Profil Presiden Suriah Bashar al-Assad: Musuh AS yang Hadapi Upaya Penggulingan selama 1 Dekade
loading...
A
A
A
Sebuah kesepakatan antara Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Suriah menyebabkan senjata kimia Suriah ditempatkan di bawah kendali internasional, sehingga menghindari intervensi militer.
Meskipun demikian, pasukan Assad terus menggunakan senjata tanpa pandang bulu, seperti bom barel di wilayah yang dikuasai pemberontak.
Seiring berlanjutnya perang, cengkeraman Assad pada kekuasaan semakin kuat.
Bangkitnya ISIS pada tahun 2013 memfokuskan kembali upaya internasional, termasuk AS, untuk mengalahkan kelompok ekstremis tersebut.
Intervensi militer Rusia pada tahun 2015 juga memperkuat posisi Assad.
Pada tahun 2017, Assad kembali menguasai sebagian besar kota besar, sementara pemberontak yang tersisa terkurung di beberapa wilayah.
Pada tahun 2018, pasukan Assad maju ke Idlib, tempat pasukan Turki melakukan intervensi untuk melindungi wilayah yang dikuasai pemberontak.
Saat konflik hampir berakhir, Assad mulai membangun kembali Suriah melalui proyek infrastruktur dan menarik investasi asing.
Salah satu tindakan kontroversial, Undang-Undang (UU) 10, memungkinkan pemerintah untuk menyita properti dari warga Suriah yang mengungsi, sehingga memungkinkan redistribusi properti kepada para loyalis.
Kematian Warga Sipil: Pada bulan-bulan awal protes Suriah tahun 2011, kematian warga sipil meningkat dan para pengungsi melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Pada bulan Desember 2011, ketika ditanya tentang tindakan keras pemerintah terhadap para pengunjuk rasa, Assad membantah bertanggung jawab, dengan mengeklaim bahwa dia tidak memerintahkan pasukan keamanan untuk membunuh atau bertindak brutal.
Meskipun demikian, pasukan Assad terus menggunakan senjata tanpa pandang bulu, seperti bom barel di wilayah yang dikuasai pemberontak.
Seiring berlanjutnya perang, cengkeraman Assad pada kekuasaan semakin kuat.
Bangkitnya ISIS pada tahun 2013 memfokuskan kembali upaya internasional, termasuk AS, untuk mengalahkan kelompok ekstremis tersebut.
Intervensi militer Rusia pada tahun 2015 juga memperkuat posisi Assad.
Pada tahun 2017, Assad kembali menguasai sebagian besar kota besar, sementara pemberontak yang tersisa terkurung di beberapa wilayah.
Pada tahun 2018, pasukan Assad maju ke Idlib, tempat pasukan Turki melakukan intervensi untuk melindungi wilayah yang dikuasai pemberontak.
Saat konflik hampir berakhir, Assad mulai membangun kembali Suriah melalui proyek infrastruktur dan menarik investasi asing.
Salah satu tindakan kontroversial, Undang-Undang (UU) 10, memungkinkan pemerintah untuk menyita properti dari warga Suriah yang mengungsi, sehingga memungkinkan redistribusi properti kepada para loyalis.
Kontroversi Assad
Kematian Warga Sipil: Pada bulan-bulan awal protes Suriah tahun 2011, kematian warga sipil meningkat dan para pengungsi melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Pada bulan Desember 2011, ketika ditanya tentang tindakan keras pemerintah terhadap para pengunjuk rasa, Assad membantah bertanggung jawab, dengan mengeklaim bahwa dia tidak memerintahkan pasukan keamanan untuk membunuh atau bertindak brutal.