Jenderal Israel Minta Maaf usai Pasukannya Bantai 7 Pekerja Bantuan WCK di Gaza
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi minta maaf atas pengeboman konvoi kemanusiaan di Gaza yang menewaskan tujuh pekerja World Central Kitchen (WCK).
Halevi mengakui serangan pasukan Israel pada hari Senin itu sebagai kesalahan besar. Serangan ini telah memicu kecaman internasional, termasuk dari Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenbrg.
Jenderal Halevi melalui X meminta maaf atas serangan yang menewaskan tiga warga negara Inggris, seorang warga negara Polandia, seorang warga Australia, seorang warga negara ganda Kanada-Amerika, dan seorang warga Palestina.
“Saya ingin menjelaskan dengan jelas—serangan tersebut tidak dilakukan dengan tujuan untuk merugikan pekerja bantuan WCK. Itu adalah kesalahan yang terjadi setelah kesalahan identifikasi—pada malam hari saat perang dalam kondisi yang sangat kompleks. Seharusnya hal itu tidak terjadi,” kata Halevi dalam pernyataan video yang dipublikasikan di akun resmi IDF.
Jenderal Zionis tersebut kemudian menggambarkan insiden tersebut sebagai “kesalahan besar". "IDF minta maaf atas kerugian yang tidak disengaja yang menimpa anggota WCK," lanjut Halevi.
Permintaan maaf lainnya disampaikan kepada pendiri WCK Jose Andres oleh Presiden Israel Isaac Herzog.
Herzog menelepon Andres untuk menyampaikan kesedihan mendalam. "Dan permintaan maaf yang tulus,” tulis surat kabar Times of Israel, Kamis (4/4/2024), mengutip pernyataan dari kantor presiden.
Permintaan maaf itu muncul setelah Andres mengecam pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa insiden “tragis” dan “tidak diinginkan” seperti itu terjadi “di masa perang".
“Serangan udara terhadap konvoi kami bukan sekadar kesalahan yang disayangkan di tengah kabut perang,” tulis Andres di harian Yedioth Ahronoth.
“Itu adalah serangan langsung terhadap kendaraan yang ditandai dengan jelas yang pergerakannya diketahui oleh IDF.”
Surat kabar Haaretz melaporkan pada hari Selasa bahwa IDF sengaja menargetkan konvoi WCK karena kecurigaan bahwa seorang agen Hamas ikut bepergian bersama kelompok tersebut.
Sumber pertahanan outlet tersebut mengatakan mobil-mobil tersebut “ditandai dengan jelas di atap dan samping” dengan logo WCK, namun unit IDF yang bertanggung jawab atas keamanan rute tersebut mengidentifikasi seorang pria bersenjata yang termasuk dalam kelompok tersebut. "Dan curiga bahwa dia adalah seorang teroris," kata sumber tersebut.
Insiden ini menuai kecaman dari komunitas internasional, termasuk sekutu-sekutu setia Israel, seperti AS dan Inggris, serta negara-negara lain yang warganya termasuk di antara korban tewas.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah kelompok perlawanan Palestina itu melakukan serangan mendadak melintasi perbatasan pada 7 Oktober tahun lalu, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Invasi brutal Israel telah menyebabkan hampir 33.000 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Halevi mengakui serangan pasukan Israel pada hari Senin itu sebagai kesalahan besar. Serangan ini telah memicu kecaman internasional, termasuk dari Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenbrg.
Jenderal Halevi melalui X meminta maaf atas serangan yang menewaskan tiga warga negara Inggris, seorang warga negara Polandia, seorang warga Australia, seorang warga negara ganda Kanada-Amerika, dan seorang warga Palestina.
“Saya ingin menjelaskan dengan jelas—serangan tersebut tidak dilakukan dengan tujuan untuk merugikan pekerja bantuan WCK. Itu adalah kesalahan yang terjadi setelah kesalahan identifikasi—pada malam hari saat perang dalam kondisi yang sangat kompleks. Seharusnya hal itu tidak terjadi,” kata Halevi dalam pernyataan video yang dipublikasikan di akun resmi IDF.
Jenderal Zionis tersebut kemudian menggambarkan insiden tersebut sebagai “kesalahan besar". "IDF minta maaf atas kerugian yang tidak disengaja yang menimpa anggota WCK," lanjut Halevi.
Permintaan maaf lainnya disampaikan kepada pendiri WCK Jose Andres oleh Presiden Israel Isaac Herzog.
Herzog menelepon Andres untuk menyampaikan kesedihan mendalam. "Dan permintaan maaf yang tulus,” tulis surat kabar Times of Israel, Kamis (4/4/2024), mengutip pernyataan dari kantor presiden.
Permintaan maaf itu muncul setelah Andres mengecam pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa insiden “tragis” dan “tidak diinginkan” seperti itu terjadi “di masa perang".
“Serangan udara terhadap konvoi kami bukan sekadar kesalahan yang disayangkan di tengah kabut perang,” tulis Andres di harian Yedioth Ahronoth.
“Itu adalah serangan langsung terhadap kendaraan yang ditandai dengan jelas yang pergerakannya diketahui oleh IDF.”
Surat kabar Haaretz melaporkan pada hari Selasa bahwa IDF sengaja menargetkan konvoi WCK karena kecurigaan bahwa seorang agen Hamas ikut bepergian bersama kelompok tersebut.
Sumber pertahanan outlet tersebut mengatakan mobil-mobil tersebut “ditandai dengan jelas di atap dan samping” dengan logo WCK, namun unit IDF yang bertanggung jawab atas keamanan rute tersebut mengidentifikasi seorang pria bersenjata yang termasuk dalam kelompok tersebut. "Dan curiga bahwa dia adalah seorang teroris," kata sumber tersebut.
Insiden ini menuai kecaman dari komunitas internasional, termasuk sekutu-sekutu setia Israel, seperti AS dan Inggris, serta negara-negara lain yang warganya termasuk di antara korban tewas.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah kelompok perlawanan Palestina itu melakukan serangan mendadak melintasi perbatasan pada 7 Oktober tahun lalu, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Invasi brutal Israel telah menyebabkan hampir 33.000 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
(mas)