Gara-gara Masker, Tiga Tewas saat Bentrok dengan Polisi Kenya
Sabtu, 27 Juni 2020 - 00:02 WIB
Owino menuduh para pengendara ojek mencoba "mengambil" senapan dari petugas yang menangkap, yang berujung pada insiden penembakan.
Inspektur Jenderal Polisi Hillary Mutyambai mengatakan kepada AP bahwa petugas polisi yang menembak tukang sepatu telah diskors dari pekerjaan dan ditangkap.
Kepolisian Kenya selama dua dekade telah menduduki peringkat institusi paling korup di negara itu. Lembaga itu juga yang paling mematikan di Kenya, menewaskan lebih banyak orang daripada yang dilakukan penjahat, menurut kelompok hak asasi manusia.
Aktivis hak asasi manusia selama berminggu-minggu telah memprotes dugaan pembunuhan oleh petugas kepolisian Kenya saat menegakkan pembatasan sosial terkait pencegahan virus Corona. Mereka juga menuduh petugas melakukan tindakan kekerasan untuk memeras.
Dalam tiga bulan terakhir 15 orang, termasuk seorang bocah lelaki berusia 13 tahun, telah dibunuh oleh polisi ketika menegakkan pembatasan baru, kata sebuah kelompok pengawas. Aktivis hak asasi manusia sekarang menempatkan angka 21.
Para aktivis mengatakan belum ada gelombang dukungan publik yang luas untuk perubahan di Kenya, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Afrika, bahkan ketika aksi protes telah meletus di banyak bagian dunia atas penyalahgunaan kewenangan oleh polisi.
Tetapi aktivis HAM Al-Amin Kimathi mengatakan bahwa meskipun kehilangan nyawa, hal iitu mendorong publik tidak lagi bersikap tenang.
"Sangat menggembirakan bahwa kali ini, setelah polisi membunuh orang pertama, orang-orang tidak duduk tetapi pergi untuk polisi sebagai aksi protes," ia mentweet.
"Perlu diperhatikan bahwa lain waktu tidak akan menjadi sikap pasrah yang biasa," tukasnya.
Inspektur Jenderal Polisi Hillary Mutyambai mengatakan kepada AP bahwa petugas polisi yang menembak tukang sepatu telah diskors dari pekerjaan dan ditangkap.
Kepolisian Kenya selama dua dekade telah menduduki peringkat institusi paling korup di negara itu. Lembaga itu juga yang paling mematikan di Kenya, menewaskan lebih banyak orang daripada yang dilakukan penjahat, menurut kelompok hak asasi manusia.
Aktivis hak asasi manusia selama berminggu-minggu telah memprotes dugaan pembunuhan oleh petugas kepolisian Kenya saat menegakkan pembatasan sosial terkait pencegahan virus Corona. Mereka juga menuduh petugas melakukan tindakan kekerasan untuk memeras.
Dalam tiga bulan terakhir 15 orang, termasuk seorang bocah lelaki berusia 13 tahun, telah dibunuh oleh polisi ketika menegakkan pembatasan baru, kata sebuah kelompok pengawas. Aktivis hak asasi manusia sekarang menempatkan angka 21.
Para aktivis mengatakan belum ada gelombang dukungan publik yang luas untuk perubahan di Kenya, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Afrika, bahkan ketika aksi protes telah meletus di banyak bagian dunia atas penyalahgunaan kewenangan oleh polisi.
Tetapi aktivis HAM Al-Amin Kimathi mengatakan bahwa meskipun kehilangan nyawa, hal iitu mendorong publik tidak lagi bersikap tenang.
"Sangat menggembirakan bahwa kali ini, setelah polisi membunuh orang pertama, orang-orang tidak duduk tetapi pergi untuk polisi sebagai aksi protes," ia mentweet.
"Perlu diperhatikan bahwa lain waktu tidak akan menjadi sikap pasrah yang biasa," tukasnya.
(ber)
tulis komentar anda