Kapal Pesiar Angkut Bom untuk Ledakkan Pipa Nord Stream
loading...
A
A
A
BERLIN - Pihak berwenang Jerman menggeledah satu kapal pada Januari yang mereka curigai mengangkut bahan peledak sebelum pengeboman pipa Nord Stream pada September tahun lalu.
Kantor Kejaksaan Jerman mengungkapkan laporan itu pada Rabu (8/3/2023). Seorang juru bicara Kantor Kejaksaan Federal mengkonfirmasi penggeledahan telah dilakukan awal tahun ini.
Dia menambahkan, pihak berwenang masih mengevaluasi barang-barang yang disita. “Identitas orang-orang yang diduga terkait dengan penyewaan kapal, serta motif potensial mereka, masih belum jelas,” ungkap pejabat tersebut, seperti dikutip media Jerman.
Pada Selasa, penyiar negara Jerman ARD, radio SWR dan surat kabar Die Zeit mengklaim penyelidik yang menyelidiki insiden tersebut telah menemukan kapal pesiar yang dilaporkan digunakan dalam serangan itu milik perusahaan Polandia yang "tampaknya dimiliki dua orang Ukraina."
Menurut Die Zeit, satu “operasi rahasia” untuk menghancurkan jaringan pipa dilakukan tim yang terdiri dari enam orang yakni lima pria dan satu wanita.
“Kebangsaan mereka tidak diketahui,” papar surat kabar itu, karena mereka menggunakan paspor palsu untuk menyewa kapal.
Publikasi tersebut juga menyatakan pihak berwenang telah meninjau informasi yang mungkin menunjukkan "kelompok pro-Ukraina" bertanggung jawab.
“Kapal itu berlayar dari Rostock di Jerman pada 6 September 2022,” ungkap Die Zeit, menjelang pengeboman yang merusak jaringan pipa pada 26 September.
Sabotase itu mensterilkan pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang mengangkut gas alam Rusia ke Eropa melalui Jerman.
Ini mengikuti laporan Selasa di New York Times yang mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, mengklaim intelijen baru yang tidak ditentukan juga menunjuk ke kelompok "pro-Ukraina".
Laporan itu menambahkan tidak ada bukti operasi tersebut dilakukan dengan pengawasan dari otoritas Kiev.
Sebelumnya, laporan terperinci oleh jurnalis pemenang Hadiah Pulitzer Seymour Hersh mengklaim Washington terkait dengan ledakan tersebut. Tokoh-tokoh dalam pemerintahan Biden telah membantah tuduhan tersebut.
Berbicara pada Rabu, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius memperingatkan agar tidak terburu-buru menghakimi di tengah laporan baru tentang asal-usul sabotase.
“Ini mungkin juga merupakan operasi bendera palsu yang dilakukan untuk menyalahkan Ukraina, satu opsi yang diangkat dalam laporan media juga,” ujar dia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menyebut laporan media Barat dirancang untuk menjadi tabir asap. “Jelas, mereka yang mendalangi serangan (Nord Stream) ingin mengalihkan perhatian. Jelas, ini adalah kampanye hoax media yang terkoordinasi,” tegas dia kepada RIA Novosti.
Peskov juga memperbarui seruan Rusia untuk penyelidikan yang kuat dan transparan atas pengeboman tersebut.
Kantor Kejaksaan Jerman mengungkapkan laporan itu pada Rabu (8/3/2023). Seorang juru bicara Kantor Kejaksaan Federal mengkonfirmasi penggeledahan telah dilakukan awal tahun ini.
Dia menambahkan, pihak berwenang masih mengevaluasi barang-barang yang disita. “Identitas orang-orang yang diduga terkait dengan penyewaan kapal, serta motif potensial mereka, masih belum jelas,” ungkap pejabat tersebut, seperti dikutip media Jerman.
Pada Selasa, penyiar negara Jerman ARD, radio SWR dan surat kabar Die Zeit mengklaim penyelidik yang menyelidiki insiden tersebut telah menemukan kapal pesiar yang dilaporkan digunakan dalam serangan itu milik perusahaan Polandia yang "tampaknya dimiliki dua orang Ukraina."
Menurut Die Zeit, satu “operasi rahasia” untuk menghancurkan jaringan pipa dilakukan tim yang terdiri dari enam orang yakni lima pria dan satu wanita.
“Kebangsaan mereka tidak diketahui,” papar surat kabar itu, karena mereka menggunakan paspor palsu untuk menyewa kapal.
Publikasi tersebut juga menyatakan pihak berwenang telah meninjau informasi yang mungkin menunjukkan "kelompok pro-Ukraina" bertanggung jawab.
“Kapal itu berlayar dari Rostock di Jerman pada 6 September 2022,” ungkap Die Zeit, menjelang pengeboman yang merusak jaringan pipa pada 26 September.
Sabotase itu mensterilkan pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang mengangkut gas alam Rusia ke Eropa melalui Jerman.
Ini mengikuti laporan Selasa di New York Times yang mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, mengklaim intelijen baru yang tidak ditentukan juga menunjuk ke kelompok "pro-Ukraina".
Laporan itu menambahkan tidak ada bukti operasi tersebut dilakukan dengan pengawasan dari otoritas Kiev.
Sebelumnya, laporan terperinci oleh jurnalis pemenang Hadiah Pulitzer Seymour Hersh mengklaim Washington terkait dengan ledakan tersebut. Tokoh-tokoh dalam pemerintahan Biden telah membantah tuduhan tersebut.
Berbicara pada Rabu, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius memperingatkan agar tidak terburu-buru menghakimi di tengah laporan baru tentang asal-usul sabotase.
“Ini mungkin juga merupakan operasi bendera palsu yang dilakukan untuk menyalahkan Ukraina, satu opsi yang diangkat dalam laporan media juga,” ujar dia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menyebut laporan media Barat dirancang untuk menjadi tabir asap. “Jelas, mereka yang mendalangi serangan (Nord Stream) ingin mengalihkan perhatian. Jelas, ini adalah kampanye hoax media yang terkoordinasi,” tegas dia kepada RIA Novosti.
Peskov juga memperbarui seruan Rusia untuk penyelidikan yang kuat dan transparan atas pengeboman tersebut.
(sya)