Non-Muslim Dilarang Kunjungi Masjid Al-Aqsa, Menteri Israel Ini Serbu Kota Tua Yerusalem
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Menteri Keamanan Nasional ekstremis Israel , Itamar Ben-Gvir, menyerbu Kota Tua di Yerusalem Timur yang diduduki pada hari Rabu waktu setempat. Aksi itu dilakukan tak lama setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk sementara menghentikan kunjungan non-Muslim ke kompleks Masjid al-Aqsa .
Outlet Arabi 21 melaporkan saat berada di Kota Tua, menteri sayap kanan Israel itu mengecam keputusan Netanyahu yang menghentikan kunjungan non-Muslim ke kompleks tersebut sampai bulan suci Ramadan berakhir pada 20 atau 21 April.
Kota Tua Yerusalem Timur adalah daerah yang didominasi Palestina yang diduduki oleh Israel pada tahun 1967 dan berisi kompleks Masjid al-Aqsa, situs tersuci ketiga Islam.
"Ketika terorisme menyerang kita, kita harus menyerang balik dengan kekuatan besar, tidak menyerah pada keinginannya," kata Ben-Gvir tentang pembatasan masuk ke kompleks tersebut seperti dikutip dari New Arab, Kamis (13/4/2023).
Penghentian kunjungan ke Masjid al-Aqsa menyusul meningkatnya agresi Israel terhadap warga Palestina sejak awal Ramadan, termasuk penyerbuan kompleks yang sangat kejam minggu lalu yang menyebabkan ratusan jemaah Muslim terluka atau ditangkap.
Dalam beberapa hari terakhir, ratusan ekstremis Israel menyerbu kompleks tersebut dan memprovokasi jamaah Muslim. Beberapa ekstremis ingin menghancurkan masjid dan membangun kuil Yahudi sebagai gantinya.
Pengaturan 'status quo' al-Aqsa yang telah lama berlaku, yang menurut Israel dipertahankan, memungkinkan non-Muslim untuk berkunjung tetapi tidak diperbolehkan berdoa di situs tersebut.
Namun, ekstremis Israel sering melakukan ritual keagamaan yang melanggar aturan tersebut.
Beberapa hari setelah Ben-Gvir menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional, dia juga memasuki kompleks secara paksa, membuat marah warga Palestina yang melihat tindakan tersebut sebagai aksi provokasi.
Ben-Gvir memiliki sejarah panjang penghasutan dan retorika kekerasan terhadap warga Palestina.
Dia dihukum pada tahun 2008 atas tuduhan rasisme karena mendukung organisasi teroris dan melambai-lambaikan tanda bertuliskan "Orang Arab keluar" serta memasang tanda di mobilnya yang bertuliskan "Entah kami atau mereka" dan "Ada solusinya - usir orang Arab musuh".
Dia juga menyerukan pembunuhan warga Palestina yang melempari tentara dengan batu dan mencabut kewarganegaraan Israel dari warga Palestina karena dianggap tidak setia kepada Israel.
Desember lalu, dia memuji seorang tentara Israel yang menembak mati seorang warga Palestina yang tidak bersenjata sebagai "pahlawan".
Sekitar 100 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan dan pemukim Israel sejauh ini pada tahun 2023.
Outlet Arabi 21 melaporkan saat berada di Kota Tua, menteri sayap kanan Israel itu mengecam keputusan Netanyahu yang menghentikan kunjungan non-Muslim ke kompleks tersebut sampai bulan suci Ramadan berakhir pada 20 atau 21 April.
Kota Tua Yerusalem Timur adalah daerah yang didominasi Palestina yang diduduki oleh Israel pada tahun 1967 dan berisi kompleks Masjid al-Aqsa, situs tersuci ketiga Islam.
"Ketika terorisme menyerang kita, kita harus menyerang balik dengan kekuatan besar, tidak menyerah pada keinginannya," kata Ben-Gvir tentang pembatasan masuk ke kompleks tersebut seperti dikutip dari New Arab, Kamis (13/4/2023).
Penghentian kunjungan ke Masjid al-Aqsa menyusul meningkatnya agresi Israel terhadap warga Palestina sejak awal Ramadan, termasuk penyerbuan kompleks yang sangat kejam minggu lalu yang menyebabkan ratusan jemaah Muslim terluka atau ditangkap.
Dalam beberapa hari terakhir, ratusan ekstremis Israel menyerbu kompleks tersebut dan memprovokasi jamaah Muslim. Beberapa ekstremis ingin menghancurkan masjid dan membangun kuil Yahudi sebagai gantinya.
Pengaturan 'status quo' al-Aqsa yang telah lama berlaku, yang menurut Israel dipertahankan, memungkinkan non-Muslim untuk berkunjung tetapi tidak diperbolehkan berdoa di situs tersebut.
Namun, ekstremis Israel sering melakukan ritual keagamaan yang melanggar aturan tersebut.
Beberapa hari setelah Ben-Gvir menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional, dia juga memasuki kompleks secara paksa, membuat marah warga Palestina yang melihat tindakan tersebut sebagai aksi provokasi.
Ben-Gvir memiliki sejarah panjang penghasutan dan retorika kekerasan terhadap warga Palestina.
Dia dihukum pada tahun 2008 atas tuduhan rasisme karena mendukung organisasi teroris dan melambai-lambaikan tanda bertuliskan "Orang Arab keluar" serta memasang tanda di mobilnya yang bertuliskan "Entah kami atau mereka" dan "Ada solusinya - usir orang Arab musuh".
Dia juga menyerukan pembunuhan warga Palestina yang melempari tentara dengan batu dan mencabut kewarganegaraan Israel dari warga Palestina karena dianggap tidak setia kepada Israel.
Desember lalu, dia memuji seorang tentara Israel yang menembak mati seorang warga Palestina yang tidak bersenjata sebagai "pahlawan".
Sekitar 100 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan dan pemukim Israel sejauh ini pada tahun 2023.
(ian)