Ukraina: Wagner Tanpa Progozhin Bukan Ancaman Serius

Sabtu, 30 September 2023 - 09:18 WIB
loading...
Ukraina: Wagner Tanpa...
Ukraina menganggap keberadaan tentara bayaran Grup Wagner bukan ancaman karena telah kehilangan pemimpin mereka. Foto/Ilustrasi
A A A
KIEV - Militer Ukraina mengatakan tentara bayaan Grup Wagner telah kembali kenegara itusetelah lama absen dari medan perang. Para tentara ini tampaknya yang terbaik di jajaran Rusia . Meski begitu, menurut Militer Ukraiina, ancaman mereja masih rendah tanpa pemimpin mereka.

Sudah beberapa bulan sejak tentara bayaran Wagner terakhir kali ikut serta dalam pertempuran di Ukraina timur. Setelah mundur dari garis depan usai berhasi merebut Bakhmut, mereka melakukan pemberontakan jangka pendek dan kekacauan terhadap Kementerian Pertahanan Rusia.

Setelah kejadian itu, mereka dibuang ke pengasingan di Belarusia atau ditawari kesempatan untuk menandatangani kontrak dengan militer Moskow. Dan kemudian, ketika keadaan mulai membaik, mereka kehilangan pemimpin mereka yang kejam, Yevgeny Prigozhin, dalam kecelakaan pesawat.

Kematian Prigozhin pada akhir Agustus, tepat dua bulan setelah pemberontakan, menimbulkan spekulasi mengenai apa yang akan terjadi pada tentara bayaran tersebut, terutama ketika Moskow mulai mengambil alih pengawasan lebih besar terhadap aktivitas mereka di seluruh dunia. Para pejabat Amerika Serikat (AS) beberapa kali mengatakan setelah pemberontakan bahwa Wagner tidak lagi mendukung operasi tempur di Ukraina.

Namun kini, menurut juru bicara militer Ukraina Illya Yevlash, sekitar 500 tentara bayaran telah kembali ke Ukraina timur dan akan dikirim ke medan tempur atas nama Rusia.



Pernyataan ini tidak bisa diverifikasi secara independen.

Yevlash mengatakan kepada penyiar Ukraina RBC-Ukraina bahwa para pejuang ini berasal dari Belarusia, di mana terdapat sekitar 8.000 tentara bayaran Wagner yang tinggal di pengasingan di sebuah kamp militer di sana dan melatih militer negara tersebut. Kamp tersebut dibubarkan karena beberapa pejuang Wagner dikirim ke Afrika – tempat Wagner memiliki basis yang mendukung beberapa pemerintah – dan yang lainnya didorong untuk menandatangani kontrak dengan kementerian pertahanan Rusia.

"Dalam melakukan hal ini, para pejuang kembali ke Ukraina untuk berpartisipasi dalam operasi tempur, baik sebagai instruktur dan personel militer,” terang Yevlash.

“Namun, mereka tidak akan menimbulkan ancaman signifikan seperti sebelumnya karena mereka tidak memiliki pemimpin, Prigozhin. Orang-orang ini memang termasuk yang paling terlatih di tentara Rusia, namun mereka tidak akan menjadi pengubah permainan," imbuhnya seperti dikutip dari Insider, Sabtu (30/9/2023).

Analis konflik di Institute for the Study of War (ISW), sebuah lembaga pemikir berbasis di Washington yang memantau perang dengan cermat, mencatat bahwa pasukan Wagner dikerahkan ke Bakhmut, sebuah kota di Ukraina timur tempat tentara bayaran bertempur selama berbulan-bulan dengan korban jiwa yang sangat besar.

Mereka merebut kota itu pada bulan Mei, namun di tengah kampanye berdarah tersebut menyebabkan ketegangan antara Wagner dan militer reguler Rusia, yang pada akhirnya mengarah pada pemberontakan.



“Konfirmasi Ukraina dan Rusia terhadap beberapa mantan personel Grup Wagner yang dikerahkan ke wilayah Bakhmut menunjukkan bahwa Grup Wagner sedang berjuang untuk melakukan reformasi secara kohesif di sekitar kepemimpinan baru,” tulis para ahli ISW dalam penilaian situasi medan perang saat ini.

