Sejumlah Negara Khawatir Aktivitas Peretasan China Ancam Keamanan Global

Rabu, 17 Juli 2024 - 09:30 WIB
loading...
A A A
Bahkan dengan laporan teknis yang diterbitkan tentang malware COATHANGER, mendeteksi dan memitigasi infeksi oleh aktor negara tetap menjadi tantangan. Oleh karena itu, badan intelijen dan keamanan Belanda serta NCSC menganggap mungkin saja aktor tersebut saat ini terus memiliki akses ke sistem sejumlah besar korbannya.


Ancaman Keamanan Dunia


Di AS, tujuh peretas terkait China telah didakwa atas intrusi komputer yang menargetkan para pengkritik Beijing serta pebisnis dan politisi AS.



Maret lalu, Jaksa Agung AS Merrick B. Garland mengatakan: "Departemen Kehakiman tidak akan menoleransi upaya pemerintah China dalam mengintimidasi warga Amerika yang melayani publik, membungkam para pembangkang yang dilindungi hukum Amerika, atau mencuri dari bisnis Amerika."

Dalam pesannya yang kuat, Garland mengatakan: "Kasus ini berfungsi sebagai pengingat akan tujuan yang ingin dicapai pemerintah China untuk menargetkan dan mengintimidasi para pengkritiknya, termasuk meluncurkan operasi siber jahat yang bertujuan mengancam keamanan nasional Amerika Serikat dan sekutu-sekutu kami."

Di Inggris, para hacker China menyusup ke dunia pertahanan ketika sekitar 270.000 catatan penggajian milik hampir semua anggota angkatan bersenjata Inggris dilaporkan terekspos ke peretas yang didukung Beijing.

Data yang dibobol itu mencakup nama dan detail bank untuk personel militer penuh waktu, cadangan paruh waktu, termasuk setidaknya satu anggota Parlemen, dan veteran yang meninggalkan Inggris setelah Januari 2018. Data tersebut dikelola kontraktor swasta, SSCL, menurut laporan surat kabar The Guardian.

Menurut laporan beberapa media, hacker China menembus sistem jaringan internal nasional Jepang, yang digunakan para diplomat untuk mengirimkan dokumen rahasia pemerintah, dua tahun lalu. Insiden ini berpotensi mengungkap beberapa informasi sensitif bagi para hacker.

Dengan meningkatnya tantangan, China kini muncul sebagai ancaman yang berpotensi berbahaya bagi keamanan dunia.

Menyoroti cengkeraman China yang semakin kuat, The Epoch Times menulis dalam analisisnya: "China juga telah memanfaatkan spionase siber untuk memantau dan menekan aktivis hak asasi manusia China, sebuah praktik yang berlanjut hingga saat ini.
Keterlibatan jangka panjang dalam aktivitas siber ini menggarisbawahi komitmen China untuk memanfaatkan spionase siber sebagai alat penting dalam ambisi geopolitik dan strategisnya."
(mas)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1797 seconds (0.1#10.140)