Deretan Negara dalam Satu Koalisi yang Tidak Akur, Terjebak dalam Perang Mematikan
loading...
A
A
A
Philip Breedlove, pensiunan jenderal Angkatan Udara AS yang menjabat sebagai komandan tertinggi sekutu NATO dari tahun 2013 hingga 2016, mengatakan masalah lama antara Turki dan Yunani naik dan turun seiring berjalannya waktu. “Kepemimpinan Turki mendorong negaranya ke arah tertentu yang menyebabkan ketegangan kembali meningkat seperti yang terjadi selama bertahun-tahun,” kata mantan komandan NATO dalam wawancara telepon dengan VOA pada hari Rabu.
Breedlove, yang kini menjadi peneliti senior di Middle East Institute, mengatakan NATO dan Amerika Serikat pernah mengatasi ketegangan serupa di masa lalu dan aliansi tersebut masih mampu menjalankan tugas tersebut. Kekhawatiran akan mengganggu persatuan NATO
Pertikaian baru-baru ini antara Turki dan Yunani terjadi ketika NATO fokus untuk menunjukkan front persatuan melawan Rusia dalam menghadapi invasi di Ukraina.
Para ahli khawatir jika ketegangan meningkat hingga mencapai titik permusuhan, Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengambil keuntungan.
“Sekecil apa pun keretakan yang muncul dalam persatuan Eropa, Putin bisa memperbesarnya dan bahkan memecah belah. Jadi, hal ini tidak hanya melemahkan persatuan Eropa tetapi juga dapat meluas ke dewan NATO jika salah satu negara menggunakan NATO sebagai senjata untuk menyakiti negara lain,” kata Townsend.
Dia memperingatkan bahwa celah tersebut dapat dimanfaatkan oleh Moskow saat musim dingin mendekat; Rusia telah mengurangi ekspor gasnya ke Eropa.
Foto/Reuters
Konflik terbaru di dalam koalisi BRICS adalah permasalahan peta nasional baru yang diterbitkan oleh pemerintah China telah memicu kemarahan di India. Itu memperburuk ketegangan antara dua negara tetangga yang mempunyai senjata nuklir.
Versi peta China yang dipublikasikan di situs Kementerian Sumber Daya Alam dengan jelas menunjukkan negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut India, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari Tibet, dan Dataran Tinggi Doklam, yang menjadi perseteruan kedua belah pihak dalam beberapa tahun terakhir.
Penerbitan peta baru oleh China , dan kehebohan yang ditimbulkannya di India, adalah contoh bagaimana peta dapat digunakan untuk memproyeksikan kekuatan.
Breedlove, yang kini menjadi peneliti senior di Middle East Institute, mengatakan NATO dan Amerika Serikat pernah mengatasi ketegangan serupa di masa lalu dan aliansi tersebut masih mampu menjalankan tugas tersebut. Kekhawatiran akan mengganggu persatuan NATO
Pertikaian baru-baru ini antara Turki dan Yunani terjadi ketika NATO fokus untuk menunjukkan front persatuan melawan Rusia dalam menghadapi invasi di Ukraina.
Para ahli khawatir jika ketegangan meningkat hingga mencapai titik permusuhan, Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengambil keuntungan.
“Sekecil apa pun keretakan yang muncul dalam persatuan Eropa, Putin bisa memperbesarnya dan bahkan memecah belah. Jadi, hal ini tidak hanya melemahkan persatuan Eropa tetapi juga dapat meluas ke dewan NATO jika salah satu negara menggunakan NATO sebagai senjata untuk menyakiti negara lain,” kata Townsend.
Dia memperingatkan bahwa celah tersebut dapat dimanfaatkan oleh Moskow saat musim dingin mendekat; Rusia telah mengurangi ekspor gasnya ke Eropa.
2. BRICS: China Vs India
Foto/Reuters
Konflik terbaru di dalam koalisi BRICS adalah permasalahan peta nasional baru yang diterbitkan oleh pemerintah China telah memicu kemarahan di India. Itu memperburuk ketegangan antara dua negara tetangga yang mempunyai senjata nuklir.
Versi peta China yang dipublikasikan di situs Kementerian Sumber Daya Alam dengan jelas menunjukkan negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut India, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari Tibet, dan Dataran Tinggi Doklam, yang menjadi perseteruan kedua belah pihak dalam beberapa tahun terakhir.
Penerbitan peta baru oleh China , dan kehebohan yang ditimbulkannya di India, adalah contoh bagaimana peta dapat digunakan untuk memproyeksikan kekuatan.