4 Kekejaman Dinasti Marcos Jr, Salah Satunya Penandaan Merah

Senin, 05 Februari 2024 - 22:22 WIB
loading...
A A A
Strategi yang telah dilakukan selama puluhan tahun untuk memfitnah atau membungkam kritik di Filipina adalah dengan menghubungkan orang atau kelompok tersebut dengan pemberontak komunis yang mencoba menggulingkan pemerintah.

Praktik tersebut, yang dikenal sebagai "penandaan merah", dapat mengakibatkan penangkapan, penahanan, atau bahkan kematian orang yang menjadi sasaran, dan hal ini meledak di bawah pemerintahan Duterte.

Satuan tugas multi-lembaga yang dibentuk oleh Duterte untuk mengakhiri pemberontakan sering kali menuduh para pengkritik pemerintah sebagai simpatisan komunis, tanpa memberikan bukti apa pun.

Ratusan aktivis, jurnalis, dan pengacara terbunuh selama masa jabatan Duterte, banyak di antaranya setelah diberi tanda merah, kata kelompok hak asasi manusia.

"Pemberian tanda merah terus dilakukan pada masa pemerintahan Marcos Jr, yang tidak mengatakan apa pun secara eksplisit menentang praktik tersebut," kata Carlos Conde dari Human Rights Watch di Filipina.

Wakil Presiden Sara Duterte, putri mantan presiden dan orang yang diduga sebagai pihak yang diberi label merah, baru-baru ini ditunjuk sebagai wakil ketua gugus tugas anti-komunis.

4. Mengancam Para Jurnalis

4 Kekejaman Dinasti Marcos Jr, Salah Satunya Penandaan Merah

Foto/Reuters

Filipina tetap menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis dan berada di bawah Meksiko dan Thailand dalam indeks kebebasan pers terbaru Reporters Without Borders.

Tiga jurnalis telah terbunuh sejak Marcos Jr mengambil alih kekuasaan, termasuk seorang penyiar radio populer di Manila yang menarik perhatian internasional dan tindakan cepat yang luar biasa dari pihak berwenang untuk menemukan pelakunya.

Selama masa jabatannya, Duterte menyerang lembaga penyiaran lokal ABS-CBN dan situs berita online Rappler karena dianggap meremehkan dan menuduh berita "palsu".

ABS-CBN kehilangan izin siaran gratisnya setelah Kongres menolak memperbarui waralabanya, sementara Rappler dan salah satu pendirinya Maria Ressa telah berjuang melawan tuduhan penggelapan pajak dan pencemaran nama baik di dunia maya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)