Wisata Jadi Andalan Ekonomi, Dubai Siap Terima Turis Juli Mendatang
Selasa, 23 Juni 2020 - 10:08 WIB
DUBAI - Kota Dubai, Uni Emirates Arab (UEA) , menyatakan siap menerima turis asing pada 7 Juli mendatang, sedangkan pemegang visa kependudukan dapat masuk pekan ini. Kebijakan itu dikeluarkan mengingat sektor pariwisata merupakan tulang punggung perekonomian Dubai.
Pengunjung yang hendak memasuki Dubai diwajibkan melalui pemeriksaan kesehatan di Bandara Dubai jika tidak membawa surat keterangan bebas Covid-19 dari lembaga kesehatan. Warga Dubai yang hendak pergi ke luar negeri juga diminta mematuhi peraturan di negara tujuan setelah pintu keberangkatan dibuka hari ini.
"Pembukaan penerbangan ini dapat memberikan ruang kepada mereka yang sempat tertahan untuk pergi ke Dubai," ungkap pemerintah Dubai, dikutip Reuters. "Kebijakan ini dikeluarkan berdasarkan pertimbangan yang matang," tambah pemerintah Dubai.
UEA telah memberlalukan lockdown lebih dari dua bulan untuk memutus mata rantai virus corona (Covid-19). Seluruh penerbangan ke luar negeri dibatalkan dan warga asing dilarang masuk, kecuali mereka yang memegang kependudukan UEA dan mendapatkan izin dari pemerintah pusat.
Belakangan ini, peraturan lockdown mulai diperlonggar. Pusat perbelanjaan sudah diperbolehkan beroperasi kembali. Begitupun dengan toko-toko di pinggir jalan. Pemerintah UEA juga mengizinkan masyarakatnya untuk pergi ke negara dengan risiko rendah Covid-19.
Pemerintah Arab Saudi juga mulai membenahi sektor pariwisata. Arab Saudi bahkan berencana menggelontorkan dana hingga USD4 miliar untuk membantu membangkitkan industri tersebut yang lumpuh akibat lockdown. (Baca: Ingin Caplok Tepi Barat, UEA Peringatkan Israel)
Kepala Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Arab Saudi, Ahmed Al-Khateeb, berharap rencana ini akan memberikan perbedaan. "Pengucuran dana ini diharapkan dapat memperbaiki outlook pariwisata Arab Saudi dalam jangka panjang," kata Khateeb.
Pariwisata diupayakan sebagai salah satu sumber penghasilan baru Arab Saudi sebelum melepaskan diri dari ketergantungan terhadap minyak. Tahun lalu, Arab Saudi membuka diri kepada turis asing dan mengajak investor asing untuk menanamkan modal di tanah Arab.
Pemerintah Arab Saudi mengestimasikan sektor pariwisata dapat menyumbangkan hingga 10% dalam produk domestik bruto (PDB) negara pada 2030. Para ahli menilai, harapan itu tidak mustahil. Namun, saat ini, Arab Saudi terdampak cukup keras, baik oleh Covid-19 maupun revenue minyak yang anjlok.
Mesir juga berencana membuka kembali akses pariwisata pada 1 Juli setelah ditutup sejak 19 Maret. Dampaknya cukup besar. Pasalnya, sektor pariwisata menyumbangkan 9,3% dari PDB Mesir dan 9,7% dari ketenagakerjaan nasional pada 2019.
Pariwisata domestik juga sudah dibuka di beberapa kawasan dengan disertai peraturan yang ketat seperti pembatasan jumlah pengunjung yang dapat menginap di satu hotel. Saat ini, tingkat okupansi hotel yang boleh disewa dinaikkan dari 25% menjadi 50%.
Sebanyak 232 hotel di 13 provinsi telah mendapat izin dari pemerintah untuk kembali beroperasi dan menerima penyewa, baik turis lokal maupun asing. Kepala Asosiasi Agen Travel Mesir, Hossam Al Shaer, menyambut baik kebijakan tersebut. (Baca juga: Ini Tiga Alasan Kenapa RUU HIP Perlu Dibatalkan)
"Saya yakin efisiensi implementasi regulasi baru akan meyakinkan turis untuk datang kembali ke Mesir," kata Shaer. Senada dengan Shaer, Presiden Asosiasi Agen Travel Mesir, Ali El Manasterly, mengatakan tingkat okupansinya juga akan naik mencapai 100% pada Agustus.
Demi menarik wisatawan tanpa membahayakan kesehatan masyarakat, pemerintah Mesir mengambil pendekatan kawasan. Jadi, kawasan berisiko tinggi seperti Kairo dan Qalyubia akan tetap ditutup, sedangkan kawasan tepi pantai akan dibuka terlebih dahulu.
Pengunjung dari negara terdampak harus menyertakan surat keterangan bebas Covid-19. Jika lolos, mereka dapat mengunjungi destinasi bersejarah, seperti Piramida Giza. Namun, jumlah pengunjung dibatasi, yakni 25 orang per kunjungan. (Lihat videonya: Mengejutkan! Pulau Malambar di Mamuju Dijual Rp2 Miliar)
Untuk memulihkan pariwisata, pemerintah Mesir juga memberikan insentif menarik bagi para pelaku bisnis dan wisatawan. Pengunjung tidak memerlukan visa pariwisata, tiket museum dan situs bersejarah didiskon 20%, bahan bakar pesawat didiskon 10 sen per galon, biaya pendaratan dan boarding didiskon 50%, dan biaya layanan grounding didiskon 20%.
