Israel Kobarkan Perang Sonik di Lebanon, Berikut 5 Dampaknya
loading...
A
A
A
Abu Hamdan mengatakan bahwa sejak perang Hizbullah-Israel tahun 2006, yang berlangsung selama 34 hari dan menewaskan 1.100 warga negara Lebanon dan 165 warga Israel, Israel secara rutin melanggar wilayah udara Lebanon dengan jet tempurnya untuk menakut-nakuti warga sipil.
“Sejak gencatan senjata tahun 2006, telah terjadi lebih dari 22.000 pelanggaran udara Israel di Lebanon. Pada tahun 2020 saja, ada lebih dari 2.000 [pelanggaran udara] tanpa tanggapan dari Hizbullah," kata Abu Hamdan kepada Al Jazeera.
Ia mengatakan meningkatnya penggunaan ledakan sonik oleh Israel mencerminkan eskalasi konflik dengan Hizbullah selama beberapa bulan terakhir.
"Ada eskalasi dan kami melihat eskalasi itu dalam suara. Fase berikutnya dari eskalasi itu, tentu saja, adalah penghancuran material," kata Abu Hamdan.
Warga Beirut Rana Farhat, 28 tahun, mengatakan taktik menakut-nakuti Israel menghasilkan efek yang diinginkan. Dia mendengar ledakan sonik pada tanggal 6 Agustus saat makan malam bersama keluarganya di sebuah restoran di sebuah kota di utara Beirut.
Mereka terkejut ketika mendengar suara ledakan, tetapi orang tuanya mencoba meyakinkan dia dan saudara-saudaranya bahwa Beirut tidak sedang diserang. Semua orang segera memeriksa ponsel mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Kami semua memeriksa berita untuk melihat apakah itu ledakan atau bukan,” kata Farhat, 28 tahun, sambil menghisap shisha di sebuah kafe di Beirut pada Kamis malam. “Ada anak-anak kecil di restoran itu dan mereka jelas ketakutan. Mereka tidak mengerti apa arti suara-suara seperti itu.”
Dalam jangka panjang, suara jet dan ledakan yang berulang bahkan dapat meningkatkan risiko stroke dan menguras simpanan kalsium di jantung, menurut penelitian medis yang dikutipnya.
“Begitu Anda terpapar suara [jet atau ledakan] yang telah menimbulkan ketakutan seperti yang terjadi di negara ini, maka kapan pun Anda mendengarnya – bahkan dengan pelan – itu akan menimbulkan respons stres yang sama [pada seseorang],” jelas Abu Hamdan.
“Sejak gencatan senjata tahun 2006, telah terjadi lebih dari 22.000 pelanggaran udara Israel di Lebanon. Pada tahun 2020 saja, ada lebih dari 2.000 [pelanggaran udara] tanpa tanggapan dari Hizbullah," kata Abu Hamdan kepada Al Jazeera.
3. Israel Ingin Menjadikan Lebanon Seperti Gaza
Abu Hamdan yakin bahwa, sejak Oktober lalu, Israel juga telah menggunakan ledakan sonik sebagai "pengingat akustik bahwa [Israel] dapat mengubah Lebanon menjadi Gaza kapan saja".Ia mengatakan meningkatnya penggunaan ledakan sonik oleh Israel mencerminkan eskalasi konflik dengan Hizbullah selama beberapa bulan terakhir.
"Ada eskalasi dan kami melihat eskalasi itu dalam suara. Fase berikutnya dari eskalasi itu, tentu saja, adalah penghancuran material," kata Abu Hamdan.
Warga Beirut Rana Farhat, 28 tahun, mengatakan taktik menakut-nakuti Israel menghasilkan efek yang diinginkan. Dia mendengar ledakan sonik pada tanggal 6 Agustus saat makan malam bersama keluarganya di sebuah restoran di sebuah kota di utara Beirut.
Mereka terkejut ketika mendengar suara ledakan, tetapi orang tuanya mencoba meyakinkan dia dan saudara-saudaranya bahwa Beirut tidak sedang diserang. Semua orang segera memeriksa ponsel mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Kami semua memeriksa berita untuk melihat apakah itu ledakan atau bukan,” kata Farhat, 28 tahun, sambil menghisap shisha di sebuah kafe di Beirut pada Kamis malam. “Ada anak-anak kecil di restoran itu dan mereka jelas ketakutan. Mereka tidak mengerti apa arti suara-suara seperti itu.”
Baca Juga
4. Menimbulkan Trauma yang Berulang
Deru jet tempur dan suara-suara seperti ledakan lainnya dapat menimbulkan trauma kembali pada populasi yang telah selamat dari ledakan dan perang sebelumnya, kata Abu Hamdan.Dalam jangka panjang, suara jet dan ledakan yang berulang bahkan dapat meningkatkan risiko stroke dan menguras simpanan kalsium di jantung, menurut penelitian medis yang dikutipnya.
“Begitu Anda terpapar suara [jet atau ledakan] yang telah menimbulkan ketakutan seperti yang terjadi di negara ini, maka kapan pun Anda mendengarnya – bahkan dengan pelan – itu akan menimbulkan respons stres yang sama [pada seseorang],” jelas Abu Hamdan.