6 Alasan Presiden Suriah Bashar al-Assad Memilih Diam saat Timur Tengah Bergejolak

Sabtu, 04 Mei 2024 - 17:55 WIB
loading...
6 Alasan Presiden Suriah...
Presiden Suriah Bashar al-Assad ditekan banyak pihak untuk diam dan tidak ikut berkonflik. Foto/AP
A A A
DAMASKUS - Perang Iran dan Israel berkecamuk saat Teheran mengirimkan 300 drone dan rudalnya ke wilayah Zionis. Perang Gaza juga masih terus berlanjut. Tapi, Presiden Suriah Bashar al-Assad justru lebih banyak berdiam diri dan jarang bersuara.

Walaupun Suriah menghindari keterlibatan dalam perang Gaza, kata para ahli, meskipun ada serangan terhadap gedung dekat konsulat Iran di Damaskus, yang disalahkan pada Israel, yang mengancam akan memicu kebakaran regional.

6 Alasan Presiden Suriah Bashar al-Assad Memilih Diam saat Timur Tengah Bergejolak

1. Mencoba Menjadi Penyeimbang

6 Alasan Presiden Suriah Bashar al-Assad Memilih Diam saat Timur Tengah Bergejolak

Foto/AP

Pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad berusaha untuk melakukan tindakan penyeimbang yang rumit antara Rusia dan Iran, yang telah menopang negara tersebut selama 13 tahun perang saudara dan membantunya merebut kembali wilayah yang hilang.

Suriah adalah bagian dari apa yang disebut Poros Perlawanan – sebuah aliansi kelompok yang didukung Iran yang telah melancarkan serangan terhadap Israel atau dugaan aset-asetnya sejak Oktober.

Namun sekutu utamanya lainnya, Rusia, mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel dan mendorong stabilitas di selatan Suriah, yang berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan.


2. Mendapatkan Ancaman dari Israel

6 Alasan Presiden Suriah Bashar al-Assad Memilih Diam saat Timur Tengah Bergejolak

Foto/AP

“Israel dengan jelas memperingatkan Assad bahwa jika Suriah digunakan untuk melawan mereka, mereka akan menghancurkan rezimnya,” kata seorang diplomat Barat yang tidak mau disebutkan namanya karena dia tidak diizinkan berbicara kepada media, dilansir Times of Israel.

Beberapa bulan terakhir telah terjadi serangkaian serangan terhadap sasaran-sasaran Iran di Suriah, yang secara luas disalahkan pada Israel, yang berpuncak pada serangan udara tanggal 1 April yang meratakan sebuah gedung di sebelah konsulat Teheran di Damaskus dan menewaskan tujuh komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, dua di antaranya adalah jenderal.

Serangan itu mendorong Iran untuk melancarkan serangan rudal dan drone langsung pertama kalinya terhadap Israel pada 13-14 April yang meningkatkan ketegangan regional.

Serangan tersebut juga mendorong Iran untuk mengurangi jejak militernya di seluruh Suriah selatan, terutama di wilayah yang berbatasan dengan Golan, kata sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah dan pemantau perang kepada AFP.

3. Ditekan Rusia dan Uni Emirat Arab untuk Menjauhi Konflik

“Rusia dan Uni Emirat Arab telah mendesak (Assad) untuk menjauhi konflik,” kata Andrew Tabler dari Washington Institute.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1287 seconds (0.1#10.140)