Venezuela Kerahkan Tentara ke Perbatasan Guyana, Siap Kuasai Wilayah
loading...
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah mengirim pasukan ke perbatasan dengan Guyana sebagai persiapan untuk mengklaim 160.000 kilometer persegi wilayah yang dikenal sebagai Essequibo.
Langkah itu diungkap harian Spanyol El Pais. “Pasukan Venezuela dalam jumlah yang tidak diketahui telah dikirim ke Puerto Barima, di negara bagian Delta Amacuro,” ungkap media Spanyol tersebut.
Sementara itu, Maduro telah meluncurkan peta baru Venezuela yang mencakup wilayah tersebut, yang diberi nama ‘Guyana Essequiba,’ setelah 10,4 juta pemilih Venezuela menyetujui langkah tersebut dalam referendum pada Minggu.
“Kami menginginkan penyelamatan Guayana Esequiba secara damai,” ungkap Maduro pada Selasa (5/12/2023).
Dia menjelaskan, “Guyana Esequiba kami secara de facto telah diduduki oleh Kerajaan Inggris dan ahli warisnya dan mereka telah menghancurkan wilayah tersebut.”
Maduro juga menunjuk Mayor Jenderal Alexis Rodriguez Cabello sebagai gubernur baru di wilayah tersebut. Tempat duduknya saat ini berada di Tumeremo, kota pertambangan di negara bagian Bolivar.
Menyusul pengumuman Maduro, Presiden Guyana Irfaan Ali menyampaikan pidato di televisi, menuduh Venezuela berusaha mencaplok lebih dari dua pertiga wilayah negaranya.
“Ini adalah ancaman langsung terhadap integritas wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan politik Guyana, serta pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional,” ujar Ali, seraya menambahkan dia akan “mengintensifkan tindakan pencegahan” untuk menjaga wilayahnya.
Pada tahun 1899, Amerika Serikat (AS) menetapkan wilayah yang disengketakan itu ke dalam wilayah yang saat itu merupakan koloni Inggris di Guyana, dan menerima argumen London sambil menerapkan Doktrin Monroe, yang menyatakan AS menganggap Amerika sebagai wilayah pengaruhnya.
Namun Venezuela tidak pernah menerima keputusan tersebut sebagai keputusan yang sah, dan pada tahun 2018 mengajukan perselisihan tersebut ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Perselisihan ini diperburuk dengan ditemukannya cadangan minyak yang besar di Samudera Atlantik, di zona pesisir yang diklaim kedua negara. Exxon Mobil sudah memiliki platform pengeboran minyak di kawasan tersebut.
Pada Selasa, Maduro mengatakan perusahaan asing yang mengeksploitasi sumber daya di wilayah tersebut tanpa izin dari Caracas memiliki waktu tiga bulan untuk “mematuhi hukum.”
Langkah itu diungkap harian Spanyol El Pais. “Pasukan Venezuela dalam jumlah yang tidak diketahui telah dikirim ke Puerto Barima, di negara bagian Delta Amacuro,” ungkap media Spanyol tersebut.
Sementara itu, Maduro telah meluncurkan peta baru Venezuela yang mencakup wilayah tersebut, yang diberi nama ‘Guyana Essequiba,’ setelah 10,4 juta pemilih Venezuela menyetujui langkah tersebut dalam referendum pada Minggu.
“Kami menginginkan penyelamatan Guayana Esequiba secara damai,” ungkap Maduro pada Selasa (5/12/2023).
Dia menjelaskan, “Guyana Esequiba kami secara de facto telah diduduki oleh Kerajaan Inggris dan ahli warisnya dan mereka telah menghancurkan wilayah tersebut.”
Maduro juga menunjuk Mayor Jenderal Alexis Rodriguez Cabello sebagai gubernur baru di wilayah tersebut. Tempat duduknya saat ini berada di Tumeremo, kota pertambangan di negara bagian Bolivar.
Menyusul pengumuman Maduro, Presiden Guyana Irfaan Ali menyampaikan pidato di televisi, menuduh Venezuela berusaha mencaplok lebih dari dua pertiga wilayah negaranya.
“Ini adalah ancaman langsung terhadap integritas wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan politik Guyana, serta pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional,” ujar Ali, seraya menambahkan dia akan “mengintensifkan tindakan pencegahan” untuk menjaga wilayahnya.
Pada tahun 1899, Amerika Serikat (AS) menetapkan wilayah yang disengketakan itu ke dalam wilayah yang saat itu merupakan koloni Inggris di Guyana, dan menerima argumen London sambil menerapkan Doktrin Monroe, yang menyatakan AS menganggap Amerika sebagai wilayah pengaruhnya.
Namun Venezuela tidak pernah menerima keputusan tersebut sebagai keputusan yang sah, dan pada tahun 2018 mengajukan perselisihan tersebut ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Perselisihan ini diperburuk dengan ditemukannya cadangan minyak yang besar di Samudera Atlantik, di zona pesisir yang diklaim kedua negara. Exxon Mobil sudah memiliki platform pengeboran minyak di kawasan tersebut.
Pada Selasa, Maduro mengatakan perusahaan asing yang mengeksploitasi sumber daya di wilayah tersebut tanpa izin dari Caracas memiliki waktu tiga bulan untuk “mematuhi hukum.”
(sya)