Kerap Menelan Korban Jiwa, Budaya Kerja '996' China Jadi Sorotan
loading...
A
A
A
Beberapa orang mengatakan mereka terlalu lelah untuk melakukan hal lain setelah pulang kerja. Efisiensi kerja pun menurun seiring bertambahnya jam kerja. Dari 50 orang yang diwawancarai, 38 orang menganggap budaya “996” menimbulkan stres, dan dua orang menganggapnya sebagai praktik yang tidak dapat didukung, sementara hanya 10 orang yang menganggapnya masuk akal.
Persaingan sosial ketat antar perusahaan disebut-sebut menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan mengeksploitasi pekerjanya di China. Dalam lingkungan bisnis yang unik di China, perusahaan meniru praktik pesaing mereka agar tetap kompetitif, menurut sebuah studi yang dilakukan Duke Corporate Education, bagian dari Duke University.
Kurangnya perlindungan terhadap sistem legislatif yang ada dan lemahnya pengawasan terhadap lembaga penegak hukum adalah alasan mengapa hak beristirahat tidak dilindungi di China, menurut studi Atlantis Press.
Reformasi kelembagaan perlu dilakukan, misalnya penyempurnaan sistem jam kerja, penerapan peraturan lembur yang lebih ketat, dan peningkatan biaya praktik ilegal yang dilakukan unit-unit pekerja.
Sistem hukum di China tidak sempurna; undang-undang ketenagakerjaan telah berlaku sejak tahun 1994, namun belum diperbaiki agar dapat beradaptasi dengan masyarakat saat ini. Ironisnya, di negara yang konon komunis, para pekerja masih lemah dan kurang memiliki kesadaran tentang bagaimana melindungi hak-hak dan kepentingan mereka melalui jalur hukum.
Pendiri Alibaba Jack Ma, yang dikenal sebagai orang terkaya di China, telah membuat heboh dengan dukungan vokalnya terhadap jadwal kerja “996” yang melelahkan.
China adalah rumah bagi beberapa perusahaan internet terbesar di dunia seperti Alibaba, Baidu dan Tencent. Laju pertumbuhan mereka telah membuat beberapa pengembang perangkat lunak dan pengusaha teknologi menjadi sangat kaya. Namun sifat budaya kerja yang tiada henti kini berdampak buruk pada pekerja teknologi yang menggerakkan sektor ini.
Kematian pekerja akibat jam kerja yang terlalu panjang telah menyebabkan tuntutan hukum di China, dan keputusan pengadilan tidak berlaku bagi perusahaan yang melakukan praktik tersebut.
Seorang pria bernama Zhang telah dipekerjakan sebuah perusahaan kurir dengan sistem kerja “996”. Zhang menolak bekerja lembur di luar ketentuan, dan kemudian dipecat. Panel arbitrase memerintahkan majikan untuk membayar Zhang kompensasi sebesar 8.000 yuan, setara dengan gaji satu bulan. Pengadilan tinggi menguatkan keputusan panel arbitrase, dengan mengatakan Zhang telah dipecat secara ilegal dan kebijakan kerja pemerintah melanggar hukum.
Ketidakpuasan terhadap jam kerja panjang terlihat ketika seorang wanita muda meninggal dunia setelah bekerja dalam jangka waktu yang sangat lama di sebuah perusahaan rintisan e-commerce di China. Karyawan perusahaan tersebut mengeluh bahwa mereka dipaksa bekerja selama 300 jam sebulan, jauh melebihi batas hukum.
Persaingan sosial ketat antar perusahaan disebut-sebut menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan mengeksploitasi pekerjanya di China. Dalam lingkungan bisnis yang unik di China, perusahaan meniru praktik pesaing mereka agar tetap kompetitif, menurut sebuah studi yang dilakukan Duke Corporate Education, bagian dari Duke University.
Kurangnya perlindungan terhadap sistem legislatif yang ada dan lemahnya pengawasan terhadap lembaga penegak hukum adalah alasan mengapa hak beristirahat tidak dilindungi di China, menurut studi Atlantis Press.
Reformasi kelembagaan perlu dilakukan, misalnya penyempurnaan sistem jam kerja, penerapan peraturan lembur yang lebih ketat, dan peningkatan biaya praktik ilegal yang dilakukan unit-unit pekerja.
Praktik Lembur Ilegal
Sistem hukum di China tidak sempurna; undang-undang ketenagakerjaan telah berlaku sejak tahun 1994, namun belum diperbaiki agar dapat beradaptasi dengan masyarakat saat ini. Ironisnya, di negara yang konon komunis, para pekerja masih lemah dan kurang memiliki kesadaran tentang bagaimana melindungi hak-hak dan kepentingan mereka melalui jalur hukum.
Pendiri Alibaba Jack Ma, yang dikenal sebagai orang terkaya di China, telah membuat heboh dengan dukungan vokalnya terhadap jadwal kerja “996” yang melelahkan.
China adalah rumah bagi beberapa perusahaan internet terbesar di dunia seperti Alibaba, Baidu dan Tencent. Laju pertumbuhan mereka telah membuat beberapa pengembang perangkat lunak dan pengusaha teknologi menjadi sangat kaya. Namun sifat budaya kerja yang tiada henti kini berdampak buruk pada pekerja teknologi yang menggerakkan sektor ini.
Kematian pekerja akibat jam kerja yang terlalu panjang telah menyebabkan tuntutan hukum di China, dan keputusan pengadilan tidak berlaku bagi perusahaan yang melakukan praktik tersebut.
Seorang pria bernama Zhang telah dipekerjakan sebuah perusahaan kurir dengan sistem kerja “996”. Zhang menolak bekerja lembur di luar ketentuan, dan kemudian dipecat. Panel arbitrase memerintahkan majikan untuk membayar Zhang kompensasi sebesar 8.000 yuan, setara dengan gaji satu bulan. Pengadilan tinggi menguatkan keputusan panel arbitrase, dengan mengatakan Zhang telah dipecat secara ilegal dan kebijakan kerja pemerintah melanggar hukum.
Ketidakpuasan terhadap jam kerja panjang terlihat ketika seorang wanita muda meninggal dunia setelah bekerja dalam jangka waktu yang sangat lama di sebuah perusahaan rintisan e-commerce di China. Karyawan perusahaan tersebut mengeluh bahwa mereka dipaksa bekerja selama 300 jam sebulan, jauh melebihi batas hukum.