Sistem Rudal S-400 Rusia Momok bagi Jet Tempur Ukraina, tapi....
loading...
A
A
A
MOSKOW - Selama perang dengan Ukraina berlangsung, sistem pertahanan rudal canggih S-400 Rusia telah diandalkan untuk mencegat roket yang ditembakkan oleh HIMARS buatan Amerika Serikat (AS).
Dalam langkah yang agak tidak biasa, senjata pertahanan ini juga digunakan untuk melancarkan serangan ke kota-kota Ukraina.
Moskow dilaporkan menggunakan taktik ini sebagai bukti lemahnya Angkatan Udara Ukraina, menunjukkan bahwa pasukan Rusia mampu menggunakan rudal anti-pesawat yang mahal untuk operasi sekunder.
Namun, alasan yang mendasarinya lebih mungkin berakar pada keputusasaan dan frustrasi, memaksa Kremlin untuk menggunakan semua senjata yang tersedia, terlepas dari kesesuaiannya untuk tugas yang dimaksud.
Mengutip laporan EurAsian Times, Sabtu (27/5/2023), sistem S-400 telah dikerahkan ke wilayah Donbas untuk mencegat roket HIMARS yang dioperasikan militer Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris baru-baru ini mengklaim bahwa para pemimpin Rusia menunjukkan kekhawatiran tentang kerentanan berkelanjutan dari sistem pertahanan udara mereka terhadap serangan drone.
Dalam pembaruan intelijen pada 15 Mei, kementerian itu mengungkapkan penilaiannya atas serangan pesawat tak berawak pada 3 Mei di Pangkalan Udara Seshcha, Rusia, sekitar 93 mil di utara perbatasan Ukraina.
Kementerian itu mengatakan bahwa beberapa kendaraan udara tak berawak (UAV) terlibat dalam serangan itu. Namun, militer Ukraina tidak mengonfirmasi keikutsertaannya dalam serangan semacam itu di tanah Rusia.
Kremlin telah melontarkan tuduhan terhadap Ukraina, menganggap mereka bertanggung jawab atas serangan sebelumnya di wilayah Rusia. Salah satu tuduhan yang menonjol adalah dugaan upaya pembunuhan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin yang melibatkan serangan pesawat tak berawak yang gagal awal bulan ini.
Dalam langkah yang agak tidak biasa, senjata pertahanan ini juga digunakan untuk melancarkan serangan ke kota-kota Ukraina.
Moskow dilaporkan menggunakan taktik ini sebagai bukti lemahnya Angkatan Udara Ukraina, menunjukkan bahwa pasukan Rusia mampu menggunakan rudal anti-pesawat yang mahal untuk operasi sekunder.
Namun, alasan yang mendasarinya lebih mungkin berakar pada keputusasaan dan frustrasi, memaksa Kremlin untuk menggunakan semua senjata yang tersedia, terlepas dari kesesuaiannya untuk tugas yang dimaksud.
Mengutip laporan EurAsian Times, Sabtu (27/5/2023), sistem S-400 telah dikerahkan ke wilayah Donbas untuk mencegat roket HIMARS yang dioperasikan militer Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris baru-baru ini mengklaim bahwa para pemimpin Rusia menunjukkan kekhawatiran tentang kerentanan berkelanjutan dari sistem pertahanan udara mereka terhadap serangan drone.
Dalam pembaruan intelijen pada 15 Mei, kementerian itu mengungkapkan penilaiannya atas serangan pesawat tak berawak pada 3 Mei di Pangkalan Udara Seshcha, Rusia, sekitar 93 mil di utara perbatasan Ukraina.
Kementerian itu mengatakan bahwa beberapa kendaraan udara tak berawak (UAV) terlibat dalam serangan itu. Namun, militer Ukraina tidak mengonfirmasi keikutsertaannya dalam serangan semacam itu di tanah Rusia.
Kremlin telah melontarkan tuduhan terhadap Ukraina, menganggap mereka bertanggung jawab atas serangan sebelumnya di wilayah Rusia. Salah satu tuduhan yang menonjol adalah dugaan upaya pembunuhan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin yang melibatkan serangan pesawat tak berawak yang gagal awal bulan ini.