Perayaan Natal di Betlehem Dibatalkan Seiring Genosida Gaza, Simbolkan Bayi Yesus di Reruntuhan
loading...
A
A
A
Ryan al-Natour, seorang Kristen Palestina dari Australia, mengatakan dia merasa perlu untuk membatalkan perayaan di wilayah Palestina yang diduduki israel.
“Saya merasa hal ini perlu karena akan sangat menjijikkan jika kita merayakannya di tengah genosida,” ungkap dia kepada Middle East Eye.
“Setiap kali saya memikirkan mereka (orang Kristen Palestina di Gaza), saya merasa sangat bersalah sebagai diaspora Palestina,” papar dia.
“Saya tahu mereka kelaparan dan dibom tanpa henti. Saya ragu perayaan Tuhan dan penyelamat kita adalah prioritas mereka ketika mereka disiksa saat ini di tangan negara kolonial apartheid yang rasis dan berdedikasi untuk menghapuskan mereka,” ujar dia.
Natour mengatakan komunitas Kristen di Gaza berusaha melakukan yang terbaik bagi mereka, meski ingin tetap tinggal di rumah dan tanah mereka. Namun baginya, Natal tahun ini akan sangat berbeda.
“Saya tidak bisa, dengan hati nurani yang baik, merayakan (perayaan) Natal sementara warga Palestina, baik Kristen maupun Muslim, sedang dimusnahkan dalam jumlah besar,” tegas dia.
Di seluruh dunia, umat Kristen Palestina lainnya juga mempunyai sentimen yang sama.
Seorang Kristen Palestina yang tinggal di California mengatakan kepada Middle East Eye, “Kami tidak menyalakan lampu tahun ini. Tidak ada yang perlu dirayakan.”
Susan Muaddi Darraj, penulis Palestina-Amerika yang tinggal di Philadelphia, mengatakan dia tidak terkejut dengan pembatalan perayaan Natal.
“Komunitas kami sedang berduka,” tutur dia kepada Middle East Eye.
“Saya merasa hal ini perlu karena akan sangat menjijikkan jika kita merayakannya di tengah genosida,” ungkap dia kepada Middle East Eye.
“Setiap kali saya memikirkan mereka (orang Kristen Palestina di Gaza), saya merasa sangat bersalah sebagai diaspora Palestina,” papar dia.
“Saya tahu mereka kelaparan dan dibom tanpa henti. Saya ragu perayaan Tuhan dan penyelamat kita adalah prioritas mereka ketika mereka disiksa saat ini di tangan negara kolonial apartheid yang rasis dan berdedikasi untuk menghapuskan mereka,” ujar dia.
Natour mengatakan komunitas Kristen di Gaza berusaha melakukan yang terbaik bagi mereka, meski ingin tetap tinggal di rumah dan tanah mereka. Namun baginya, Natal tahun ini akan sangat berbeda.
“Saya tidak bisa, dengan hati nurani yang baik, merayakan (perayaan) Natal sementara warga Palestina, baik Kristen maupun Muslim, sedang dimusnahkan dalam jumlah besar,” tegas dia.
Sentimen Global
Di seluruh dunia, umat Kristen Palestina lainnya juga mempunyai sentimen yang sama.
Seorang Kristen Palestina yang tinggal di California mengatakan kepada Middle East Eye, “Kami tidak menyalakan lampu tahun ini. Tidak ada yang perlu dirayakan.”
Susan Muaddi Darraj, penulis Palestina-Amerika yang tinggal di Philadelphia, mengatakan dia tidak terkejut dengan pembatalan perayaan Natal.
“Komunitas kami sedang berduka,” tutur dia kepada Middle East Eye.