Barat Dulu Cap Pejuang Indonesia Ekstremis, Kini Israel Labeli Hamas Teroris

Minggu, 12 November 2023 - 08:35 WIB
loading...
Barat Dulu Cap Pejuang Indonesia Ekstremis, Kini Israel Labeli Hamas Teroris
Arsip surat kabar New York Times edisi 20 November 1945 menggambarkan anggapan Barat bahwa pejuang Indonesia dalam pertempuran 10 November di Surabaya sebagai ekstremis. Foto/Arsip New York Times
A A A
JAKARTA - Arsip surat kabar New York Times edisi 20 November 1945 menunjukkan anggapan Barat bahwa para pejuang Indonesia yang melawan tentara Inggris dalam pertempuran 10 November di Surabaya dicap sebagai ekstremis.

Pelabelan tak jauh beda kini diterima Hamas ketika mereka melawan Israel untuk membebaskan pendudukan atas Palestina.

"MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA," bunyi judul pemberitaan New York Times. Judul dalam huruf kapital itu menggambarkan persepsi Barat bahwa pertempuran 10 November di Surabaya dilakukan oleh kaum fanatik muslim.

Kemudian ada sub judul di bawahnya "Religious Leaders in Charges Against Tanks–New Peril Is Feared in Batavia (Pemimpin Agama Melawan Tank–Bahaya Baru Ditakuti di Batavia)".



Isi berita berjudul "MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA" sebagai berikut: Serangan hiruk pikuk oleh nasionalis Indonesia terhadap tank Inggris di Surabaya, dengan 1.000 atau lebih pasukan Muslim menyerbu dalam baku tembak yang mematikan, dilaporkan hari ini oleh penerbang Belanda yang kembali dari Surabaya.

Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.

Kabinet Perdana Menteri Sutan Syahrir yang terguncang mengadakan rapat darurat membahas perang itu. Ada kemungkinan pembicaraan damai yang ditetapkan untuk hari Kamis bakal dibatalkan.

Kantor Berita Belanda melaporkan, semua anggota Korps Pelestarian Perdamaian Indonesia akan dipindahkan dari Batavia ke posisi defensif di pinggiran kota untuk mengantisipasi serangan ekstremis. Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.

Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menjelaskan, tindakan itu diambil untuk mencegah Batavia menjadi Surabaya kedua. Keputusan itu diambil pada rapat kabinet hari ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1275 seconds (0.1#10.140)