih besar pada perdagangan China kali ini," imbuh mereka.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tuntut Ukraina...
Trump Tuntut Ukraina Bayar Kembali Semua Bantuan AS dengan Bunganya
Trump Pecat Hampir Semua...
Trump Pecat Hampir Semua Karyawan Institut Perdamaian yang Didanai Kongres AS
Eks PM Inggris Tegaskan...
Eks PM Inggris Tegaskan Tidak Ada Alternatif NATO
Iran Tidak Peduli dan...
Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Mahasiswi PhD Asal Turki...
Mahasiswi PhD Asal Turki Ini Diculik saat Hendak Berbuka Puasa, Terancam Dideportasi dari AS karena Dituding Mendukung Hamas
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
Mahasiswa Turki Diculik...
Mahasiswa Turki Diculik Agen AS Saat Akan Berbuka Puasa Gara-Gara Dukungan untuk Palestina
Gempa M 7,1 Guncang...
Gempa M 7,1 Guncang Kepulauan Tonga, Picu Peringatan Tsunami
Rekomendasi
Prabowo Maknai Hari...
Prabowo Maknai Hari Raya Nyepi sebagai Momen Refleksi dan Kedamaian Bangsa
BTS, BLACKPINK, BIGBANG,...
BTS, BLACKPINK, BIGBANG, dan IU Masuk Daftar Musisi Terhebat Abad 21
Ikut Mudik, Apriyani...
Ikut Mudik, Apriyani Rahayu Bakal Jalani Tradisi Lebaran di Kampung Halaman
Berita Terkini
Sambut Idulfitri, Hamas...
Sambut Idulfitri, Hamas Sepakati Proposal Gencatan Senjata Baru dengan Israel
7 jam yang lalu
Israel Larang Umat Islam...
Israel Larang Umat Islam Palestina Gelar Salat Id di Masjid Ibrahimi
9 jam yang lalu
Rakyat Palestina Rayakan...
Rakyat Palestina Rayakan Idulfitri, Israel Intensifkan Serangan Darat dengan Kirim Ribuan Tentara ke Rafah
10 jam yang lalu
Ditinggal AS dan Eropa,...
Ditinggal AS dan Eropa, Presiden Ukraina Memiliki Misi Rahasia ke China dan Brasil
11 jam yang lalu
Agen FSB Rusia Selidiki...
Agen FSB Rusia Selidiki Senjata Sonik di Serbia
12 jam yang lalu
Mengapa Ukraina dan...
Mengapa Ukraina dan AS Kalah 5-0 dalam Perundingan dengan Rusia?
13 jam yang lalu
Infografis
Pertemuan Putin dan...
Pertemuan Putin dan Trump Digelar Bulan Ini di Arab Saudi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved