Bakar 4 Miliar Ton Batu Bara Per Tahun, Komitmen Iklim China Masih Sangat Minim
loading...
A
A
A
BEIJING - Para pemerhati lingkungan telah meningkatkan kampanye tekanan mereka terhadap dukungan China atas Jalur Pipa Minyak Mentah Afrika Timur.
Para aktivis mendesak pemberi pinjaman China—Perusahaan Asuransi Ekspor & Kredit milik negara Sinosure, Bank Ekspor-Impor China, dan Bank Industri dan Komersial China—agar membatalkan rencana mereka untuk membiayai proyek kontroversial senilai USD5 miliar tersebut.
Mengutip dari laman Epardafas.com, Jumat (1/12/2023), mereka berpendapat bahwa pembangunan pipa tersebut menimbulkan ancaman terhadap ekosistem asli, pusat keanekaragaman hayati, sumber daya air, dan lahan masyarakat di Uganda dan Tanzania.
Ini bukan satu-satunya insiden yang memicu kemarahan para aktivis iklim. China, sebagai negara pencemar terbesar di dunia, mengonsumsi lebih dari separuh batu bara dunia.
Negara ini membakar lebih dari 4 miliar ton batu bara setiap tahunnya, setara dengan 58 persen permintaan global pada tahun 2022.
Selain itu, China mengimpor lebih banyak minyak dan gas alam cair (LNG) dibandingkan negara lain.
Pada tahun 2021, China merupakan penyandang dana asing terbesar di dunia untuk infrastruktur bahan bakar fosil, dan menyumbangkan hampir sepertiga gas rumah kaca dunia pada 2020.
Hal ini tidak mengherankan mengingat populasi China yang berjumlah 1,4 miliar jiwa mencakup 19 persen populasi dunia, 22 persen produk domestik bruto (PDB) global, dan 26 persen konsumsi energi dunia.
Ironisnya, menurut angka PBB, China juga merupakan negara paling terkena dampak krisis iklim dan bencana lingkungan karena jumlah penduduknya yang besar.
Para aktivis mendesak pemberi pinjaman China—Perusahaan Asuransi Ekspor & Kredit milik negara Sinosure, Bank Ekspor-Impor China, dan Bank Industri dan Komersial China—agar membatalkan rencana mereka untuk membiayai proyek kontroversial senilai USD5 miliar tersebut.
Mengutip dari laman Epardafas.com, Jumat (1/12/2023), mereka berpendapat bahwa pembangunan pipa tersebut menimbulkan ancaman terhadap ekosistem asli, pusat keanekaragaman hayati, sumber daya air, dan lahan masyarakat di Uganda dan Tanzania.
Ini bukan satu-satunya insiden yang memicu kemarahan para aktivis iklim. China, sebagai negara pencemar terbesar di dunia, mengonsumsi lebih dari separuh batu bara dunia.
Negara ini membakar lebih dari 4 miliar ton batu bara setiap tahunnya, setara dengan 58 persen permintaan global pada tahun 2022.
Selain itu, China mengimpor lebih banyak minyak dan gas alam cair (LNG) dibandingkan negara lain.
Pada tahun 2021, China merupakan penyandang dana asing terbesar di dunia untuk infrastruktur bahan bakar fosil, dan menyumbangkan hampir sepertiga gas rumah kaca dunia pada 2020.
Hal ini tidak mengherankan mengingat populasi China yang berjumlah 1,4 miliar jiwa mencakup 19 persen populasi dunia, 22 persen produk domestik bruto (PDB) global, dan 26 persen konsumsi energi dunia.
Ironisnya, menurut angka PBB, China juga merupakan negara paling terkena dampak krisis iklim dan bencana lingkungan karena jumlah penduduknya yang besar.