Ilmuwan Pastikan Vaksin Corona Mulai Tersedia pada September
Selasa, 14 April 2020 - 07:06 WIB
Pengujian vaksin juga dikembangkan Inovio Pharmaceuticals, sebagai bagian kerja sama global untuk menemukan perlindungan terhadap virus yang memicu krisis ekonomi dan memaksakan miliaran orang harus bertahan di rumah. Penelitian Inovio telah menguji dua dosis vaksin bernama INO-4800 terhadap 40 sukarelawan di laboratorium penelitian Kansas dan Universitas Pennsylvania. Mereka juga bekerja dengan peneliti China yang melakukan kajian sama.
Tahap awal penelitian itu menunjukkan vaksin tersebut cukup aman dan perlunya pengujian dalam jumlah besar. Tujuannya, menunjukkan bahwa vaksin tersebut memang melindungi dari serangan virus korona. “Hal baik adalah kita mendapatkan banyak kandidat vaksin,” kata Anthony Fauci, kepala bagian penyakit infeksi National Institutes of Health.
Sebagian besar vaksin yang dikembangkan memiliki target yang sama. Protein lonjakan yang mengikat permukaan virus dan membantunya menyerang sel manusia. Namun, banyak yang bekerja dengan cara yang sangat berbeda, sehingga penting untuk menguji opsi yang berbeda.
Peneliti Inovio mengemas kode genetik virus dalam DNA sintetis. Dengan menginjeksi sebagai vaksin, sel akan bekerja sebagai pabrik kecil untuk memproduksi salinan protein yang tidak berbahaya. Sistem imunitas memproduksi antibodi untuk melindungi dari serangan virus.
Vaksin DNA itu merupakan teknologi baru. Namun, Inovio mengembangkan vaksin eksperimental untuk melawan penyakit. “DNA sintesis dalam jumlah besar bisa melakukan penetrasi ke sel manusia dan sinyal membantu vaksin berpenetrasi dan bisa bekerja,” kata kepala pengembangan dan penelitian Inovio, Kate Broderick.
Kandidat vaksin NIH yang dikembangkan Moderna juga memiliki sistem kerja yang sama. Vaksin itu menggunakan kode genetik penyampai pesan RNA yang disuntikkan ke dekat tulang. Baik vaksin NIH maupun Inovio tidak dikembangkan dari virus yang sebenarnya sehingga tidak memiliki kesempatan terinfeksi dari vaksin. Selain itu, lebih cepat melakukan perlindungan dibandingkan suntikan vaksin tradisional.
Sebelumnya, Badan Sains Nasional Australia mengumumkan proses tahap pertama uji vaksin Covid-19. Langkah itu di tengah perlombaan banyak negara, institusi kesehatan, dan perusahaan farmasi menciptakan vaksin dan obat untuk menangkal pandemi korona. Uji praklinis itu dilaksanakan Organisasi Penelitian Industri dan Sains Persemakmuran (CSIRO) terhadap musang yang disuntiki dua vaksin.
Penelitian yang didanai National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) bersama dengan Kaiser Permanente Health Research Institute di Seattle menguji vaksin yang aman bagi manusia. Para partisipan menerima dua dosis vaksin dan dimonitor selama satu tahun.
Perusahaan farmasi AS Pfizer sudah menandatangani kerja sama dengan BioNTech di Jerman untuk mengembangkan vaksin virus corona. Dua perusahaan itu berkolaborasi bersama-sama untuk mendistribusikan vaksin di luar China. Mereka juga sudah menyepakati faktor finansial untuk pengembangan dan komersialisasi vaksin tersebut.
Berapa Harga Vaksin Virus Corona?
Tahap awal penelitian itu menunjukkan vaksin tersebut cukup aman dan perlunya pengujian dalam jumlah besar. Tujuannya, menunjukkan bahwa vaksin tersebut memang melindungi dari serangan virus korona. “Hal baik adalah kita mendapatkan banyak kandidat vaksin,” kata Anthony Fauci, kepala bagian penyakit infeksi National Institutes of Health.
Sebagian besar vaksin yang dikembangkan memiliki target yang sama. Protein lonjakan yang mengikat permukaan virus dan membantunya menyerang sel manusia. Namun, banyak yang bekerja dengan cara yang sangat berbeda, sehingga penting untuk menguji opsi yang berbeda.
Peneliti Inovio mengemas kode genetik virus dalam DNA sintetis. Dengan menginjeksi sebagai vaksin, sel akan bekerja sebagai pabrik kecil untuk memproduksi salinan protein yang tidak berbahaya. Sistem imunitas memproduksi antibodi untuk melindungi dari serangan virus.
Vaksin DNA itu merupakan teknologi baru. Namun, Inovio mengembangkan vaksin eksperimental untuk melawan penyakit. “DNA sintesis dalam jumlah besar bisa melakukan penetrasi ke sel manusia dan sinyal membantu vaksin berpenetrasi dan bisa bekerja,” kata kepala pengembangan dan penelitian Inovio, Kate Broderick.
Kandidat vaksin NIH yang dikembangkan Moderna juga memiliki sistem kerja yang sama. Vaksin itu menggunakan kode genetik penyampai pesan RNA yang disuntikkan ke dekat tulang. Baik vaksin NIH maupun Inovio tidak dikembangkan dari virus yang sebenarnya sehingga tidak memiliki kesempatan terinfeksi dari vaksin. Selain itu, lebih cepat melakukan perlindungan dibandingkan suntikan vaksin tradisional.
Sebelumnya, Badan Sains Nasional Australia mengumumkan proses tahap pertama uji vaksin Covid-19. Langkah itu di tengah perlombaan banyak negara, institusi kesehatan, dan perusahaan farmasi menciptakan vaksin dan obat untuk menangkal pandemi korona. Uji praklinis itu dilaksanakan Organisasi Penelitian Industri dan Sains Persemakmuran (CSIRO) terhadap musang yang disuntiki dua vaksin.
Penelitian yang didanai National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) bersama dengan Kaiser Permanente Health Research Institute di Seattle menguji vaksin yang aman bagi manusia. Para partisipan menerima dua dosis vaksin dan dimonitor selama satu tahun.
Perusahaan farmasi AS Pfizer sudah menandatangani kerja sama dengan BioNTech di Jerman untuk mengembangkan vaksin virus corona. Dua perusahaan itu berkolaborasi bersama-sama untuk mendistribusikan vaksin di luar China. Mereka juga sudah menyepakati faktor finansial untuk pengembangan dan komersialisasi vaksin tersebut.
Berapa Harga Vaksin Virus Corona?
tulis komentar anda