4 Fakta tentang Captagon, Salah Satunya Obat Takut Mati bagi Para Milisi
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Captagon menjadi perhatian dalam diskusi diplomasi di antara negara Arab, setelah normalisasi hubungan dengan Suriah. Captagon bukan hanya sekadar obat amfetamin semata, tetapi menjadi alat diplomasi untuk keanggotaan Suriah di Liga Arab.
Suriah menawarkan kepada negara Arab lainnya, jika ingin memerangi perdagangan obat penenang itu, maka mau tak mau harus membuka diri dengan Suriah. Pada 1 Mei 2023, Damaskus sepakat bekerja sama dengan Yordania untuk mengidentifikasi produksi Captagon dan penyelundupannya. Sepekan kemudian, penyelundup terkemuka asal Suriah dan keluarganya tewas dalam sebuah serangan udara di Suriah.
Berikut 4 fakta mengenai Captagon.
1. Obat Gangguan Perhatian
MelansirReuters, Captagon merupakan brand obat psikoaktif yang diproduksi pada 1960 pada perusahaan Jerman, Degussa Pharma Gruppe. Itu digunakan untuk perawatan gangguan defisit perhatian, dan stimulan sistem gugup. Captagon dikategorikan sebagai amfetamin karena mengandung fenetylline.
Pada 1986, fenetylline digolongkan pada psikotropika. Sebagian besar negara tidak lagi memproduksi Captagon. Dewan Pengendali Narkotika Internasional menyatakan tidak ada negara yang memproduksi fenetylline sejak 2009.
Meskipun secara resmi produksi Captagon terhenti, sisa obat itu diselundupkan ke Eropa timur, khususnya Bulgaria, hingga Timur Tengah.
Obat itu diproduksi pada 1990-an hingga 2000-an di Bulgaria. Obat itu diselundupkan ke negara Balkan dan jaringan kriminal Turki ke semenanjung Arab.
2.Diproduksi Massal di Suriah
Foto/Reuters
Pada 2011, ketika Suriah terjebak dalam perang sipil dan terisolasi, negara tersebut jatuh ke jurang krisis ekonomi. Damaskus menolak terlibat dalam perdagangan Captagon. Tapi, para pengamat mengatakan, pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad mendapatkan miliaran dolar atas keuntungan perdagangan tersebut.
Laporan New Lines Institute menyebutkan pemerintahan Suriah menggunakan aliansinya dan kelompok bersenjata untuk mendukung produksi dan perdagangan Captagon. Obat asal Suriah itu membanjiri negara-negara Arab lainnya.
Sejak tahun lalu, negara Arab mulai menggelar operasi besar-besaran untuk menghentikan perdagangan obat tersebut. Pada Februari 2022, tentara Yordania membunuh 30 penyelundup. Mereka mengungkap penyelundupan 16 juta pil Captagon dari Suriah.
Salah satu yang dibunuh tentara Yordania adalah Marai al-Ramthan, penyelundup narkoba terkenal di Suriah. “Al-Ramnthan dianggap penyelundup terkenal di Timur Tengah, termasuk Captagon,” demikian keterangan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Pada Agustus 2022, Saudi menyita 46 juta pil amfetamin yang diselundupkan di dalam tepung. Seorang pria ditangkap di bandara Abu Dhabi karena mencoba menyelundupkan 4,5 juta Captagon di dalam kaleng kacang hijau pada Februari 2023.
3. Nilai Perdagangan 3 Kali Lipat Dibandingkan Kartel Meksiko
Bukan hanya negara di Timur Tengah yang khawatir, berbagai negara juga mengkhawatirkan produksi massal Captagon di Suriah.
Inggris menyatakan, 80% produksi Captagon berasal dari Suriah dan itu menjadi sumber keuangan bagi rezim Assad. Nilai perdagangan Captagon mencapai tiga kali lipat dibandingkan kartel narkoba Meksiko. Inggris menyatakan bahwa Suriah didukung Hezbollah dan Iran ingin menciptakan krisis kecanduan Captagon.
4. Obat untuk Tak Takut Mati
Foto/Reuters
The Washington Post menyebut Captagon sebagai pil kecil yang menyebabkan perang di Suriah dan menyebabkan para milisi menjadi tentara super. Captagon sebenarnya tak bisa membuat manusia menjadi Hulk, tetapi itu bisa mampu memperkuat kemampuan seseorang melakukan hal buruk.
Para milisi ISIS dan Suriah menggunakan obat tersebut ketika berperang. Itu diyakini bisa mengurangi rasa takut mati.
Namun, Hamilton Marris, peneliti kimia yang Captagon, mengungkapkan obat itu bukan amfetamin yang luar biasa. "Cuma laporan media yang membesar-besarkan saja dan menjadi terkenal di banyak tempat," katanya dilansir Vox.
