COVID-19 Merebak, Korut Sebut Gara-gara Warganya Sentuh Benda Asing
Jum'at, 01 Juli 2022 - 09:25 WIB
Kementerian itu mengkritik tawaran bantuan kemanusiaan AS tidak tulus di tengah latihan militer baru-baru ini dan langkah untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi. Kementerian itu menambahkan bahwa AS, yang gagal dalam krisis COVID-19-nya sendiri, harus membatalkan tawaran "bodohnya" dan mengurus situasinya sendiri di dalam negeri.
Washington dan Seoul telah menawarkan untuk memberikan dukungan kemanusiaan, seperti vaksin COVID-19 dan pasokan medis, ke Korut setelah wabah COVID-19 pertamanya sejak akhir April, tetapi tidak mendapat tanggapan dari Pyongyang.
Korea Utara telah memerangi wabah pertama infeksi COVID-19, menyatakan keadaan darurat pada Mei setelah bertahun-tahun memberlakukan pembatasan ketat untuk mencegah virus memasuki negara itu.
Pada Juli 2020, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian selama tiga minggu di kota Kaesong, dekat perbatasan antar-Korea, setelah seorang pria yang membelot ke Korsel pada 2017 kembali ke kota tersebut dengan menunjukkan gejala COVID-19.
Korea Utara telah mengklaim gelombang COVID-19 telah menunjukkan tanda-tanda mereda, meskipun para ahli menduga pelaporan yang kurang dalam angka-angka yang dirilis melalui media yang dikendalikan pemerintah.
Korea Utara melaporkan 4.570 lebih banyak orang dengan gejala demam pada hari Jumat, dengan jumlah total pasien demam yang tercatat sejak akhir April mencapai 4,74 juta.
Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien demam tanpa menyebut mereka sebagai pasien COVID-19, tampaknya karena kurangnya alat tes.
Washington dan Seoul telah menawarkan untuk memberikan dukungan kemanusiaan, seperti vaksin COVID-19 dan pasokan medis, ke Korut setelah wabah COVID-19 pertamanya sejak akhir April, tetapi tidak mendapat tanggapan dari Pyongyang.
Korea Utara telah memerangi wabah pertama infeksi COVID-19, menyatakan keadaan darurat pada Mei setelah bertahun-tahun memberlakukan pembatasan ketat untuk mencegah virus memasuki negara itu.
Pada Juli 2020, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian selama tiga minggu di kota Kaesong, dekat perbatasan antar-Korea, setelah seorang pria yang membelot ke Korsel pada 2017 kembali ke kota tersebut dengan menunjukkan gejala COVID-19.
Korea Utara telah mengklaim gelombang COVID-19 telah menunjukkan tanda-tanda mereda, meskipun para ahli menduga pelaporan yang kurang dalam angka-angka yang dirilis melalui media yang dikendalikan pemerintah.
Korea Utara melaporkan 4.570 lebih banyak orang dengan gejala demam pada hari Jumat, dengan jumlah total pasien demam yang tercatat sejak akhir April mencapai 4,74 juta.
Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien demam tanpa menyebut mereka sebagai pasien COVID-19, tampaknya karena kurangnya alat tes.
tulis komentar anda