Ambisi Maritim China Terhambat Tenggelamnya Kapal Selam Nuklir Terbaru
loading...
A
A
A
Pembangunan kapal selam bertenaga nuklir canggih, secara khusus telah menjadi inti ambisi CCP untuk mengubah angkatan lautnya menjadi kekuatan “Air Biru”.
Kapal-kapal ini dirancang untuk memberi China keunggulan dalam pertahanan dan serangan, yang mampu berpatroli di Samudra Pasifik dan Hindia yang luas tanpa terdeteksi untuk waktu yang lama.
Kapal selam nuklir juga merupakan bagian integral dari pencegah nuklir kedua China, yang menjadikan pengembangannya sebagai prioritas utama dalam perencanaan militer.
Tenggelamnya kapal selam terbaru bukan hanya kerugian taktis, tetapi juga pukulan simbolis bagi prestise Angkatan Laut China.
Kapal selam semacam itu rumit, mahal, dan secara teknologi menantang untuk dikembangkan. Meski China telah membuat langkah cepat dalam teknologi militer, hilangnya kapal selam tersebut menyoroti potensi kelemahan, baik dalam prosedur operasional maupun keandalan teknis.
Ini terjadi pada saat China meningkatkan upaya menantang dominasi Angkatan Laut AS di kawasan Indo-Pasifik. Selain itu, insiden tersebut dapat menunda pembangunan Angkatan Laut China yang lebih besar.
Mengganti kapal selam bertenaga nuklir bukanlah hal mudah, dan ini dapat memaksa CCP untuk mengevaluasi kembali kecepatan dan cakupan program modernisasi Angkatan Laut-nya.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas inovasi domestik China dalam persenjataan berteknologi tinggi, suatu bidang di mana CCP telah berinvestasi besar dalam mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing.
Insiden kapal selam ini juga memiliki konsekuensi geopolitik yang lebih luas.
Seiring semakin agresifnya China dalam menegaskan klaim atas Laut China Selatan dan memperluas operasi Angkatan Laut-nya di seluruh Indo-Pasifik, kekuatan regional seperti Jepang, India, dan Australia, serta Amerika Serikat, telah meningkatkan fokus mereka untuk melawan perluasan Angkatan Laut China.
Kegagalan yang menonjol seperti tenggelamnya kapal selam nuklir dapat membuat para pesaing regional semakin berani untuk lebih menantang ketegasan militer China.
Kapal-kapal ini dirancang untuk memberi China keunggulan dalam pertahanan dan serangan, yang mampu berpatroli di Samudra Pasifik dan Hindia yang luas tanpa terdeteksi untuk waktu yang lama.
Konsekuensi Geopolitik
Kapal selam nuklir juga merupakan bagian integral dari pencegah nuklir kedua China, yang menjadikan pengembangannya sebagai prioritas utama dalam perencanaan militer.
Tenggelamnya kapal selam terbaru bukan hanya kerugian taktis, tetapi juga pukulan simbolis bagi prestise Angkatan Laut China.
Kapal selam semacam itu rumit, mahal, dan secara teknologi menantang untuk dikembangkan. Meski China telah membuat langkah cepat dalam teknologi militer, hilangnya kapal selam tersebut menyoroti potensi kelemahan, baik dalam prosedur operasional maupun keandalan teknis.
Ini terjadi pada saat China meningkatkan upaya menantang dominasi Angkatan Laut AS di kawasan Indo-Pasifik. Selain itu, insiden tersebut dapat menunda pembangunan Angkatan Laut China yang lebih besar.
Mengganti kapal selam bertenaga nuklir bukanlah hal mudah, dan ini dapat memaksa CCP untuk mengevaluasi kembali kecepatan dan cakupan program modernisasi Angkatan Laut-nya.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas inovasi domestik China dalam persenjataan berteknologi tinggi, suatu bidang di mana CCP telah berinvestasi besar dalam mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing.
Insiden kapal selam ini juga memiliki konsekuensi geopolitik yang lebih luas.
Seiring semakin agresifnya China dalam menegaskan klaim atas Laut China Selatan dan memperluas operasi Angkatan Laut-nya di seluruh Indo-Pasifik, kekuatan regional seperti Jepang, India, dan Australia, serta Amerika Serikat, telah meningkatkan fokus mereka untuk melawan perluasan Angkatan Laut China.
Kemunduran Signifikan
Kegagalan yang menonjol seperti tenggelamnya kapal selam nuklir dapat membuat para pesaing regional semakin berani untuk lebih menantang ketegasan militer China.