Sejauh ini, para pegiat bisnis yang berkaitan dengan pariwisata telah tercekik kerugian. EgypAir misalnya, yang menelan kerugian hingga USD185,6 juta per bulan. Kapasitas operasinya juga tidak akan maksimal selama masa transisi, kemungkinan baru dapat mencapai 50% pada akhir tahun. (Muh Shamil)
Pengunjung yang hendak memasuki Dubai diwajibkan melalui pemeriksaan kesehatan di Bandara Dubai jika tidak membawa surat keterangan bebas Covid-19 dari lembaga kesehatan. Warga Dubai yang hendak pergi ke luar negeri juga diminta mematuhi peraturan di negara tujuan setelah pintu keberangkatan dibuka hari ini.
"Pembukaan penerbangan ini dapat memberikan ruang kepada mereka yang sempat tertahan untuk pergi ke Dubai," ungkap pemerintah Dubai, dikutip Reuters. "Kebijakan ini dikeluarkan berdasarkan pertimbangan yang matang," tambah pemerintah Dubai.
UEA telah memberlalukan lockdown lebih dari dua bulan untuk memutus mata rantai virus corona (Covid-19). Seluruh penerbangan ke luar negeri dibatalkan dan warga asing dilarang masuk, kecuali mereka yang memegang kependudukan UEA dan mendapatkan izin dari pemerintah pusat.
Belakangan ini, peraturan lockdown mulai diperlonggar. Pusat perbelanjaan sudah diperbolehkan beroperasi kembali. Begitupun dengan toko-toko di pinggir jalan. Pemerintah UEA juga mengizinkan masyarakatnya untuk pergi ke negara dengan risiko rendah Covid-19.
Pemerintah Arab Saudi juga mulai membenahi sektor pariwisata. Arab Saudi bahkan berencana menggelontorkan dana hingga USD4 miliar untuk membantu membangkitkan industri tersebut yang lumpuh akibat lockdown. (Baca: Ingin Caplok Tepi Barat, UEA Peringatkan Israel)
Kepala Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Arab Saudi, Ahmed Al-Khateeb, berharap rencana ini akan memberikan perbedaan. "Pengucuran dana ini diharapkan dapat memperbaiki outlook pariwisata Arab Saudi dalam jangka panjang," kata Khateeb.
Pariwisata diupayakan sebagai salah satu sumber penghasilan baru Arab Saudi sebelum melepaskan diri dari ketergantungan terhadap minyak. Tahun lalu, Arab Saudi membuka diri kepada turis asing dan mengajak investor asing untuk menanamkan modal di tanah Arab.
Pemerintah Arab Saudi mengestimasikan sektor pariwisata dapat menyumbangkan hingga 10% dalam produk domestik bruto (PDB) negara pada 2030. Para ahli menilai, harapan itu tidak mustahil. Namun, saat ini, Arab Saudi terdampak cukup keras, baik oleh Covid-19 maupun revenue minyak yang anjlok.
Mesir juga berencana membuka kembali akses pariwisata pada 1 Juli setelah ditutup sejak 19 Maret. Dampaknya cukup besar. Pasalnya, sektor pariwisata menyumbangkan 9,3% dari PDB Mesir dan 9,7% dari ketenagakerjaan nasional pada 2019.
Pariwisata domestik juga sudah dibuka di beberapa kawasan dengan disertai peraturan yang ketat seperti pembatasan jumlah pengunjung yang dapat menginap di satu hotel. Saat ini, tingkat okupansi hotel yang boleh disewa dinaikkan dari 25% menjadi 50%.
Sebanyak 232 hotel di 13 provinsi telah mendapat izin dari pemerintah untuk kembali beroperasi dan menerima penyewa, baik turis lokal maupun asing. Kepala Asosiasi Agen Travel Mesir, Hossam Al Shaer, menyambut baik kebijakan tersebut. (Baca juga: Ini Tiga Alasan Kenapa RUU HIP Perlu Dibatalkan)
"Saya yakin efisiensi implementasi regulasi baru akan meyakinkan turis untuk datang kembali ke Mesir," kata Shaer. Senada dengan Shaer, Presiden Asosiasi Agen Travel Mesir, Ali El Manasterly, mengatakan tingkat okupansinya juga akan naik mencapai 100% pada Agustus.
Demi menarik wisatawan tanpa membahayakan kesehatan masyarakat, pemerintah Mesir mengambil pendekatan kawasan. Jadi, kawasan berisiko tinggi seperti Kairo dan Qalyubia akan tetap ditutup, sedangkan kawasan tepi pantai akan dibuka terlebih dahulu.
Pengunjung dari negara terdampak harus menyertakan surat keterangan bebas Covid-19. Jika lolos, mereka dapat mengunjungi destinasi bersejarah, seperti Piramida Giza. Namun, jumlah pengunjung dibatasi, yakni 25 orang per kunjungan. (Lihat videonya: Mengejutkan! Pulau Malambar di Mamuju Dijual Rp2 Miliar)
Untuk memulihkan pariwisata, pemerintah Mesir juga memberikan insentif menarik bagi para pelaku bisnis dan wisatawan. Pengunjung tidak memerlukan visa pariwisata, tiket museum dan situs bersejarah didiskon 20%, bahan bakar pesawat didiskon 10 sen per galon, biaya pendaratan dan boarding didiskon 50%, dan biaya layanan grounding didiskon 20%.
Sejauh ini, para pegiat bisnis yang berkaitan dengan pariwisata telah tercekik kerugian. EgypAir misalnya, yang menelan kerugian hingga USD185,6 juta per bulan. Kapasitas operasinya juga tidak akan maksimal selama masa transisi, kemungkinan baru dapat mencapai 50% pada akhir tahun. (Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda