3 Negara yang Melakukan Pemberontakan di Era Turki Utsmani
Sabtu, 25 Juni 2022 - 16:35 WIB
Perlawanan ini mencapai sukses pada 13 Januari 1822. Namun gabungan kekuatan Mesir dan Turki berhasil menaklukkan Missolonghi pada 1826,Athena pada 1827, dan wilayah Morea. Perang Dunia I yang terjadi, ditambah dengan serangan dari pihak Rusia membuat Turki Utsmani semakin melemah.
Hal ini dimanfaatkan Yunani untuk menandatangani Perjanjian Adrianople pada 1829, yang mengakui pemerintahan Yunani, dan Perjanjian London pada 1832 untuk memastikan kemerdekaan Yunani setelah 376 tahun dikuasai Turki.
2. Arab Saudi
Pemberontakan Arab Saudi atau yang lebih dikenal Arab Revolt ini dilandasi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah munculnya paham nasionalisme etnis di kedua belah pihak.
Sharif Hussein bin Ali sebagai pemimpin klan Bani Hasyim adalah tokoh yang menentang pemerintahan Utsmani. Ditambah dengan maraknya kemiskinan dan konflik antar etnis membuat Arab Saudi mulai enggan duduk manis dalam genggaman Turki Utsmani.
Munculnya gerakan Arab revolt ini bersamaan ketika Perang Dunia I berlangsung. Inggris sebagai kekuatan imperial mulai memberi dukungan pada pihak Sharifian pada tahun 1914.
Inggris menjanjikan kemerdekaan pada Sharif dari kekuasaan Utsmani. Hubungan antar kedua belah pihak mulai intensif pada tahun 1915, hingga Inggris sempat memberikan bantuan finansial dan persenjataan pada tahun 1916.
Turki Utsmani yang mengikuti Perang Dunia I ini dimanfaatkan pasukan Sharif Hussein untuk bergerak melakukan pemberontakan pada tahun 1916. Pemberontakan ini berlangsung pada 5 Juni 1916 di kota Madinah dan terus berlanjut di kota Mekkah pada 10 Juni 1916.
Selama peperangan ini Arab mendapatkan bantuan dari Inggris yang mengirimkan pasukan Mesir. Perjuangan ini membuahkan hasil pada 9 Juli 1916, dimana kota Mekah dapat dikuasai Arab. Selanjutnya Arab kembali mendapat bantuan Inggris untuk mendapatkan kota-kota lain seperti Jeddah, Yanbu, Rabigh, Ta'if dan al-Qunfundhah.
Hal ini dimanfaatkan Yunani untuk menandatangani Perjanjian Adrianople pada 1829, yang mengakui pemerintahan Yunani, dan Perjanjian London pada 1832 untuk memastikan kemerdekaan Yunani setelah 376 tahun dikuasai Turki.
2. Arab Saudi
Pemberontakan Arab Saudi atau yang lebih dikenal Arab Revolt ini dilandasi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah munculnya paham nasionalisme etnis di kedua belah pihak.
Sharif Hussein bin Ali sebagai pemimpin klan Bani Hasyim adalah tokoh yang menentang pemerintahan Utsmani. Ditambah dengan maraknya kemiskinan dan konflik antar etnis membuat Arab Saudi mulai enggan duduk manis dalam genggaman Turki Utsmani.
Munculnya gerakan Arab revolt ini bersamaan ketika Perang Dunia I berlangsung. Inggris sebagai kekuatan imperial mulai memberi dukungan pada pihak Sharifian pada tahun 1914.
Inggris menjanjikan kemerdekaan pada Sharif dari kekuasaan Utsmani. Hubungan antar kedua belah pihak mulai intensif pada tahun 1915, hingga Inggris sempat memberikan bantuan finansial dan persenjataan pada tahun 1916.
Turki Utsmani yang mengikuti Perang Dunia I ini dimanfaatkan pasukan Sharif Hussein untuk bergerak melakukan pemberontakan pada tahun 1916. Pemberontakan ini berlangsung pada 5 Juni 1916 di kota Madinah dan terus berlanjut di kota Mekkah pada 10 Juni 1916.
Selama peperangan ini Arab mendapatkan bantuan dari Inggris yang mengirimkan pasukan Mesir. Perjuangan ini membuahkan hasil pada 9 Juli 1916, dimana kota Mekah dapat dikuasai Arab. Selanjutnya Arab kembali mendapat bantuan Inggris untuk mendapatkan kota-kota lain seperti Jeddah, Yanbu, Rabigh, Ta'if dan al-Qunfundhah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda