China Diduga Gunakan Pengaruhnya dalam Menyabotase KTT Perdamaian Ukraina
loading...
A
A
A
Hubungan China-Rusia
China diyakini tidak datang ke KTT Perdamaian karena menghindari memperburuk hubungannya dengan Rusia, terutama setelah kunjungan Presiden Vladimir ke Beijing bulan lalu yang membuat hubungan kedua negara semakin erat, khususnya di sektor perdagangan.
Bahkan, sejak krisis Ukraina, perdagangan antara China dan Rusia telah melonjak berkali-kali lipat. Pada tahun 2023, perdagangan kedua negara mencapai rekor USD240 miliar, naik dari 64 persen sejak tahun 2021, menurut data Bea Cukai China.
China mengekspor barang senilai USD111 miliar ke Rusia, sementara Rusia mengekspor barang senilai USD129 miliar ke Rusia tahun lalu, imbuh Bea Cukai China.
Selain itu, yang menambah kekuatan keterlibatan ekonomi mereka adalah penggunaan mata uang mereka sendiri, bukan dolar Amerika Serikat (AS), untuk 90 persen aktivitas perdagangan. Langkah ini membantu Moskow dalam sedikit meringankan dampak dari sanksi Barat.
Sementara itu menurut Zelensky, China dapat menjadi faktor penentu perdamaian di Ukraina, dan dapat membantu Kyiv dalam mengatasi krisis. Tetapi Beijing melakukan hal sebaliknya dari apa yang diperlukan untuk perdamaian di negara Eropa Timur tersebut.
"Dengan dukungan China kepada Rusia, perang akan berlangsung lebih lama. Hal ini buruk bagi seluruh dunia dan juga kebijakan China, yang menyatakan bahwa mereka mendukung integritas dan kedaulatan teritorial," sebut Zelensky dalam konferensi pers di Shangri-la Dialogue.
Dia juga mengungkapkan ketidaksenangannya atas “kenakalan” China. Dalam pernyataannya selama konferensi pers, Zelensky mengatakan bahwa dia telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping setahun lalu.
Setelah itu, Ukraina berupaya bertemu dengan pejabat China di semua tingkatan, tetapi hal ini tidak dikabulkan Beijing. Zelensky lebih lanjut mengeluh bahwa dia belum bisa bertemu dengan pejabat China, meski mereka sama-sama menghadiri Shangri-La Dialogue di Singapura.
KTT Perdamaian di resor Burgenstock, Swiss, berfokus pada konflik Ukraina, termasuk di bidang keamanan nuklir, keamanan pangan, pembebasan tawanan perang, pemulihan integritas teritorial Ukraina, dan penarikan pasukan Rusia.