Cacat Pemilu di Dunia: Memanipulasi Suara Rakyat, Memperdaya Lawan Politik
loading...
A
A
A
6. Pemilu Rumania 1946
Pemilu Rumania 1946 diadakan pada 19 November dengan kemenangan Partai Komunis Rumania (PCR) dan sekutunya; BPD. BPD juga memenangkan mayoritas kursi di parlemen (348). Namun, BPD dituding melakukan taktik intimidasi dan malapraktik pemilihan. (LIhat foto-foto: Siswa di Solok Harus Menempuh Jarak 10 Kilometer untuk Belajar Online)
Banyak peneliti mengklaim bahwa partai itu menang dengan hanya 48% suara dan bukan 80% seperti yang diklaim. Pemilu 1946 disamakan dengan pemilu cacat lainnya yang diadakan pada akhir Perang Dunia II di negara-negara yang membentuk Blok Timur. Pemerintah Inggris juga menolak untuk mengakui hasil pemilu tersebut.
7. Pemilu Kenya 2007
Pemilu Kenya pada 27 Desember 2007 digelar untuk memilih presiden, Anggota Parlemen, dan Dewan Lokal. Pemilihan presiden menjadi ajang persaingan antara calon incumbent Mwai Kibaki dan pemimpin oposisi Raila Odinga.
Pemilu diwarnai permusuhan etnik, di mana Kibaki memimpin etnik Kikuyu yang dominan. Sedangkan Odinga menciptakan basis yang lebih luas dengan menyatukan lima suku besar. (Baca juga: Persaingan Menuju Pilpres 2024, Elektabilitas Semu Kepala Daerah)
Meskipun jajak pendapat menunjukkan Odinga memiliki dukungan signifikan, Kibaki dinyatakan sebagai pemenang dengan 46% suara, Odinga 44% suara. Odinga dan pendukungnya menolak hasil pemilihan mengingat Odinga telah memperoleh suara terbanyak di enam dari delapan provinsi. Kibaki tetap dilantik sebagai presiden pada 30 Desember 2007.
Kekerasan pecah tak lama setelah hasil pemilu diumumkan dan memicu bentrokan etnik. Kekerasan itu menyebabkan lebih dari 1.300 orang tewas dan 600.000 orang kehilangan tempat tinggal. Odinga dan Kibaki akhirnya membentuk pemerintahan koalisi di mana Odinga menjadi perdana menteri.
8. Pemilu Uganda 2006
Pemilu multi-partai pertama Uganda diadakan pada 23 Februari 2006. Presiden petahana Yoweri Museveni, kembali mencalonkan diri melalui partai Gerakan Perlawanan Nasional (NRM). Lawan utamanya adalah Kizza Besigye, kandidat Forum untuk Perubahan Demokrasi (FDC).
Empat bulan proses pemilu, Besigye ditangkap atas tuduhan pengkhianatan. Penangkapan itu menyebabkan kekerasan dan kerusuhan di seluruh Uganda. Museveni memenangkan pemilihan dengan 59% suara, sementara Besigye mengumpulkan 37% suara. (Lihat grafis: Pengadilan Italia Pastikan Yerusalem Bukan Ibu Kota Israel)
NRM, partai Museveni, juga memenangkan mayoritas kursi Parlemen. Oposisi yang dipimpin oleh Besigye memprotes hasil pemilu namun Mahkamah Agung menolak protes itu meskipun mayoritas banch mengakui ada penyimpangan pemilu. Pemerintah dituduh mengintimidasi para pemimpin oposisi.
Sumber: www.worldatlas.com
Pemilu Rumania 1946 diadakan pada 19 November dengan kemenangan Partai Komunis Rumania (PCR) dan sekutunya; BPD. BPD juga memenangkan mayoritas kursi di parlemen (348). Namun, BPD dituding melakukan taktik intimidasi dan malapraktik pemilihan. (LIhat foto-foto: Siswa di Solok Harus Menempuh Jarak 10 Kilometer untuk Belajar Online)
Banyak peneliti mengklaim bahwa partai itu menang dengan hanya 48% suara dan bukan 80% seperti yang diklaim. Pemilu 1946 disamakan dengan pemilu cacat lainnya yang diadakan pada akhir Perang Dunia II di negara-negara yang membentuk Blok Timur. Pemerintah Inggris juga menolak untuk mengakui hasil pemilu tersebut.
7. Pemilu Kenya 2007
Pemilu Kenya pada 27 Desember 2007 digelar untuk memilih presiden, Anggota Parlemen, dan Dewan Lokal. Pemilihan presiden menjadi ajang persaingan antara calon incumbent Mwai Kibaki dan pemimpin oposisi Raila Odinga.
Pemilu diwarnai permusuhan etnik, di mana Kibaki memimpin etnik Kikuyu yang dominan. Sedangkan Odinga menciptakan basis yang lebih luas dengan menyatukan lima suku besar. (Baca juga: Persaingan Menuju Pilpres 2024, Elektabilitas Semu Kepala Daerah)
Meskipun jajak pendapat menunjukkan Odinga memiliki dukungan signifikan, Kibaki dinyatakan sebagai pemenang dengan 46% suara, Odinga 44% suara. Odinga dan pendukungnya menolak hasil pemilihan mengingat Odinga telah memperoleh suara terbanyak di enam dari delapan provinsi. Kibaki tetap dilantik sebagai presiden pada 30 Desember 2007.
Kekerasan pecah tak lama setelah hasil pemilu diumumkan dan memicu bentrokan etnik. Kekerasan itu menyebabkan lebih dari 1.300 orang tewas dan 600.000 orang kehilangan tempat tinggal. Odinga dan Kibaki akhirnya membentuk pemerintahan koalisi di mana Odinga menjadi perdana menteri.
8. Pemilu Uganda 2006
Pemilu multi-partai pertama Uganda diadakan pada 23 Februari 2006. Presiden petahana Yoweri Museveni, kembali mencalonkan diri melalui partai Gerakan Perlawanan Nasional (NRM). Lawan utamanya adalah Kizza Besigye, kandidat Forum untuk Perubahan Demokrasi (FDC).
Empat bulan proses pemilu, Besigye ditangkap atas tuduhan pengkhianatan. Penangkapan itu menyebabkan kekerasan dan kerusuhan di seluruh Uganda. Museveni memenangkan pemilihan dengan 59% suara, sementara Besigye mengumpulkan 37% suara. (Lihat grafis: Pengadilan Italia Pastikan Yerusalem Bukan Ibu Kota Israel)
NRM, partai Museveni, juga memenangkan mayoritas kursi Parlemen. Oposisi yang dipimpin oleh Besigye memprotes hasil pemilu namun Mahkamah Agung menolak protes itu meskipun mayoritas banch mengakui ada penyimpangan pemilu. Pemerintah dituduh mengintimidasi para pemimpin oposisi.
Sumber: www.worldatlas.com