Ikuti Langkah Banyak Negara-negara Afrika, Pantai Gading Usir Pasukan Prancis

Rabu, 01 Januari 2025 - 23:55 WIB
loading...
Ikuti Langkah Banyak...
Pantai Gading mengusir tentara Prancis. Foto/X/@SaharaReporters
A A A
JAKARTA - Pantai Gading telah mengumumkan bahwa pasukan Prancis akan meninggalkan negara itu bulan ini setelah kehadiran militer selama puluhan tahun, menjadi negara Afrika terbaru yang mengurangi hubungan militer dengan bekas penjajahnya.

Dalam pidato akhir tahun kepada rakyat pada hari Selasa, Presiden Alassane Ouattara mengatakan batalion infanteri marinir BIMA ke-43 di Port-Bouet di Abidjan – tempat pasukan Prancis ditempatkan – “akan diserahkan” kepada angkatan bersenjata Pantai Gading mulai Januari 2025.

“Kita bisa bangga dengan tentara kita, yang modernisasinya sekarang efektif. Dalam konteks inilah kita telah memutuskan penarikan pasukan Prancis secara terpadu dan terorganisasi” dari Pantai Gading, kata Ouattara, dilansir Al Jazeera.

Prancis, yang kekuasaan kolonialnya di Afrika Barat berakhir pada tahun 1960-an, memiliki hampir 1.000 tentara di Pantai Gading, menurut laporan.



Pantai Gading adalah negara Afrika Barat terbaru yang mengusir pasukan Prancis setelah Mali, Burkina Faso, dan Niger. Pada bulan November, dalam hitungan jam, Senegal dan Chad juga mengumumkan kepergian tentara Prancis dari tanah mereka.

Pada tanggal 26 Desember, Prancis mengembalikan pangkalan militer pertamanya ke Chad, negara Sahel terakhir yang menampung pasukan Prancis.

Pantai Gading tetap menjadi sekutu penting Prancis. Penurunan hubungan militer terjadi saat Prancis mencoba menghidupkan kembali pengaruh politik dan militernya yang memudar di benua Afrika dengan merancang strategi militer baru yang akan secara drastis mengurangi kehadiran pasukan permanennya di seluruh benua.

Prancis kini telah diusir dari lebih dari 70 persen negara Afrika tempat pasukannya berada sejak berakhirnya kekuasaan kolonialnya. Prancis hanya bertahan di Djibouti, dengan 1.500 tentara, dan Gabon, dengan 350 personel.

Para analis menggambarkan perkembangan tersebut sebagai bagian dari transformasi struktural yang lebih luas dalam keterlibatan kawasan tersebut dengan Paris di tengah meningkatnya sentimen lokal terhadap Prancis, terutama di negara-negara yang dilanda kudeta.

Setelah mengusir pasukan Prancis, para pemimpin militer Niger, Mali, dan Burkina Faso telah bergerak lebih dekat ke Rusia.
(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0953 seconds (0.1#10.140)