“Pengerahan sedikit demi sedikit mantan personel Wagner ke wilayah mana pun di garis depan sepertinya tidak akan menghasilkan dampak strategis atau bahkan dampak lokal yang signifikan di medan perang di Ukraina,” kata para ahli.

Beberapa pejabat pemerintah Ukraina mengulangi penilaian Yevlash dan ISW bahwa kembalinya pejuang Wagner kemungkinan tidak akan menimbulkan dampak signifikan di medan perang.

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyatakan dalam sebuah postingan media sosial bahwa Wagner tidak lagi ada sebagai perusahaan militer swasta karena Prigozhin telah meninggal dan kepemimpinan militer Rusia telah bergerak untuk mengkonsolidasikan kendali atas organisasi tersebut.

“Saat ini, yang ada hanyalah mantan militan kelompok teroris yang tersebar ke segala penjuru: Afrika, kehidupan sipil dan kriminal di wilayah Rusia, atau kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia sebagai perjanjian untuk memainkan peran terakhir, menutup lubang Rusia di arah Bakhmut untuk waktu yang singkat,” kata Podolyak.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Pihak Ketiga Berusaha...
Pihak Ketiga Berusaha Gagalkan Perundingan AS-Rusia, Siapa Mereka?
Rusia Tuding Zelensky...
Rusia Tuding Zelensky Mainkan Permainan Berbahaya dengan Trump
AS Bimbang, Ini 3 Negara...
AS Bimbang, Ini 3 Negara NATO yang Masih Menghalangi Kemenangan Rusia di Ukraina
Para Pemimpin Dunia...
Para Pemimpin Dunia Diam-diam Berbicara dengan Putin
Antisipasi Eskalasi...
Antisipasi Eskalasi dengan NATO, Putin Panggil 160.000 Pemuda untuk Wajib Militer
2 Negara Anggota NATO...
2 Negara Anggota NATO Akan Kerahkan Jet Tempur dan Kapal Perang ke Ukraina
3 Anggota NATO Sangat...
3 Anggota NATO Sangat Takut jika Ukraina dan Rusia Sepakati Gencatan Senjata
AS Larang Personel Diplomatik...
AS Larang Personel Diplomatik di China Berhubungan Asmara dengan Warga Lokal
Tragis! Mantan Ratu...
Tragis! Mantan Ratu Kecantikan Myanmar Tewas akibat Gempa, Tertimbun Reruntuhan Apartemen
Rekomendasi
Nintendo Switch 2: Jadwal...
Nintendo Switch 2: Jadwal Rilis, Harga, dan Alasan Indonesia Belum Kebagian
Tarif Trump Ancam Ekonomi...
Tarif Trump Ancam Ekonomi Indonesia, Bisa Jadi Malapetaka Nasional
Cara Cerdas Meghan Markle...
Cara Cerdas Meghan Markle Agar Produk Mahalnya Ludes Terjual dalam Hitungan Menit
Berita Terkini
Qatargate Guncang Israel,...
Qatargate Guncang Israel, 2 Ajudan Netanyahu Ditangkap
9 menit yang lalu
3 Efek Tarif Impor Donald...
3 Efek Tarif Impor Donald Trump Terhadap Harga Emas Dunia, Apa Saja?
50 menit yang lalu
Senjata Makan Tuan,...
Senjata Makan Tuan, Tarif Trump Ancam Produksi Senjata AS
2 jam yang lalu
Lebih dari 39.000 Anak...
Lebih dari 39.000 Anak Yatim di Gaza akibat Genosida Israel
3 jam yang lalu
Lawan Trump, Kanada...
Lawan Trump, Kanada Sumpah akan Memimpin Dunia
4 jam yang lalu
Abu Ubaidah: Tawanan...
Abu Ubaidah: Tawanan dalam Bahaya jika Israel Menolak Negosiasi
5 jam yang lalu
Infografis
2 Negara NATO akan Kirim...
2 Negara NATO akan Kirim Jet Tempur dan Kapal Perang ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved