Kembali Gabung UNESCO, AS Tantang China di Pertempuran Budaya
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berencana bergabung kembali dengan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi langkah tersebut pada Minggu (11/6/2023). Bertahun-tahun setelah keluar dari badan tersebut, para pejabat AS sekarang melihatnya sebagai platform penting dalam persaingan multi-ranah Washington dengan China.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengirim surat ke badan yang berbasis di Paris pada 8 Juni, menguraikan keinginannya kembali ke organisasi tersebut setelah absen selama lima tahun.
“Kami memahami bahwa kepemimpinan UNESCO akan menyampaikan proposal kami kepada anggota dalam beberapa hari mendatang,” papar Deplu AS mengkonfirmasi kepada AP.
Washington memotong pendanaannya untuk UNESCO di era Presiden Barack Obama saat itu setelah Palestina menjadi anggota penuh organisasi tersebut pada 2011.
Washington secara resmi meninggalkan UNESCO di era pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada 2017, diikuti oleh Israel, dengan alasan dugaan "bias pro-Palestina" dalam lembaga itu.
“China saat ini adalah satu-satunya penyumbang terbesar bagi UNESCO,” papar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mencatat pada Maret.
Diplomat itu mendesak Kongres menyisihkan sekitar USD150 juta untuk potensi kembali ke lembaga itu, karena AS berhutang banyak dalam pembayaran yang terlewatkan.
“Mereka sedang mengerjakan aturan, norma, dan standar untuk kecerdasan buatan. Kami ingin berada di sana,” ungkap Blinken.
Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi langkah tersebut pada Minggu (11/6/2023). Bertahun-tahun setelah keluar dari badan tersebut, para pejabat AS sekarang melihatnya sebagai platform penting dalam persaingan multi-ranah Washington dengan China.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengirim surat ke badan yang berbasis di Paris pada 8 Juni, menguraikan keinginannya kembali ke organisasi tersebut setelah absen selama lima tahun.
“Kami memahami bahwa kepemimpinan UNESCO akan menyampaikan proposal kami kepada anggota dalam beberapa hari mendatang,” papar Deplu AS mengkonfirmasi kepada AP.
Washington memotong pendanaannya untuk UNESCO di era Presiden Barack Obama saat itu setelah Palestina menjadi anggota penuh organisasi tersebut pada 2011.
Washington secara resmi meninggalkan UNESCO di era pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada 2017, diikuti oleh Israel, dengan alasan dugaan "bias pro-Palestina" dalam lembaga itu.
“China saat ini adalah satu-satunya penyumbang terbesar bagi UNESCO,” papar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mencatat pada Maret.
Diplomat itu mendesak Kongres menyisihkan sekitar USD150 juta untuk potensi kembali ke lembaga itu, karena AS berhutang banyak dalam pembayaran yang terlewatkan.
“Mereka sedang mengerjakan aturan, norma, dan standar untuk kecerdasan buatan. Kami ingin berada di sana,” ungkap Blinken.