China Tak Percaya Jatuhkan Sanksi ke Rusia Bisa Bantu Selesaikan Konflik

Selasa, 14 Juni 2022 - 00:30 WIB
China Tak Percaya Jatuhkan Sanksi ke Rusia Bisa Bantu Selesaikan Konflik. FOTO/TASS
BEIJING - Pemerintah China tidak tertarik dengan konflik di Ukraina . Namun, Beijing juga tak percaya bahwa sanksi dapat membantu menyelesaikan krisis.

Pendapat itu disampaikan Penasihat Negara dan Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe pada forum keamanan Dialog Shangri-La di Singapura, Minggu (12/6/2022).



“Konflik atau perang adalah hal terakhir yang ingin dilihat China di Ukraina. Pada saat yang sama, kami tidak percaya bahwa tekanan atau sanksi maksimum dapat menyelesaikan masalah. Ini dapat menyebabkan lebih banyak ketegangan dan memperburuk masalah," kata pejabat itu dalam pidato yang disiarkan langsung di YouTube.



“Pemerintah China mendukung dialog antara Rusia dan Ukraina dan berharap bahwa Amerika Serikat (AS) dan NATO akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk gencatan senjata secepatnya,” kata Fenghe, Seperti dikutip dari kantor berita TASS.

Menurut Fenghe, China tidak pernah memberikan dukungan materi kepada Rusia di tengah krisis di Ukraina, Fenghe. "Sehubungan dengan krisis Ukraina: China tidak pernah memberikan dukungan material kepada Rusia," katanya.



Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari silam, banyak pihak yang mendesak China untuk ikut mengecam invasi Rusia tersebut dan turut menjatuhkan sanksi pada Moskow. Namun, Beijing bergeming dan tak pernah mengeluarkan kecaman atas serangan Rusia ke wilayah Ukraina.

Hubungan Beijing dan Moskow justru bertambah erat, dengan dibukanya jembatan yang menghubungkan kedua negara pekan lalu. Jembatan lintas batas baru dibuka di timur jauh pada Jumat (10/6/2022). Keberadaan jembatan ini diharapkan akan lebih meningkatkan perdagangan Rusia-China.

Jembatan yang menghubungkan kota Blagoveshchensk di Rusia ke kota Heihe di China di seberang sungai Amur - yang dikenal di China sebagai Heilongjiang - panjangnya hanya lebih dari 1 km dan menelan biaya 19 miliar rubel (USD342 juta), kantor berita RIA melaporkan.

Pihak berwenang Rusia mengatakan, jembatan itu akan mendekatkan Moskow dan Beijing dengan meningkatkan perdagangan, setelah mereka mengumumkan kemitraan "tanpa batas" pada Februari, tak lama sebelum Presiden Vladimir Putin mengirim pasukannya ke Ukraina.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More