Di Gaza, Tetap Terhubung Internet bisa Memakan Nyawa tapi juga Menyelamatkan
loading...
A
A
A
“Mengaktifkan eSIM memerlukan model telepon pintar yang relatif baru dan perangkat lunak yang diperbarui,” ungkap Hassan, tugas yang berat bagi orang-orang di Gaza yang disibukkan dengan mengamankan akses ke makanan dan air bersih.
Hambatan lain, dan sesuatu yang misterius, adalah kenyataan bahwa sebagian besar eSIM tampaknya hanya berfungsi di malam hari.
"Kami tidak tahu mengapa dan kami tidak dapat menemukan penjelasannya," papar dia.
Bahkan sebelum operasi pengeboman Israel, layanan telekomunikasi di Gaza sangat rapuh; laporan Bank Dunia dari awal tahun ini mengatakan daerah kantong itu adalah satu-satunya tempat di dunia yang masih bergantung pada teknologi 2G yang "usang" dan tidak memiliki jangkauan pita lebar seluler.
Pada Februari, penyedia telekomunikasi terbesar di daerah kantong itu, Paltel, telah melaporkan lebih dari sepuluh kali total gangguan dalam penyediaan layanan sejak 7 Oktober.
Bahkan ketika jaringannya sebagian berfungsi, mereka kesulitan mempertahankan layanan di banyak area karena pengeboman.
Meskipun situasi di lapangan seperti itu, teknisi telekomunikasi telah berupaya memulihkan layanan, dengan laporan beberapa orang menjadi sasaran dan terbunuh saat mencoba memperbaiki infrastruktur yang rusak.
Pada Maret, Hani Alami, yang mengepalai penyedia layanan internet Coolnet yang berbasis di Yerusalem Timur, mengatakan salah satu timnya yang bekerja di pusat Gaza terkena serangan pada Februari selama dugaan serangan Israel, yang mengakibatkan dua teknisi tewas dan satu orang terluka.
Alami telah mengoordinasikan pergerakan timnya dengan tentara Israel sebelum mereka berangkat.
"Mereka memberi kami lampu hijau untuk bergerak dari titik pertama dan saat kendaraan itu bergerak di jalurnya, mereka mengebom kendaraan itu," papar dia.
Hambatan lain, dan sesuatu yang misterius, adalah kenyataan bahwa sebagian besar eSIM tampaknya hanya berfungsi di malam hari.
"Kami tidak tahu mengapa dan kami tidak dapat menemukan penjelasannya," papar dia.
Nyawa Teknisi Terancam
Bahkan sebelum operasi pengeboman Israel, layanan telekomunikasi di Gaza sangat rapuh; laporan Bank Dunia dari awal tahun ini mengatakan daerah kantong itu adalah satu-satunya tempat di dunia yang masih bergantung pada teknologi 2G yang "usang" dan tidak memiliki jangkauan pita lebar seluler.
Pada Februari, penyedia telekomunikasi terbesar di daerah kantong itu, Paltel, telah melaporkan lebih dari sepuluh kali total gangguan dalam penyediaan layanan sejak 7 Oktober.
Bahkan ketika jaringannya sebagian berfungsi, mereka kesulitan mempertahankan layanan di banyak area karena pengeboman.
Meskipun situasi di lapangan seperti itu, teknisi telekomunikasi telah berupaya memulihkan layanan, dengan laporan beberapa orang menjadi sasaran dan terbunuh saat mencoba memperbaiki infrastruktur yang rusak.
Pada Maret, Hani Alami, yang mengepalai penyedia layanan internet Coolnet yang berbasis di Yerusalem Timur, mengatakan salah satu timnya yang bekerja di pusat Gaza terkena serangan pada Februari selama dugaan serangan Israel, yang mengakibatkan dua teknisi tewas dan satu orang terluka.
Alami telah mengoordinasikan pergerakan timnya dengan tentara Israel sebelum mereka berangkat.
"Mereka memberi kami lampu hijau untuk bergerak dari titik pertama dan saat kendaraan itu bergerak di jalurnya, mereka mengebom kendaraan itu," papar dia.