Erdogan Kalah dalam Survei tapi Menang Pilpres Turki, Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memenangkan putaran kedua pemilihan presiden (pilpres) Turki, yang membuatnya berkuasa lagi untuk periode ketiga. Ini mengejutkan karena dia diprediksi kalah oleh berbagai lembaga survei.
Dalam pemungutan suara yang digelar hari Minggu, Erdogan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menang dengan meraih 52,14 persen suara.
Sedangkan rivalnya, Kemal Kilicdaroglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) meraih 47,86 persen suara. Selisih perolehan suara keduanya mencapai sekitar 2 juta.
Beberapa pekan menjelang pemungutan suara putaran kedua pilpres Turki, beberapa lembaga survei memprediksi Erdogan dikalahkan Kemal Kilicdaroglu.
Contoh, sebuah survei dari lembaga Konda memprediksi dukungan untuk Erdoğan 43,7% dan Kılıçdaroğlu 49,3%. Survei ini dilakukan 6-7 Mei.
Konda, yang secara terbuka merilis hanya satu jajak pendapat menjelang pemungutan suara, melakukan wawancara tatap muka dengan 3.480 orang di 35 pusat provinsi. Survei tersebut diklaim memiliki margin error +/- 2,2% pada tingkat kepercayaan 99%.
Sebuah survei menjelang pemungutan suara awal dari lembaga Metropoll juga menunjukkan pemungutan suara akan berlanjut ke putaran kedua, dengan Kılıçdaroğlu mendapatkan 49,1% dan Erdoğan 46,9%. Dalam putaran kedua, menurut lembaga itu, Kılıçdaroğlu menang dengan 51,3%.
Faktanya, Erdogan yang diprediksi kalah oleh lembaga-lembaga survei justru keluar sebagai pemenang.
Sementara Erdogan merayakan kemenangannya, para analis mencela pilpres tersebut dengan menganggapnya "tidak adil", meratapi masa depan demokrasi di Turki dan meramalkan lebih banyak ketegangan dalam hubungan dengan Barat.
Pilpres ini secara luas dianggap sebagai tantangan terbesar dalam karier politik Erdogan yang panjang. Tempat pemungutan suara membuka pintunya bagi para pemilih pada saat negara itu masih terhuyung-huyung setelah gempa dahsyat 6 Februari dan publik marah pada bagaimana pemerintah Erdogan salah menangani krisis.
Dalam pemungutan suara yang digelar hari Minggu, Erdogan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menang dengan meraih 52,14 persen suara.
Sedangkan rivalnya, Kemal Kilicdaroglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) meraih 47,86 persen suara. Selisih perolehan suara keduanya mencapai sekitar 2 juta.
Lembaga Survei Gagal?
Beberapa pekan menjelang pemungutan suara putaran kedua pilpres Turki, beberapa lembaga survei memprediksi Erdogan dikalahkan Kemal Kilicdaroglu.
Contoh, sebuah survei dari lembaga Konda memprediksi dukungan untuk Erdoğan 43,7% dan Kılıçdaroğlu 49,3%. Survei ini dilakukan 6-7 Mei.
Konda, yang secara terbuka merilis hanya satu jajak pendapat menjelang pemungutan suara, melakukan wawancara tatap muka dengan 3.480 orang di 35 pusat provinsi. Survei tersebut diklaim memiliki margin error +/- 2,2% pada tingkat kepercayaan 99%.
Sebuah survei menjelang pemungutan suara awal dari lembaga Metropoll juga menunjukkan pemungutan suara akan berlanjut ke putaran kedua, dengan Kılıçdaroğlu mendapatkan 49,1% dan Erdoğan 46,9%. Dalam putaran kedua, menurut lembaga itu, Kılıçdaroğlu menang dengan 51,3%.
Faktanya, Erdogan yang diprediksi kalah oleh lembaga-lembaga survei justru keluar sebagai pemenang.
Sementara Erdogan merayakan kemenangannya, para analis mencela pilpres tersebut dengan menganggapnya "tidak adil", meratapi masa depan demokrasi di Turki dan meramalkan lebih banyak ketegangan dalam hubungan dengan Barat.
Bagaimana Erdogan Menang?
Pilpres ini secara luas dianggap sebagai tantangan terbesar dalam karier politik Erdogan yang panjang. Tempat pemungutan suara membuka pintunya bagi para pemilih pada saat negara itu masih terhuyung-huyung setelah gempa dahsyat 6 Februari dan publik marah pada bagaimana pemerintah Erdogan salah menangani krisis.