Arab Saudi dan UEA Sumbang Yaman Rp2,8 Triliun untuk Ramadan

Selasa, 09 April 2019 - 11:34 WIB
Arab Saudi dan UEA Sumbang Yaman Rp2,8 Triliun untuk Ramadan
Arab Saudi dan UEA Sumbang Yaman Rp2,8 Triliun untuk Ramadan
A A A
ABU DHABI - Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), yang memimpin Koalisi Arab melawan pemberontak Houthi, akan memberikan bantuan senilai USD200 juta atau lebih dari Rp2,8 triliun kepada Yaman. Bantuan ditujukan untuk digunakan rakyat Yaman selama bulan suci Ramadan.

Saudi dan Emirat bekerja dengan kelompok-kelompok kemanusiaan untuk mendistribusikan bantuan di daerah-daerah yang dikendalikan oleh kedua belah pihak yang berikai dalam konflik empat tahun di Yaman. Demikian disampaikan Menteri Negara UEA untuk Kerja Sama Internasional Reem al-Hashimy kepada wartawan di Abu Dhabi pada hari Senin, yang dilansir Reuters, Selasa (9/4/2019).

Bantuan tersebut merupakan bagian dari program bantuan pangan bersama senilai USD500 juta yang diumumkan pada bulan November lalu.

UEA memainkan peran utama dalam konflik Yaman sebagai bagian dari koalisi militer Arab yang dipimpin Saudi untuk memerangi pemberontak Houthi. Agresi Koalisi Arab yang dimulai sejak 2015 tersebut untuk membela pemerintahan Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi yang hendak digulingkan Houthi.

Menurut statistik kementerian terkait, UEA menyumbang USD5,41 miliar antara April 2015 dan Desember 2018 untuk mendukung bantuan pangan darurat, pasokan energi, dan layanan kesehatan di Yaman. Di antara organisasi internasional, penerima manfaat terbesar adalah Program Pangan Dunia(WFP) Amerika Serikat, yang menerima bantuan USD287 juta dari UEA.

Selama bulan Ramadan, yang tahun ini dimulai pada awal Mei, umat Islam akan menjalankan puasa.

Perang Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang—beberapa di antaranya akibat serangan udara Koalisi Arab—dan mendorong 10 juta ke ambang kelaparan. Negara Semenanjung Arab itu juga menderita wabah kolera sejak konflik dimulai.

Pada bulan Desember, pihak-pihak yang bertikai mencapai kesepakatan dalam pembicaraan damai yang dipimpin oleh AS untuk gencatan senjata dan penarikan pasukan dari pelabuhan Laut Merah Hodeidah, jalur kehidupan Yaman untuk bahan bakar dan makanan.

Gencatan senjata sebagian besar telah diadakan, tetapi penarikan pasukan telah terhenti karena ketidakpercayaan di antara sejumlah pihak. Penghentian penarikan pasukan itu memicu pertanyaan tentang tujuan pembicaraan tingkat lanjut AS guna menyetujui kerangka kerja bagi negosiasi politik untuk mengakhiri perang.

Pada hari Minggu media yang dikelola Houthi, Masirah, melaporkan wilayah di Ibu Kota Yaman, Sanaa, diserang jet-jet tempur Koalisi Arab. Serangan itu menewaskan 11 orang, termasuk lima siswa karena serangan menghantam sebuah sekolah dan rumah-rumah di dekatnya.

Namun, Koalisi Arab membantah laporan yang menyatakan pasukannya menargetkan wilayah pemukiman di Sanaa. Siapa yang benar dari kedua klaim tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.

Koordinator bantuan PBB untuk Yaman, Lise Grande, menyerukan upaya untuk menunjukkan dengan tepat keadaan yang menyebabkan tragedi di negara itu.

"Insiden semacam ini merusak setiap langkah positif yang diambil untuk mencapai resolusi politik untuk Yaman dan harus segera dihentikan," imbuh Jan Egeland, kepala organisasi bantuan Dewan Pengungsi Norwegia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5424 seconds (0.1#10.140)