Wisata Jadi Andalan Ekonomi, Dubai Siap Terima Turis Juli Mendatang

Selasa, 23 Juni 2020 - 10:08 WIB
Mesir juga berencana membuka kembali akses pariwisata pada 1 Juli setelah ditutup sejak 19 Maret. Dampaknya cukup besar. Pasalnya, sektor pariwisata menyumbangkan 9,3% dari PDB Mesir dan 9,7% dari ketenagakerjaan nasional pada 2019.

Pariwisata domestik juga sudah dibuka di beberapa kawasan dengan disertai peraturan yang ketat seperti pembatasan jumlah pengunjung yang dapat menginap di satu hotel. Saat ini, tingkat okupansi hotel yang boleh disewa dinaikkan dari 25% menjadi 50%.

Sebanyak 232 hotel di 13 provinsi telah mendapat izin dari pemerintah untuk kembali beroperasi dan menerima penyewa, baik turis lokal maupun asing. Kepala Asosiasi Agen Travel Mesir, Hossam Al Shaer, menyambut baik kebijakan tersebut. (Baca juga: Ini Tiga Alasan Kenapa RUU HIP Perlu Dibatalkan)

"Saya yakin efisiensi implementasi regulasi baru akan meyakinkan turis untuk datang kembali ke Mesir," kata Shaer. Senada dengan Shaer, Presiden Asosiasi Agen Travel Mesir, Ali El Manasterly, mengatakan tingkat okupansinya juga akan naik mencapai 100% pada Agustus.

Demi menarik wisatawan tanpa membahayakan kesehatan masyarakat, pemerintah Mesir mengambil pendekatan kawasan. Jadi, kawasan berisiko tinggi seperti Kairo dan Qalyubia akan tetap ditutup, sedangkan kawasan tepi pantai akan dibuka terlebih dahulu.

Pengunjung dari negara terdampak harus menyertakan surat keterangan bebas Covid-19. Jika lolos, mereka dapat mengunjungi destinasi bersejarah, seperti Piramida Giza. Namun, jumlah pengunjung dibatasi, yakni 25 orang per kunjungan. (Lihat videonya: Mengejutkan! Pulau Malambar di Mamuju Dijual Rp2 Miliar)

Untuk memulihkan pariwisata, pemerintah Mesir juga memberikan insentif menarik bagi para pelaku bisnis dan wisatawan. Pengunjung tidak memerlukan visa pariwisata, tiket museum dan situs bersejarah didiskon 20%, bahan bakar pesawat didiskon 10 sen per galon, biaya pendaratan dan boarding didiskon 50%, dan biaya layanan grounding didiskon 20%.

Sejauh ini, para pegiat bisnis yang berkaitan dengan pariwisata telah tercekik kerugian. EgypAir misalnya, yang menelan kerugian hingga USD185,6 juta per bulan. Kapasitas operasinya juga tidak akan maksimal selama masa transisi, kemungkinan baru dapat mencapai 50% pada akhir tahun. (Muh Shamil)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More