Morris mengaku tak habis pikir kenapa Captagon bisa menjadi obat yang mampu meningkatkan kebrutalan para milisi Suriah dan ISIS. Namun, obat yang mengandung amfetamin dulu digunakan tentara Nazi saat berperang.
Suriah menawarkan kepada negara Arab lainnya, jika ingin memerangi perdagangan obat penenang itu, maka mau tak mau harus membuka diri dengan Suriah. Pada 1 Mei 2023, Damaskus sepakat bekerja sama dengan Yordania untuk mengidentifikasi produksi Captagon dan penyelundupannya. Sepekan kemudian, penyelundup terkemuka asal Suriah dan keluarganya tewas dalam sebuah serangan udara di Suriah.
Berikut 4 fakta mengenai Captagon.
1. Obat Gangguan Perhatian
MelansirReuters, Captagon merupakan brand obat psikoaktif yang diproduksi pada 1960 pada perusahaan Jerman, Degussa Pharma Gruppe. Itu digunakan untuk perawatan gangguan defisit perhatian, dan stimulan sistem gugup. Captagon dikategorikan sebagai amfetamin karena mengandung fenetylline.
Pada 1986, fenetylline digolongkan pada psikotropika. Sebagian besar negara tidak lagi memproduksi Captagon. Dewan Pengendali Narkotika Internasional menyatakan tidak ada negara yang memproduksi fenetylline sejak 2009.
Meskipun secara resmi produksi Captagon terhenti, sisa obat itu diselundupkan ke Eropa timur, khususnya Bulgaria, hingga Timur Tengah.
Obat itu diproduksi pada 1990-an hingga 2000-an di Bulgaria. Obat itu diselundupkan ke negara Balkan dan jaringan kriminal Turki ke semenanjung Arab.
2.Diproduksi Massal di Suriah
Foto/Reuters
Pada 2011, ketika Suriah terjebak dalam perang sipil dan terisolasi, negara tersebut jatuh ke jurang krisis ekonomi. Damaskus menolak terlibat dalam perdagangan Captagon. Tapi, para pengamat mengatakan, pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad mendapatkan miliaran dolar atas keuntungan perdagangan tersebut.
Laporan New Lines Institute menyebutkan pemerintahan Suriah menggunakan aliansinya dan kelompok bersenjata untuk mendukung produksi dan perdagangan Captagon. Obat asal Suriah itu membanjiri negara-negara Arab lainnya.
Sejak tahun lalu, negara Arab mulai menggelar operasi besar-besaran untuk menghentikan perdagangan obat tersebut. Pada Februari 2022, tentara Yordania membunuh 30 penyelundup. Mereka mengungkap penyelundupan 16 juta pil Captagon dari Suriah.
Salah satu yang dibunuh tentara Yordania adalah Marai al-Ramthan, penyelundup narkoba terkenal di Suriah. “Al-Ramnthan dianggap penyelundup terkenal di Timur Tengah, termasuk Captagon,” demikian keterangan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Pada Agustus 2022, Saudi menyita 46 juta pil amfetamin yang diselundupkan di dalam tepung. Seorang pria ditangkap di bandara Abu Dhabi karena mencoba menyelundupkan 4,5 juta Captagon di dalam kaleng kacang hijau pada Februari 2023.
3. Nilai Perdagangan 3 Kali Lipat Dibandingkan Kartel Meksiko
Bukan hanya negara di Timur Tengah yang khawatir, berbagai negara juga mengkhawatirkan produksi massal Captagon di Suriah.
Inggris menyatakan, 80% produksi Captagon berasal dari Suriah dan itu menjadi sumber keuangan bagi rezim Assad. Nilai perdagangan Captagon mencapai tiga kali lipat dibandingkan kartel narkoba Meksiko. Inggris menyatakan bahwa Suriah didukung Hezbollah dan Iran ingin menciptakan krisis kecanduan Captagon.
4. Obat untuk Tak Takut Mati
Foto/Reuters
The Washington Post menyebut Captagon sebagai pil kecil yang menyebabkan perang di Suriah dan menyebabkan para milisi menjadi tentara super. Captagon sebenarnya tak bisa membuat manusia menjadi Hulk, tetapi itu bisa mampu memperkuat kemampuan seseorang melakukan hal buruk.
Para milisi ISIS dan Suriah menggunakan obat tersebut ketika berperang. Itu diyakini bisa mengurangi rasa takut mati.
Namun, Hamilton Marris, peneliti kimia yang Captagon, mengungkapkan obat itu bukan amfetamin yang luar biasa. "Cuma laporan media yang membesar-besarkan saja dan menjadi terkenal di banyak tempat," katanya dilansir Vox.
Morris mengaku tak habis pikir kenapa Captagon bisa menjadi obat yang mampu meningkatkan kebrutalan para milisi Suriah dan ISIS. Namun, obat yang mengandung amfetamin dulu digunakan tentara Nazi saat berperang.
(ahm)